Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sumber COVID-19 Belum Jelas

6 Maret 2020   08:20 Diperbarui: 6 Maret 2020   08:39 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ANTARA FOTO, Tirto.id

KALAU bola dunia kita gambarkan dengan gaya kartun bagaikan kepala dari seseorang, maka saat kini gambar kartun itu menggambarkan seseorang berkepala bola-dunia yang pusing tujuh keliling sambil memegangi kepalanya. Itu gara-gara virus corona yang dinamai "Covid-19".  Sudah 77 negara di dunia ini ditulari virus dari penyakit berjenis lebih ganas dari influenza yang muncul dari kota Wuhan provinsi Hubei di Tiongkok sejak minggu kedua Januari 2020. Penemunya seorang dokter muda bernama dr. Lie yang melaporkan jenis penyakit dari virus baru itu, segera diciduk penguasa karena dianggap menyebarkan kabar bohong atau mungkin membocorkan sesuatu yang bisa merugikan reputasi pemerintah.. Tapi kemudian direhabilitir karena pernyataannya terbukti benar, namun kasihan, dia jadi korban virus yang mulai menewaskan 173 penduduk Wuhan dalam waktu 3 minggu sejak awal Januari lalu. Tak lama, meledak ke seluruh Cina dan kemudian ke seluruh dunia. World Health Organization (WHO) baru 30 Januari lalu menyatakan coronavirus itu sebagai wabah dunia dan diberi kode Covid-19. Kini sudah lebih dari 73 ribu orang terinfeksi, lebih dari 3.200 meninggal dan yang katanya bisa disembuhkan 50.690 orang. Terbanyak di daratan Cina dan Hongkong. Lalu kini yang parah jumlah penderitanya  berpindah ke Korea Selatan, Jepang, Iran dan Italia. Di Italia saja sudah sekitar 76 orang meninggal, Korsel 79 orang, Iran 77 orang. Angka-angka tersebut terus berkembang. Indonesia yang sampai menjelang akhir Februari maish bisa menahan masuknya orang tertular virus itu, namun pada akhirnya bobol juga diawali oleh 2 orang yang tertular tamunya orang Jepang. Kini RS-RS di Jakarta dan daerah yang disiapkan menangani penyakit itu sudah dimasuki lebih dari 155 pasien!     

     Tidak satupun media massa cetak, broadcast dan online sampaipun media sosial di dunia ini yang melewatkan pandemi Covid-19 itu setiap harinya. Dari yang benar dan bermanfaat sampaipun yang bersifat hoax. Saking tanggapnya atau panik ketakutan, banyak orang (terutama di Jakarta) yang bertindak berlebihan. Mulai dari masalah menjadi habisnya masker mulut-hidung  di pasaran sampaipun memborong sembako dari toko-toko makanan, sampaipun manipulasi keberadaan dan penjualan serta penyelundupan ke luar negeri masker produk kita. Setiap negara yang digerayangi virus itu harus mengeluarkan dana yang tidak kecil. Termausk Indonesia harus mengeluarkan biaya trilyunan rupiah, antara lain untuk membangun beberapas fasilitas RS khusus, melengkapi 100 RS se Indonesia dengan perlengkapan untuk melakukan isolasi dan pengobatan, lalu membuat rumah-rumah sakit baru untuk isolasi di beberapa pulau kita seperti di Natuna (Kepulauan Riau), Sebaru Kecil (Kep. Seribu, DKI Jaya) dan sedang membuat rumah sakit isolasi khusus di pulau Galang (Kep. Riau).

     Cerita tragis dampak Covid-19 masih panjang. Panjang pula daftar kerugian sektor keuangan dan perdagangan negara maupun para pebisnis. Transportasi udara dan bisnis pariwisata paling terpukul. Pendek kata, dalam bulan ini dan bulan-bulan mendatang virus yang oleh pemerintah sebagai "wabah pandemi", jelas masih menjadi tajuk pemberitaan maupun keuntungan penjual masker. Pendek kata, semua kisah tragis sampaipun pelanggaran hukum seperti mencuri, menimbun, menyelundupkan ke luar negeri masker untuk dijual lagi dengan harga lebih tinggi, bakal terus bergulir.

     Akan tetapi, publik masih juga bertanya-tanya: sebenarnya asal munculnya Covid-19 itu disebabkan atau terbawa oleh apa? Pemerintah Tiongkok cuma sekilas pada Januari lalu menyatakan, "diperkirakan"  muncul akibat beberapa orang di Wuhan atau provinsi Hubei mengkonsumsi daging kelelawar atau ular setengah matang. Tapi itu belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Sebab, bila diperbandingkan dengan adanya masyarakat kita yang juga mengkonsumsi daging kelelawar (malahan terkadang ular) tetapi dimasak atau dipanggang hingga matang, kok virus itu tidak muncul atau berkembang di sana?

    Karenanya, muncul kecurigaan berupa pertanyaan. Dasarnya, Wuhan terkenal sebagai "kota intelektual dan inovatif". Kata orang, provinsi dan kota yang terletak di barat laut Beijing itu punya beberapa universitas dan beberapa lembaga penelitian milik beberapa universitas maupun milik pemerintah. Yang milik pemerintah adalah lembaga penelitian tidak terbuka untuk publik. Baik apa yang diteliti, bagaimana proses penelitiannya sampaipun apa hasilnya. Yang dikawatirkan, bahwa lembaga penelitian itu justru melakukan penelitian dan percobaan membuat bahan "mesiu" untuk senjata-kimia guna mempersiapkan negara itu menghadapi perang senjata kimia. Tidak mau kalah dalam bersenjatakan bahan racun dan virus mematikan semacam itu yang dicurigai dimiliki Amerika Serikat, Russia, Iran dan mungkin Inggris. Mungkin tersebab sesuatu kesalahan teknis, sebagian virus yang dihasilkan penelitian Lembaga itu lepas dari peralatannya. Bocor dan isinya ngeloyor dengan sebutan novel coronavirus alias Covid-19. Begitulah kecurigaan dan perkiraan. Sebab, hingga kini Tiongkok tidak memberikan ketegasan asal mula munculnya virus itu dan  belum juga berhasil menemukan obat pembasmi virus itu. Berbeda sewaktu virus influenza mematikan "Flu Babi" dan "Flu Burung" atau H1N1 yang meledak beberapa tahun lalu yang juga muncul dari Tiongkok, sehingga dapat cepat diatasi oleh negara-negara yang rakyatnya terpapar flu itu. Kalaulah terbuka dinyatakan penyebabnya, barangkali para ahli dan peneliti kesehatan sudah bisa memperkirakan bagaimana menangani sebaran Covid-19. Sebab, di masyarakat kita karena panik banyak salah tanggap, antara lain tentang pernyataan seorang professor di Universitas Airlangga yang menyatakan, bahwa kunyit, temulawak, jahe, daun serai, dapat menangkal virus bila dikonsumsi secara teratur, sudah diartikan sebagai "obat-penangkal Covid-19"! Jadi rempah-rempah itu jadi barang rebutan di pasar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun