Mohon tunggu...
Amad Sudarsih
Amad Sudarsih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pengurus CLICK (Commuter Line Community of Kompasiana), Ketua RailSafer (Indonesian Railway Safety Care), Inisiator KOMPAK (Komunitas Pecinta Kereta Api), 2006-2015 fokus sbg jurnalis perkeretaapian, tiap hari naik KRL, tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Balitbang PUPR Hadirkan Solusi Seiring Inovasi Atasi Sampah, Banjir dan Macet

24 Desember 2015   00:52 Diperbarui: 24 Desember 2015   01:33 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solusi Inovasi Atasi Sampah

Hasil penelitian menyebutkan bahwa manusia yang tinggal di perkotaan menghasilkan sampah lebih banyak daripada manusia yang tinggal di pedesaan. Faktanya memang hampir semua Pemerintah di kota besar di Indonesia mengalami permasalahan kesulitan dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh warga kotanya.

Sebagai contoh dapat dibayangkan produksi sampah yang dihasilkan oleh Jakarta. Setiap hari Jakarta menghasilkan sampah (rumah tangga dan industri) sebanyak 25.687 m3. Apabila diasumsikan tinggi timbulan sampah setinggi 4-5 m maka jumlah tersebut ekuivalen dengan kebutuhan luasan lahan 5.000 m2 hingga 6.500 m2 untuk menampungnya. Pertanyaannya, apakah Jakarta memiliki lahan seluas itu hanya untuk tempat pembuangan sampah?

Sampai saat ini paradigma yang dipakai oleh Pemerintah dalam hal pengelolaan sampah, umumnya masih sangat konvensional/kuno yaitu : kumpul; angkut dan buang. Paradigma ini dapat terimplementasikan dalam teknologi konvensional dalam pengendalian sampah, yang dikenal dengan Sanitary Landfill. Hanya saja metode kumpul, angkut dan buang seperti ini perlu diimbangi dengan metode lain yang terpadu, efektif dan berdaya guna agar daya dukung pemanfaatan lahan di perkotaan dapat meningkat kembali baik dari segi kualitas maupun kuantitas, yaitu Konsep 3 REDUCE (mengurangi volume), REUSE (menggunakan kembali) dan RECYCLE (mendaur ulang). Dengan kombinasi konsep 3 R ini maka paradigma pengelolaan sampah dapat berkembang menjadi : minimalkan; kumpulkan; pilah-pilah; olah; angkut dan buang sisanya.

Sebagai contoh Negara yang berhasil dalam pengolahan sampah dengan teknologi canggih adalah Rusia yang berhasil memproses menjadi berbagai keperluan. Teknologinya merupakan kombinasi dari teknologi mekanis, kimia dan teknologi radio-isotop. Rusia berhasil mengolah sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat hingga mencapai angka di atas 95% dari sampah yang masuk ke mesin pengolah. 5)

Pemerintah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia juga bisa mencontoh kiprah Walikota Surabaya dalam mengelola sampah. Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang pernah menjadi Kepala Dinas Kebersihan Kota Surabaya gigih dan sabar dalam memberikan edukasi terkait pemanfaatan sampah dan peluang bisnis sehingga lambat laun warga Surabaya mulai merubah sikap dan mendukung program mengelola sampah di lingkungan tempat tinggal mereka. Memang tidak mudah mengubah budaya masyarakat khususnya dalam menciptakan lingkungan kumuh menjadi bersih, tertata baik dan hijau.

Hanya saja hingga saat ini di Indonesia beban tanggung-jawab pengelolaan sampah masih harus dipikul oleh Pemerintah Daerah sendiri. Padahal masyarakat juga harus terlibat secara langsung dalam siklus pengendalian sampah. Oleh karena itu kombinasi antara penggunaan teknologi modern dan meningkatkan kesadaran masyarakat adalah kunci keberhasilan pengendalian sampah di Indonesia khususnya di kota-kota besar yang kepadatan penduduknya sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan. 6)

Pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga juga harus digalakkan sebagai bagian dari pelaksanaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Apalagi, STBM telah dicanangkan sejak Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI sebagai suatu pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. 7)

KemenPUPR sangat mengapresiasi kepada perorangan maupun komunitas peduli sampah, seperti yang dilakukan Komunitas WEGI (We Green Industry) yang membuat gerakan “Bank Sampah" di Surabaya dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga sehingga memiliki manfaat secara ekonomi. Sebab mereka telah menjadikan diri dan komunitasnya sebagai dari Duta Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Balitbang PUPR juga telah menciptakan produk inovasinya untuk mengatasi persoalan sampah dengan produknya antara lain Komposter (teknologi terapan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos), dan Biofil (teknologi terapan pengolahan tinja agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan).

“Sebenarnya kunci kendali sampah ada di rumah tangga. Edukasi harus dimulai dari lingkup keluarga,” kata Kepala Balitbang PUPR Arie Setiadi Moerwanto.

Solusi Inovasi Atasi Banjir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun