Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jelang Musim Mengetam, Aksi Pawang Hujan di Kampung Kembali Naik Panggung

11 April 2024   12:57 Diperbarui: 11 April 2024   13:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret pembakaran api 'Toka Usang' di Manggarai (dokumentasi pribadi)

Khusus pada bulan April ini, kondisi iklim khususnya yang ada di wilayah Manggarai saat ini masih diguyuri oleh hujan deras bahkan angin kencang. 

Kondisi ini tentu sangat mencemaskan bagi semua petani, apalagi bagi petani sawah yang hampir atau sudah mau mengetam padi di sawah.

Mengetam padi memang membutuhkan kondisi alam yang cerah, sebab kalau tidak, bisa-bisa jadi gagal panen. 

Menghadapi situasi batas ini, maka tak pelak, Toka Usang' adalah alternatif yang mutlak untuk dilakukan. 

Syarat dan Aturan praktik 'Toka Usang'

Supaya praktik ini 'berhasil' ada banyak cara dan syarat yang mesti dilakukan, baik itu oleh sang Pawang/ Toka sendiri maupun dari warga petani yang lainnya. 


Pertama, harus benar-benar yakin atau tanpa adanya keraguan.

Kedua, peralatan Toka wajib disiapkan tanpa ada yang tertinggal atau belum ada. Seperti: tembakau rokok, linggis, garam kasar, jerami atau rumput-rumput kering ataupun yang masih basah, kayu bakar dan juga batu asah.

Ketiga, syarat yang mutlak dipenuhi oleh seorang Toka adalah dia sendiri selama menjalani ritual tersebut tidak boleh tersentuh air sama sekali seperti mandi ataupun kecebur di sungai. (Syarat yang paling serem nih, heu-heu). 

Potret pembakaran api 'Toka Usang' di Manggarai (dokumentasi pribadi)
Potret pembakaran api 'Toka Usang' di Manggarai (dokumentasi pribadi)

Dia sebisa mungkin selalu berada di sekitar tungku api, menjaga supaya api selalu menyala dan mengeluarkan asap yang mengepul ke angkasa. Sampai-sampai dewa/Dewi pembawa hujan benar-benar kabur dari singgasananya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun