Alhasil, yang dibawa pulang bukan lagi cerita bagaimana serunya laga pertandingan yang berjalan, melainkan bagaimana serunya tawuran antar pendukung yang tidak bisa dilerai oleh pihak keamanan.
Tidak saja dalam perbincangan sesama orang dewasa, melainkan pada anak-anak yang baru mengenal bola, justru menceritakan bagaimana serunya tawuran yang terjadi.
Mereka merasa semacam ada kenikmatan tersendiri bila turut menyaksikan langsung adu jotos yang terjadi sehingga dengan penuh bangganya menjadi presenter untuk sesame kawan sebanyanya.
Begitulah adanya, hingga laga sengit di partai final kemarin, tersisa sekitar 15 menit sebelum peluit Panjang wasit dibunyikan, dimana skor sementara sudah 2-0, supporter dari tim yang tertinggal mulai berulah agar pertandingan dihentikan dan diulang dari awal lagi. Nekat benar tentunya.
Setelah partai final sudah dilangsungkan dan menandakan laga tarkam usai, gemuruhnya masih terasa sampai beberapa hari kedepan. Bukan oleh karena pengetahuan bola yang didapat secara gratis dari taktik dan skill yang ditampilkan dari dalam lapangan melainkan serunya kompetensi adu jotos antar pendukung.
Hingga muncul permintaan terakhir dari sesame pendukung, bahwa kalau bisa kedepannya ketika diselenggerakan Liga Tarkam, disiapkan memang dua panitia yang berbeda. Yang satunya panitia bola kaki, yang satunya panitia adu jotos antar pendukung. Biar lebih terstruktur begitu, serta rewardnya jelas. Atau bagaimana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI