Mohon tunggu...
Alzulin Olvica Saputri
Alzulin Olvica Saputri Mohon Tunggu... Accounting at PT Medikaloka Serpong (RS Hermina Serpong), Master's student in accounting at Pamulang University

Adventures awaits just outside your door and stay focused and never give up 😉 Be The Reason Someone Smiles 😊

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bank Indonesia Bukan Mesin Pertumbuhan

24 September 2025   12:37 Diperbarui: 24 September 2025   12:37 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi freepik

"Independensi bank sentral itu ibarat rem pada kendaraan. Tanpa rem yang kuat, seberapa kencang pun kita melaju, ujungnya bisa terjerumus ke jurang"

Pernyataan itu relevan dengan wacana terbaru pemerintah dan DPR untuk memperluas mandat Bank Indonesia (BI). Ide yang diusung: agar BI tak hanya menjaga stabilitas moneter, tetapi juga bertanggung jawab mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sekilas, gagasan ini terdengar manis. Pertumbuhan adalah cita-cita semua bangsa. Namun, apakah kita rela mengorbankan independensi bank sentral demi janji pertumbuhan yang belum tentu berkelanjutan?

Mengapa Independensi Itu Penting

Pasca krisis 1998, Indonesia belajar pahitnya campur tangan politik dalam moneter. Lahirnya UU No. 23/1999 menjadikan BI lembaga independen. Tujuannya jelas: melindungi kebijakan moneter dari tarik-menarik kepentingan jangka pendek.

Tanpa independensi, kebijakan suku bunga, pencetakan uang, hingga nilai tukar rentan dipolitisasi. Dampaknya bisa fatal: inflasi, melemahnya rupiah, hingga hilangnya kepercayaan investor.

Mandat Ganda: Antara Harapan dan Bahaya

Pendukung perubahan sering mencontohkan The Federal Reserve di AS, yang memiliki mandat ganda: menjaga stabilitas harga dan lapangan kerja.

Namun, perbedaan konteks harus diperhatikan. Amerika memiliki sistem checks and balances yang jauh lebih matang. Indonesia, sebaliknya, masih rentan intervensi politik. Jika BI dipaksa jadi mesin pertumbuhan, kita bisa tumbuh cepat tapi rapuh.

Risiko yang Mengintai

  1. Inflasi tak terkendali -- kebijakan longgar demi pertumbuhan bisa membuat harga melambung.

  2. Modal asing kabur -- pasar kehilangan kepercayaan jika BI dianggap tak independen.

  3. Moral hazard fiskal -- pemerintah bisa malas disiplin, karena selalu berharap "disokong BI".

Apa Kata Sejarah?

Venezuela menjadi contoh kelam. Bank sentralnya berubah jadi mesin cetak uang pemerintah. Hasilnya: hiperinflasi, ekonomi kolaps, rakyat melarikan diri.

Sebaliknya, negara-negara dengan bank sentral independen terbukti lebih tahan banting. Jerman pra-Uni Eropa, misalnya, sukses menjaga stabilitas harga dan membangun kepercayaan publik.

Jalan Tengah yang Rasional

Perubahan mandat BI tak harus ditolak total, tetapi harus ditempatkan secara proporsional.

  • Sinergi tanpa subordinasi: BI dan pemerintah boleh bekerja sama, tapi otonomi moneter tetap dijaga.

  • Transparansi: setiap keputusan moneter harus dijelaskan ke publik.

  • Reformasi fiskal: pertumbuhan jangan ditumpukan ke bank sentral, melainkan ke APBN, pajak, dan iklim usaha.

Bank Indonesia bukanlah mesin politik. Tugas utamanya adalah menjaga stabilitas. Jika dipaksa menjadi mesin pertumbuhan, ongkosnya bisa lebih mahal daripada manfaat yang dijanjikan.

Pertumbuhan ekonomi memang penting. Tetapi stabilitas adalah harga mati. Tanpa stabilitas, pertumbuhan hanya mimpi sesaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun