Kadang, film yang paling ngena bukan film yang mewah efeknya atau penuh bintang besar. Tapi yang ceritanya dekat---yang bikin kita ngerasa kayak lagi ngaca. Ngeri-Ngeri Sedap, film karya Bene Dion Rajagukguk ini, salah satunya.
Ceritanya sederhana: tentang orang tua yang ingin anak-anaknya pulang ke kampung. Karena nggak kunjung pulang, mereka berdua (ayah dan ibu) berpura-pura ingin bercerai, berharap anak-anak mereka akan pulang untuk "menyelamatkan pernikahan". Kedengerannya lucu, dan memang banyak bagian film ini yang bikin ketawa. Tapi di balik tawa itu, ada luka, ada jarak, ada komunikasi yang sudah lama nggak jalan.
Yang bikin film ini terasa kuat adalah cara ia mengangkat dinamika keluarga Batak, tanpa terasa menggurui atau dibuat-buat. Nilai budaya tetap terasa, tapi masalah-masalah yang muncul bersifat universal: perbedaan pandangan antara orang tua dan anak, luka yang dipendam bertahun-tahun, harapan-harapan yang nggak pernah diucapkan.
Sebagai anak rantau, aku pribadi sangat relate. Kadang, orang tua kita nggak tahu cara bilang "aku rindu" atau "aku bangga padamu", tapi mereka tunjukkan lewat hal-hal kecil---seperti ngirimin makanan, tanya kabar tiap minggu, atau ya... berpura-pura cerai biar kita pulang.
Visual filmnya juga cantik. Pemandangan Danau Toba bener-bener jadi latar yang adem dan indah, kontras dengan suasana batin yang campur aduk di dalam rumah. Dialognya ringan tapi tajam. Dan yang paling penting: film ini jujur.
Kesimpulan?
Ngeri-Ngeri Sedap adalah film yang bisa bikin kamu ketawa, lalu tiba-tiba diam. Karena kamu sadar, film ini bukan tentang orang lain. Ini tentang kita dan keluarga kita. Yang rindu, tapi nggak selalu bisa bilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
