Mohon tunggu...
Aman A. Nugraha
Aman A. Nugraha Mohon Tunggu... Peneliti Akselerasi Indonesia -

Seseorang yang menikmati dunia baca dan tulis, terkadang menyukai dan melahap wacana kontemporer yang aneh-aneh. baginya, semuanya menjadi candu yang membekas rindu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan dan Revolusi Hati

6 Juni 2016   23:30 Diperbarui: 6 Juni 2016   23:59 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan, Kehadirannya selalu di rindukan oleh seluruh umat muslim. Seperti kerinduan seorang laki-laki terhadap perempuan yang dicintainya untuk berjumpa, Seperti kerinduan romeo terhadap juliet dan seperti anak ingin bertemu dengan ibunya, meninggalkannya adalah kesedihan yang berlarut-larut. Pertemuan itu akan membawa kebahagiaan dan membawa sejuta harapan untuk menjadikan dirinya lebih baik daripada sebelumnya. Hal tersebut tentunya harus diproses melalui aktivitas-aktivitas yang baik dan hanya mengharap ridha Allah Swt. Aktivitas yang baik itu, salah satunya adalah melakukan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Berdasarkan hadits Riwayat Bukhari: Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala (Ridha Allah Swt), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.

Manusia selalu berprilaku salah dan lupa dalam kesehariannya, sehingga selalu membawa sejuta harapan untuk masa depan yang lebih baik dengan belajar dari setiap kesalahan di masa lalunya. Oleh karena itu, manusia diharapkan agar tidak menggali lubang kuburannya sendiri akibat dari kesalahan-kesalahannya. Akan tetapi, teruslah menanam yang baik untuk terus menuai hasil yang baik dalam berprilaku dan diperlakukan.

Menurut Jhon Locke dan Francis Bacon dalam teori tabularasa dikatakan anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters).Teori tersebut menginspirasi penulis dalam menafsirkan hikmah bulan suci Ramadhan untuk menghantarkan umat muslim kembali kepada fitrahnya yaitu kembali suci dan selalu cenderung pada kebenaran dalam bersikap. Menurut penulis, revolusi hati berperan pada perubahan itu sendiri, karena letak segala penilaian perbuatan menjadi suatu ibadah atau tidak dalam pandangan Allah Swt diawali dengan niat yang ada dihati setiap manusia.

Menurut para ahli, revolusi diartikan sebagai perubahan yang berlangsung cepat dan melibatkan point utama dari dasar atau kehidupan manusia. Perubahan dalam diri manusia dari yang tidak baik menjadi berperilaku baik merupakan usaha yang berhasil dalam merevolusi dirinya sendiri. Sedangkan hati dalam bahasa Arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al-Qalbu. Al-Fuadu, dan Ash Shadru.

Dalam Al-Qur’an surat At-tiin ayat 4, Allah Swt bersabda: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Namun perlu kita sadari bersama, bahwa bentuk rupawan manusia akan membawa kehinaan apabila tidak dihiasi dengan keindahan hati, yang dihiasi oleh iman dan amal shaleh. Sebagaimana lanjutan dari firman Allah Swt: “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putus” (Q.S At-Tiin: 5-6).Dari ayat tersebut, sesungguhnya pangkal kemuliaan itu terletak pada hati dan amalan seseorang, bukan terletak pada rupa, harta ataupun jabatan.

Hati dalam tubuh manusia bagaikan raja yang bermahkota di tengah kerajaan. semua organ tubuh yang lain akan sangat dipengaruhi oleh hati. Bila raja bersifat baik maka seluruh prajuritnya akan merespon dengan baik. Namun sebaliknya, apabila raja bersifat tidak baik maka seluruh prajuritnya akan merespon yang tidak baik. Maka, sepatutnyalah kita sebagai manusia yang beriman perlu untuk meluruskan niat dan mensucikan hati, guna menjadi muslim yang paripurna. Perubahan itu semua disebut penulis sebagai revolusi hati.

Setiap muslim selalu menginginkan kehidupannya lebih baik, selain menjadi teladan diantara sesama manusia tentu mengharap Ridha-Nya yang utama. Karakter menjadi teladan telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, sosok orang yang paling berpengaruh di dunia sepanjang sejarah, hal tersebut diungkapkan oleh Michael Hart dalam bukunya bertajuk “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History”.Pada saat ini, kebaikan dan keteladanan menjadi barang berharga yang langka dalam bermasyarakat. Oleh karenanya, setiap manusia perlu memperbaiki diri dalam berprilaku untuk terus-menerus mengikuti keteladanan Rasulullah Saw.

Rubahlah kebiasaan tercela seperti ghibah, khianat, riya, suudzan (berprasangka buruk) dan yang lainnya dengan perilaku-perilaku terpuji seperti husnudzan (berprasangka baik), amanah, jujur dll. Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh ampunan dan sangat tepat untuk setiap umat muslim mengintropeksi dirinya sendiri guna menjadi pribadi muslim yang lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun