Minggu kemarin, saya menemani abang saya untuk melakukan medical check-up di Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat. Abang dijadwalkan untuk menemui dokter bedah ortopedi pasca kecelakaan tunggal bulan September tahun lalu. Setelah melakukan operasi pemasangan pen dan berbulan-bulan fisioterapi, Abang harus melakukan pemeriksaan terakhir kali sebelum kemudian dinyatakan bisa melakukan operasi pelepasan pen.
Kami tiba di rumah sakit sekitar jam 9 pagi. Begitu selesai melakukan daftar ulang sidik jari, kami langsung menuju Klinik Bedah yang berjarak sekitar lima puluh meter dari tempat sebelumnya. Abang segera menyerahkan berkas ke meja registrasi khusus Klinik Bedah, approved, dan tinggal menunggu.
Tapi tepat ketika kami hendak menuju ke jejeran kursi tunggu, perawat yang berjaga di meja registrasi berkata, "Mohon ditunggu ya, Pak, dokternya sedang ada operasi."
Waduh, ujar kami kecil.
Setelah kami duduk di kursi tunggu dan berada di luar jangkauan perawat, saya berbisik kepada Abang, "Pasti bakal nunggu lama ya ini?"
Hahaha. Perkataan saya barusan bukannya tanpa sebab. Dokter bedah yang menjadi dokter Abang saya memang laris manis. Pasiennya buanyaaak! Yang sudah pasti menunjukkan jadwal operasinya pun berderet banyaknya. Selama ini, kami mengambil sisi baiknya berarti dokter yang mengobati dislokasi sendi Abang adalah dokter yang sangat ahli dan digemari.
Baca Juga: Mie Celor | Perpaduan Gurih, Asin dan Manis dari Si Kaldu Udang yang Bisa Membuat Lidah Bergoyang
(Sebagai gambaran, operasi pemasangan pen Abang sampai di-delay 12 jam dan baru bisa terlaksana dini hari karena harus menunggu dua operasi sebelumnya pada hari yang sama!)
Benar saja, Dokter belum terlihat batang hidungnya sampai azan Zuhur berkumandang. Dengan begitu, setelah salat Zuhur, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.
Nah, ini bagian serunya.