Assalamu'alaikum, ReadersÂ
Kalau banyak sekali ungkapan yang mengatakan, bahwa anak sekarang lebih banyak gaya dari pada prestasi, kayaknya ungkapan itu tidak bisa digeneralisasikan deh. Karena, pada kenyataannya, tidak semua anak muda yang seperti digambarkan orang-orang itu. Masih banyak kok generasi muda yang sibuk mengukir prestasi dengan berbagai tujuan besar pada akhirnya.Â
Tidak hanya prestasi akademis, prestasi diluar akademis pun menjadi incaran kaum muda untuk mengukir prestasi yang kelak tidak sekedar membanggakan, tapi juga modal buat kuliah diperguran tinggi ternama atau sebagai catatan pada curriculum vitae. Dan minat bakat ini juga mendapat dukungan penuh dari sekolah sebagai institusi belajar dan mangajar. Hal ini pula yang terlihat dari SMP dan SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan, yang sukses mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional lewat torehan dua penghargaan tertinggi dalam ajang International Contest Festival "Dancing Italy" yang digelar di Riminy, Italy, Juli 2025.Â
Bersaing dengan 20 grup dari 17 negara Eropa dan Asia, serta lebih dari 200 peserta internasional, Al Izhar tampil memukau dan berhasil meraih 1st Prize Place of Folk Dance untuk tarian Colours of Indonesia, Grand Prix of Folk Dance untuk Ramphak Geulumbang asal Aceh.Â
Pasca kemenangan ini, saya memiliki kesempatan berbincang dengan penari, guru pendamping, pelatih, orangtua dan founder dari Kiny Cultura Indonesia. Kalya Mahiya Pravina, siswi kelas XI MIPA 3 dari SMA Al Izhar Pondok Labu, mengaku bahagia dengan pencapaian ini. "Hasil yang diperoleh ini tidak mengkhianati usaha kami selama ini. Hal ini juga memotivasi saya agar terus berprestasi," kata Kalya.Â
Diceritakan Kalya, sebelum mengikuti pertandingan ini, latihan dilakukan hingga 50 kali. Setiap latihan selama 2 jam. "Latihan semakin intens ketika semakin dekat dengan keberangkatan, karena untuk melatih keluwesan sekaligus kekompakan dalam gerakan," ucap remaja berbakat ini.Â
"Sebelum berangkat juga dilakukan Gelar Pamit di Kementrian Kebudayaan," sambungnya. Penampilan para siswa Al Izhar di Rimini juga mendapat sambutan hangat dari penonton internasional. Mereka menampilkan sejumlah tarian tradisional seperti Nagekeo Bangkit (NTT), Muda Mudi Papua, Tari Mirah (DKI Jakarta) dan Ramphak Geulumbang (Aceh).Â
Sambutan antusian dari penonton ini, karena para penari mampu menampilkan penampilan yang istimewa. Kalya mengaku saat tampil semua berjalan dengan baik. "Salah satu tantangannya adalah sorotan lampu yang ada di stage bisa mengganggu saat tampil tetapi penari tetap fokus menari dan akhirnya berbuah kemenangan," tukas Kalya.Â
Bagi Kalya yang menguasai puluhan tari tradisional ini, misi budaya ke Rimini, Italy merupakan misi budaya ke-9 yang telah diikutinya. "Rasanya bahagia dan bersyukur bisa membawa nama Indonesia di panggung dunia," cetusnya.Â
Tak hanya Kalya yang bahagia, Ira Intasari, guru pendamping dari perguruan Al Izhar menyatakan kebanggaan atas apa yang diraih para murid dari SMP dan SMA Al-Izhar Pondok Labu. "Mereka dapat mengharumkan nama bangsa di ajang internasional melalui tarian dan musik tradisional. Mereka juga sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia," kata Ira.Â