Pada tanggal 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden kedelapan Republik Indonesia.  Salah satu kebijakan awal pemerintahannya yang cukup menonjol  dalam  dalam 100 hari menjabat  adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG), diluncurkan pada 6 Januari 2025 dengan tujuan mulia: meningkatkan kesejahteraan gizi masyarakat, khususnya anak-anak. Namun, kebijakan yang dimaksudkan untuk membantu ini justru menuai kontroversi dan perdebatan sengit di kalangan publik. Di tengah pro dan kontra tersebut, muncullah komentar dari Ustad Abdul Somad, tokoh agama terkemuka di Indonesia.  Beliau menyampaikan pandangannya yang cukup kritis terhadap  kebijakan MBG ( Makana bergizi gratis) . Â
Ustad Abdul Somad berpendapat bahwa peran utama negara bukanlah sekadar menyediakan makanan gratis bagi anak-anak, melainkan lebih pada menciptakan lapangan kerja yang memadai bagi orang tua mereka.  Beliau menekankan pentingnya tanggung jawab orang tua dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Menurut Ustad Abdul Somad, memberikan bantuan makanan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) kepada anak-anak sementara orang tua mereka menganggur dalam artian tidak mempunyai pekerjaan  merupakan pendekatan yang kurang tepat dan mungkin tidak berkelanjutan. Beliau berargumen bahwa solusi jangka panjang yang lebih efektif adalah dengan menciptakan ekosistem ekonomi yang kuat, yang mampu menyediakan lapangan kerja yang layak dan berpenghasilan memadai bagi setiap warga negara.Â
Dengan demikian, orang tua dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Â Program MBG ( Makan Gizi Gratis ), menurut beliau, hanya merupakan solusi sementara yang tidak mengatasi akar permasalahan kemiskinan dan pengangguran. Â Ustad Abdul Somad menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada program-program pemberdayaan masyarakat, pelatihan vokasi, dan penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat. Â
Sehingga,  kebutuhan gizi anak-anak akan terpenuhi secara alami sebagai konsekuensi dari kesejahteraan ekonomi orang tua mereka. Bahwasanya anak- anak adalah tanggung jawab dari orang tua bukan tanggung jawan negara dalam artian orangtualah yang wajib memberikan makanan bergizi kepada anak  dan negara menyediakan bagaiman orang tua dapat memenuhi hal  tersebut Pernyataan Ustad Abdul Somad ini memicu diskusi publik yang lebih luas mengenai strategi penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan gizi masyarakat.  Ada yang sependapat dengan beliau, menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi sebagai solusi jangka panjang.  Namun, ada pula yang berpendapat bahwa MBG( makan Bergizi Gratis)  tetap diperlukan sebagai jaring pengaman sosial bagi anak-anak yang berada dalam kondisi rentan kekurangan gizi, terlepas dari kondisi ekonomi orang tua mereka.  Debat ini menyoroti kompleksitas permasalahan sosial dan ekonomi di Indonesia, serta perlunya pendekatan yang holistik dan terintegrasi untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kekurangan gizi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI