Mohon tunggu...
ABDURRAHMAN ALPIJOTY
ABDURRAHMAN ALPIJOTY Mohon Tunggu... -

BEASISWA MADRASAH/ BEASISWA BIDIKMIS/ KETUA KOM HIMMAH NW IAIN MATARAM/ SEKRETARIS HMJ KPI/ SEKRETARIS UMUM HIMMAH NW CABANG MATARAM/ WAKIL SEKRETARIS KNPI LOMBOK BARAT/FORKOMNAS KPI WIL JATIM-NTB

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalananku Menempuh Cobaan

2 Februari 2018   10:12 Diperbarui: 2 Februari 2018   10:22 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melalui tulisan yang singkat ini, saya ingin berbagi cerita, berbagi pengalaman mengenai kisah hidup salah seorang hamba Allah. Semoga teman-teman bisa mengambil pelajaran dari sepenggal episode perjalanan hidup ini, sampai aku menduduki bangku kuliah di IAIN Mataram, semester empat. Perkenalkan namaku Hikmatunnisa', teman-temanku biasa memanggil hikmah atau nisa'. Oleh orang tuaku, khususnya ibu, aku memiliki panggilan special. "cantik" begitu ibu memanggilku. 

Cantik  menurut persepsi ibu.Terkadang panggilan itu bikin kesal juga karena ibu suka lebay kalo' bilang saya cantik. Ibu bilang, aku  wanita paling cantik tiada tanding. Eeits..,,, kecuali Siti Khadijah, Fatimah Azzahra, Siti Aisyah dan perempuan-perempuan cantik  yang disertai akhlakul karimah pada zamannya. Semoga panggilan ibu menjadi do'a untukku, tidak hanya cantik wajah tapi juga akhlak, seperti perempuan-perempuan hebat yang aku sebutkan tadi. 

Aku anak pertama dan satu-satunya perempuan dari tiga bersaudara. Aku tinggal di sebuah kampung yang jauh dari keramaian kota. Dibesarkan dilingkungan keluarga yang agamais dan ekonomis.Terlahir di  tempat yang jauh dari tempat tinggal saya sekarang, di Karosa-Sulawesi Selatan yang sekarang berubah menjadi Sulawesi Barat.

Banyak orang mengatakan sungguh beruntung seorang Hikmatunnisa' bisa berkuliah saat ini, padahal ibunya hanyalah seorang pedagang serabi keliling. Aah .. sebelumnya orang-orang itu mengucilkanku, "bagaimana mungkin kamu bisa kuliah? Jangan memaksakan kehendak ! ibumu hanyalah pedagang serabi keliling ! ayah yang kamu harapkan entah kemana perginya,  jangan mimpi bisa kuliah ! syukur syukur kamu bisa makan.

waktu itu mereka sih bisanya ngemeng doang, mereka tidak tau betapa perihnya hati ketika dikatai seperti itu. Dan toh.. saya juga tidak memintai uang mereka, kenapa mereka yang sewot  mendengar keingiananku untuk melanjutkan sekolah. Ya allah ko' saya jadi marah-marah gini. Ammpuun ya roob... hhmm memang benar sih keadaan ibu waktu itu yang tak sanggup membiayaiku kuliah. Tapi akuuu ingin sekolah !!. aku tak pernah berontak untuk di sekolahkan karena aku paham betul keadaan ibu. Yang bisa kulakukan hanya do'a disetiap solatku dan meminta do'a ibu.

Setiap orang tentu memiliki pengalaman yang berbeda-beda tapi hakekatnya tetap sama... mereka yang bisa sukses adalah mereka yang LULUS saat menghadapi ujian dan mereka tidak pernah mengeluh saat itu terjadi, dan tidak pernah berhenti berdo'a dan mencoba.

"Cobaan adalah suatu kejadian yang diperkenankan terjadi oleh tuhan, agar hambanya jauh menjadi lebih baik, dan seseorang diberi cobaan sesuai dengan kemampuannya"

Cobaan pertama !

Semenjak kepulanganku dari Sulawesi aku tinggal bersama kakek dan nenek. Because, orang tuaku saat itu berpisah ketika masih kecil.  Meskipun saat itu aku belum paham betul tentang sebuah perceraian namun  terkadang aku merindukan kehadiran orang tua. Masa kanak-kanakku kulalui tanpa kasih sayang orang tua.  Ayah yang saat itu pergi merantau mencari nafkah. Kemudian ibu yang tak tau entah dimana sampai terdengar kabarnya bahwa dia menikah lagi. Ketidak harmonisan orang tua yang menyebabkan mereka berpisah mungkin banyak  dialami oleh anak-anak lainnya, dan aku adalah salah satu dari sekian anak yang merasakan kurang kasih sayang ortu.  Ini memang belum seberapa bagi orang yang telah mengalami cobaan yang bertubi-tubi. tapi sekali lagi ini adalah kadar kemampuanku ketika itu.  Setiap orang pasti akan mendapat  ujian  seiring dengan  berjalannya waktu  agar kita lebih dewasa dalam berfikir dan lebih arif dalam menyikapi sesuatu. Sesungguhnya tidak hanya dengan musibah dan kesedihan  kita diuji akan tetapi  juga dengan harta benda, istri, suami, anak dan kesenangan dunia lainnya adalah ujian.

Keluarga baruku

Setelah genap berumur tujuh tahun, kakek dan nenek memasukkanku ke madrasah ibtidaiyah. Di sekolah pertamaku, aku mendapatkan  teman teman-baru. Disamping itu, nenek  juga mengantarku  pada seorang ustadz yang memiliki diniyah. Namanya Diniyah Al-Ma'hadi. Diniyah menjadi rumah keduaku. Teman-teman mengaji menjadi keluarga besarku. Disana aku belajar ilmu agama. Pak ustadz sudah ku anggap sebagai orang  tuaku, dari dulu dan selamanya. J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun