Pada hari Sabtu, 10 Mei 2025 kemarin, saya dan dua teman saya berkunjung ke Perpustakaan Jakarta dan PDS H. B. Jassin. Kunjungan didasari dari pertanyaan teman saya di grup obrolan Whatsapp kami pada suatu pagi.
Yang kemudian saya jawab,
Yang pada akhirnya membentuk kesimpulan,
Kebetulan, beberapa hari sebelumnya, akun Instagram Perpustakaan Jakarta mengumumkan kalau sekarang mereka menyediakan layanan sampai malam. Jam operasional dimulai pukul 09.00-22.00 setiap hari kecuali tanggal merah dan libur Nasional yang akan tetap tutup. Kabar ini merupakan kabar baik bagi para pekerja kantoran yang ingin mengunjungi perpustakaan tetapi selalu terhalang oleh waktu tutup perpustakaan sebelumnya.
Singkat cerita, kami janjian di depan Gedung Ali Sadikin pukul 11.00. Sebab ini pengalaman pertama kali ke sana, jadi kami memutuskan untuk masuk ke gedung bersama-sama supaya tidak kebingungan sendiri.
Setelah semua berkumpul, Azan Zuhur berkumandang jadi kami memilih untuk salat terlebih dahulu di Masjid Amir Hamzah. Kami berjalan lurus terus dari Gedung Ali Sadikin, melewati beberapa gedung lain di kompleks termasuk Gedung Trisno Soemardjo, tempat planetarium berada. Lokasi masjid bertempat di bagian paling belakang Kompleks Taman Ismail Marzuki.
Setelah salat dan makan siang, akhirnya kami menuju ke Perpustakaan Jakarta di Gedung Ali Sadikin. Sejujurnya saya mengandalkan insting dan ingatan dari konten di TikTok soal di mana Perpustakaan ini berlokasi. Maklum, pengalaman pertama. Dari yang saya ingat, kita harus menaiki tangga yang ada di depan Gedung Ali Sadikin menuju ke lantai 2. Kemudian berjalan lurus melewati Kopi Kenangan dan menaiki tangga jalan tidak jauh dari sana.
Begitu lantai 3 menyapa saya, saya langsung dihadapi dengan antrean yang mengular tepat di depan tangga jalan. Awalnya saya pikir itu adalah antrean untuk memasuki ruangan lain, ternyata itu adalah antrean menuju ke Perpustakaan Jakarta.
Tidak berpikir panjang, kami ikut memosisikan diri untuk mengantre yang sudah sampai ke lorong. Selama mengantre, saya menyadari bahwa ruangan kaca di sebelah tempat saya berdiri berjejeran etalase buku. Tebakan saya sedikit meleset, yang tadinya saya kira adalah toko buku, ternyata festival buku yang digelar oleh Taman Ismail Marzuki.
Anyway, antrean tidak dibiarkan berlama-lama. Dalam waktu sekitar 15 menit, kami sudah dipersilakan untuk memasuki area Perpustakaan Jakarta. Begitu melewati pintu, kami disambut oleh petugas yang menuntun kami untuk mengisi daftar hadir digital.
(Oh iya, pastikan Kompasianer sudah memiliki kartu anggota yang bisa didaftarkan di aplikasi Jaklitera jika ingin mengunjungi Perpustakaan Jakarta, ya!)
Pengisian daftar hadir begitu mudah dan ternyata tanpa reservasi. Saya hanya perlu membuka beranda aplikasi Jaklitera, kemudian menekan tombol QR di bagian tengah bawah, scan barcode ke mesin yang ada di pintu masuk perpustakaan, dan tara! Saya bisa menjelajah di Perpustakaan.
Registrasi selesai, saya dan teman-teman meminta kunci loker dan tas selempang di meja resepsionis. Perlu diingat bahwa Perpustakaan Jakarta hanya memprioritaskan tas selempang kepada pengunjung yang membawa laptop. Nah, karena di antara kami, hanya dua orang yang membawa laptop, maka kami hanya diberikan dua tas selempang.
Sayang sekali, pada hari itu, saya tidak sempat mengambil foto sebagai bukti keestetikan Perpustakaan Jakarta. Setelah melihat dengan mata kepala sendiri, saya setuju dengan netizen yang selalu mengelu-elukan kecantikkan desain interior tempat baca ini.
Perpustakaan dipenuhi dengan aksen kayu berwarna cokelat yang khas. Mulai dari rak buku, meja, dan kursinya. Lampu meja putih seperti payung yang memenuhi meja-meja kerja menerangi perpustakaan dengan cahaya kuning sedikit remang. Sangat menambah ambiens yang nyaman.
Satu hal yang tidak saya sangka---entah kenapa orang-orang melewatkan hal ini dan tidak banyak dibicarakan---Perpustakaan Jakarta itu WANGI. Harumnya enak sekali. Tidak semerbak dan tidak tajam. Cukup wangi tetapi tidak membuat pusing. Wangi woody yang sangat familiar dan sangat cocok dengan kesan yang diberikan oleh perpustakaan.
Hari itu, pengunjung perpustakaan cukup banyak. Saya dan teman-teman tidak kebagian meja dan kursi belajar yang sudah full dipenuhi oleh pengunjung lain---yang mungkin datang sejak pagi. Saya juga melihat banyak pengunjung lain yang duduk mengemper di area-area tersembunyi seperti di balik rak buku. Tidak ada petugas yang melarang, jadi saya simpulkan asalkan tidak mengganggu mobilitas pengunjung lain, maka boleh saja.
Setelah berkeliling mengambil buku yang menjadi whishlist bacaan kami, akhirnya kami memutuskan untuk duduk di area di kolong tangga yang sedikit lapang sebagai tempat kerja kami. Untuk sementara kami bekerja di situ sampai teman saya usul untuk mencari tempat lain yang lebih luas.
Setidaknya kami menyibukkan diri dengan membaca buku dan bekerja sampai pukul 16.30 sore. Begitu kami keluar dari gedung, langit sudah cukup mendung. Sehingga kami buru-buru kembali ke masjid untuk Salat Asar.
Banyak area di Taman Ismail Marzuki yang sepertinya memang ditunjukkan sebagai area berkumpul santai. Meskipun tidak ada bangku yang disediakan, tapi banyak pemuda-pemudi yang dengan bebas duduk-duduk di kompleks ini.Â
Salah satunya di pelataran Masjid Amir Hamzah. Ada teras luas yang mengelilingi masjid, di sisi kanan dan kirinya. Saya dan teman-teman banyak berbincang sembari ngopi dan nyemil ubi bakar di pelataran ini untuk menunggu waktu Maghrib.
(Perlu diingat, untuk selalu menjaga kebersihan~)
Kira-kira seperti itu petualangan saya dan teman-teman menjadi pengunjung Taman Ismail Marzuki dan Perpustakaan Jakarta selama hampir seharian. Menurut saya, pengalaman pertama ini cukup menyenangkan (dan melelahkan karena banyak jalan, tapi it's okay kalau artinya tubuh jadi lebih sehat~!). Perpustakaan Jakarta memuaskan, seperti yang kami ekspektasikan.
Beberapa hal yang disayangkan adalah jumlah tempat duduk yang kalah jumlah dengan jumlah pengunjung. Kemudian, air conditioner di lantai 5 yang tidak sedingin lantai lain membuat lantai tersebut lebih pengap. Kebetulan saya tidak salat di musala dan tidak ke toilet di dalam perpustakaan, tapi ada antrean sampai keluar toilet yang tandanya kapasitas toilet tidak memadai di hari-hari sibuk.
Saya jadi penasaran, apakah ada Kompasianer yang pernah mengunjungi Perpustakaan Jakarta dan PDS H. B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Cikini, ini? Silakan komen, ya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI