Jika manusia memang dzatnya berasal dari Tuhan mengapa harus ada keterbatasan dalam panca inderanya, misalnya saja saat melihat benda terkecil seperti debu mata manusia tidak bisa melihatnya dengan jelas begitu juga dengan benda yang jauh. Kita bisa melihat jika menggunakan suatu alat yang sudah di modifikasi dengan berbagai macam alat. Jadi tidak mungkin manusia sama dzatnya dengan yang Esa yaitu Tuhan, karena Tuhan sifatnya mutlak dan manusia sifatnya relative.
Dalam teori hierarki wujud ada yang namanya spectrum cahaya, jika cahaya putih di pancarkan ke sebuah prisma, maka cahaya yang muncul akan berbeda di karenakan perbedaan spectrum cahaya tersebut. Jadi, pembelajarannya tidak semua yang berwujud itu memiliki derajat yang sama walaupun sama-sama berwujud, itu dikarenakan ada perbedaan spectrum cahaya. Jadi kesimpulannya Wujud Manusia dan Wujud Tuhan itu berbeda karena wujud manusia adalah ciptaan dari Tuhan jadi tidak mungkin sama dengan wujud yang menciptakan yaitu Tuhan.