Mohon tunggu...
Amalia Salabi
Amalia Salabi Mohon Tunggu... -

Founder of GIMI | CEO of Street Genius Id | YSI SAA | Researcher for Islamic Study and History

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Shalat: Bukan Sekadar Bentuk Luar, tetapi Penghadiran Hati dan Keterserapan Jiwa

9 Februari 2016   14:39 Diperbarui: 9 Februari 2016   15:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah teman-teman melaksanakan shalat tetapi merasa tidak khusyuk? Barangkali teman-teman lupa sudah rakaat ke berapa, atau teman-teman lupa tadi membaca surat apa setelah Surat Al Fatihah. Teman-teman harus menghadirkan hati ketika shalat, sebab shalat merupakan perkara batiniah, yang tidak ada shalat tanpa kehadiran hati.


Shalat terdiri dari dua hal

Shalat terdiri dari dua hal, yakni (1) bentuk luar dan; (2) jiwa shalat atau hakikat shalat. Yang dimaksud dengan bentuk luar adalah gerakan dan bacaan shalat yang memiliki awalan dan akhiran. Sedangkan jiwa shalat adalah kehadiran hati yang tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikal, yakni keadaan terserapnya seorang hamba selama fisik melakukan bentuk luar, Jiwanya shalat adalah hal utama, sedang bentuk luar adalah hal kedua. Akan tetapi, seseorang tetap tidak bisa melakukan shalat tanpa melakukan bentuk luar, sebab itu adalah rukunnya shalat.


Lalu, bagaimana menghadirkan hati ketika shalat?

Perhatikan Qur’an Surat 29: 45 yang artinya sebagai berikut.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang fahsya’ dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Tiga hal yang menjadi substansi dari ayat tersebut, yakni:
1. Shalat (harusnya) mencegah kita dari perbuatan yang fahsya’ dan mungkar. Jadi, ketika teman-teman shalat, tetapi masih cenderung melakukan perbuatan tidak baik, evaluasilah kualitas shalat teman-teman, apakah sudah khusyuk? Apakah lengkap? Apakah sempurna atau ada yang terlewat karena sering buru-buru?
2. Hakikat dari shalat adalah mengingat Allah. Artinya, menghadirkan hati di hadapan Allah; dan
3. Shalat adalah ibadah yang lebih utama dari ibadah yang lainnya. Bagaimana jadinya jika shalat yang utama itu dilakukan dengan kualitas yang kurang baik setiap harinya?

Untuk itu, ada dua hal yang dapat teman-teman coba lakukan agar shalat teman-teman semakin baik.

Pertama, pahamilah dengan baik arti dari bacaan shalat dan surat yang dibaca dalam shalat. Teman-teman memiliki banyak waktu untuk membaca buku atau artikel di media, jadi, meluangkan waktu sepuluh menit saja setiap harinya untuk menengok terjemahan Al-Qur’an sebagai bekal shalat kita bukan sesuatu yang memberatkan, bukan? Sebab, dengan memahami, kemudian merenungkan artinya ketika shalat, kita membantu alam bawah sadar kita bahwasannya kita sedang berhadapan dengan Tuhan. Teman-teman diberikan nalar untuk berpikir, jadi bagaimana mungkin teman-teman melakukan sesuatu yang tidak teman-teman pahami dengan baik? Maka, pahamilah, renungkanlah, hadirkanlah, dan biarkan hati kita terserap dalam jiwanya shalat, bukan hanya sekadar melakukan gerakan dan bacaan shalat tanpa tau maknanya.

Kedua, tanamkan selalu dalam pikiran dan hati teman-teman bahwa shalat adalah amalah pertama yang diperiksa saat hari pengadilan. Seorang guru pernah berkata, “Amalan kita dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang digembok dan dikunci. Kuncinya adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka terbukalah kotak amalan kita. Apabila tidak, berarti kuncinya rusak dan sia-sia lah amalan baik kita yang lainnya.” Maka, teman-teman harus menjaga kualitas shalat teman-teman, sebab shalat adalah masternya semua amalan baik, yang apabila shalatnya baik, maka baik pulalah amalan lainnya.

Jadi, siapkah teman-teman memperbaiki kualitas shalat? Ingat pula bahwasannya shalat adalah perkara batiniah yang menuntut kehadiran hati dan keterserapan jiwa ketika menghadap Allah Yang Esa :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun