Adapun sejumlah kasus lainnya yang sangat mengenaskan adalah kasus pelecehan seksual yang selalu menimpa remaja putri kita yang sedang bersekolah. Seorang ayah memperkosa putri kandungnya sendiri, seorang kakek memperkosa cucunya yang beurmur 5 tahun. Tak terhitung remaja putri kita yang putus sekolah karena hamil akibat hubungan intim dengan pacar. Praktik aborsi yang hampir terjadi setiap hari. Fakta membuktikan bahwa hingga sampai saat ini terhitung ada 255 kasus pelecehan seksual terjadi di Nusa Tenggara Timur. (Harian Umum Pos Kupang edisi Rabu 8 November 2017).Â
Sejumlah peristiwa bunuh diri yang mencengangkan hati sebab modusnya adalah kaum terpelajar. Kasus pembunuhan antar mahasiswa saat pesta wisuda. Belum lagi anak muda terjerumus dalam kebiasaan mabuk-mabukan, narkoba, seks bebas, perjudian dan lain sebagainya. Kemelut-kemelut ini hendak menunjukkan sisi suram peradaban pendidikan kita di NTT saat ini. Pendidikan di NTT sebenarnya sedang mengalami cacat kognitif, mental dan juga moral.
Tantangan Ke depan
Setelah bercermin dari realitas yang terjadi di atas lantas kita bertanya-tanya; apa yang seharusnya mesti kita perbuat ke depan. Kita tidak mungkin berpasung diri dan seolah-olah pasif tanpa memiliki sikap kecurigaan sedikit pun terhadap situasi yang terjadi di atas. Sikap permisif tak selamanya diafirmasi melainkan perlu dibarengi dengan pola pikir yang mendekonstruksi. Kemelut-kemelut yang terjadi tersebut merupakan tantangan yang patut kita perhatikan bersam ke depan.Â
Garda terdepan majunya peradaban pembangunan manusia kita baik di Indonesia umumnya maupun di NTT khususnya adalah pendidikan itu sendiri.Â
Dengan demikian, yang menjadi tugas mulia kita bersama adalah bagaimana kita membangunkan kembali keluhuran martabat pendidikan menjadi lebih berintegral tidak hanya berfokus pada aspek kognitif melainkan karakter atau mental kemanusiaan yang  berbudi pekerti. Revolusi mental kembali ditegakkan terutama bagi pelopor-pelopor yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan di NTT.Â
Pendidikan moral dan etika harus benar-benar menyata dalam tataran praktis lewat kebajikan perilaku yang konstruktif dan tidak menyeleweng. Para peserta didik (pelajar) terus dibekali dengan muatan pengetahuan yang berkarakter, berintegritas dan bermoral.Â
Investasi muatan pendidikan yang terus ditanam bagi anak didik adalah mulai dari yang paling dasariah yakni: belajar mengenal diri, mengenal diri lewat sesama, tidak memproyeksi diri ke dalam lingkungan yang amburadul melainkan bagaimana menempatkan diri sebagai pembeda yang berani memberi perubahan.
Kesatuan daya intelek, rohaniah dan jasmaniah yang di in-put dari lembaga formal maupun non-formal mesti seimbang secara nyata melalui out-put berupa keberhasilan pribadi dan langkah laku dalam kehidupan nyata setiap saat baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Orang tua, para pendidik, para pegawai di instansi dinas pendidikan harus selalu dibekali dengan wawasan berpikir yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, moral, sosial, religius dan spiritual.Â
Tidak hanya itu, sosialisasi menyangkut nilai dan karakter yang bermoral terus digemakan kepada khayalak umum. Itulah investasi muatan pendidikan kita di NTT Â saat ini yang harus diperjuangkan mulai dari sekarang. Letak keberhasilannya adalah keberanian untuk mencabut rumput pemyimpangan yang selama ini sudah tertanam dan bertumbuh subur kemudian menggantikannya dengan menanamkan benih anggur yang bermutu yang terus tersiram melalui air pengetahuan yang senantiasa ditimba dari rimba pendidikan sebagai wadah pengetahuan bersumber.