Asumsi dasar diusungnya tulisan ini adalah bahwa pendidikan di bumi NTT sekarang ini telah menjadi ironi. Lajunya mutu pendidikan yang diperjuangkan terhambat dalam konteks parsial namun berimbas secara eksistensial terutama terhadap perkembangan pendidikan itu sendiri. Ada beragam penyimpangan yang terjadi misalnya: praktik pungutan liar yang kerap menjajah anak sekolah, korupsi yang dilakukan oleh para pendidik, kekerasan terhadap anak sekolah dan sebagainya. Berangkat dari realitas inilah maka penulis berani mengusung tulisan ini agar nilai integral dari pendidikan itu sendiri tidak tercoreng akan tetapi tetap hidup secara autentik melalui sikap kritis yang solutif.