Mohon tunggu...
Alyssa Az zahra Julia Arifin
Alyssa Az zahra Julia Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswi Psikologi Universitas Pembanguan Jaya

Saya merupakan Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Pembanguanan Jaya Jurusan Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Meningkatkan Keterampilan Interpersonal SDM Indonesia dengan Behavior Modeling

26 Desember 2024   23:45 Diperbarui: 26 Desember 2024   23:45 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia menjadi faktor penentu dalam menghadapi tantangan global di era modern. Salah satu aspek penting yang perlu ditingkatkan adalah keterampilan interpersonal, karena kemampuan ini mendukung komunikasi, kolaborasi, dan penyelesaian masalah di tempat kerja. "Keterampilan interpersonal juga mencakup kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengatasi stres secara efektif." (Astuti et al., 2023). Untuk mencapai tujuan ini, berbagai metode pelatihan telah dikembangkan, dan salah satu yang paling efektif adalah Behavior Modeling.

Dalam buku yang ditulis oleh Michael G. Aamodt dan Brazil Mexico, A (2016) Behavior Modeling merupakan teknik pelatihan yang dimana karyawan akan mengamati perilaku yang benar dan kemudian mempraktikkan perilaku tersebut, yang nantinya mereka akan menerima umpan balik atas kinerja mereka. Penggunaan teknologi semakin penting dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi sumber daya manusia. "Dengan memanfaatkan teknologi, organisasi dapat mengoptimalkan proses pembelajaran, menyediakan akses yang lebih luas terhadap materi pelatihan, dan meningkatkan efektivitas pelatihan secara keseluruhan." (Idayati et al., 2021) 

Tahapan dalam Behavior Modeling

  1. Identifikasi Masalah dan Perilaku yang Diperlukan
    Tahapan ini dimulai dengan memahami masalah yang ada di organisasi dan menentukan perilaku yang dibutuhkan untuk mengatasinya. Perilaku yang diinginkan (poin pembelajaran) dijadikan pedoman utama dalam menyelesaikan masalah. Langkah ini penting agar pelatihan memiliki fokus yang jelas dan relevan dengan kebutuhan organisasi.

  2. Penyajian Video
    Peserta pelatihan menonton video yang menunjukkan dua cara penyelesaian masalah: cara yang benar dan cara yang salah. Video ini memberikan gambaran konkret tentang perilaku yang diharapkan, sehingga peserta dapat lebih memahami apa yang harus dilakukan dan dihindari.

  3. Diskusi dan Refleksi
    Setelah menonton video, peserta diberi waktu untuk mencatat poin penting, bertanya, dan mendiskusikan cara penerapan perilaku tersebut dalam pekerjaan mereka. Selain itu, peserta juga diajak untuk berlatih secara mental dengan membayangkan bagaimana karyawan di video menyelesaikan masalah. Tahapan ini membantu peserta merenungkan bagaimana teori dapat diaplikasikan di dunia nyata.

  4. Praktik Langsung atau Roleplay
    Dalam tahap ini, peserta mulai mempraktikkan perilaku yang telah dipelajari, baik melalui simulasi langsung maupun menggunakan Roleplay. Mereka diberi feedback dari pelatih atau sesama peserta untuk memperbaiki kinerja. Latihan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman melalui pengalaman langsung.

  5. Peran tambahan dalam simulasi
    Peserta juga diminta untuk mencoba berperan sebagai orang lain yang terlibat dalam situasi yang sama. Hal ini memberikan mereka perspektif yang lebih luas dan mendalam, sehingga meningkatkan empati serta wawasan terhadap berbagai sudut pandang dalam suatu masalah.

  6. Diskusi
    Setelah latihan, diskusi lebih lanjut dilakukan untuk mengeksplorasi cara mengaplikasikan keterampilan baru di tempat kerja. Diskusi ini penting untuk memastikan bahwa peserta memiliki strategi konkret dalam menghadapi tantangan yang sebenarnya.

  7. Kesiapan menghadapi dunia kerja
    Dengan kombinasi teori, simulasi, dan feedback, peserta dilatih untuk menangani masalah secara efektif. Tahapan ini memastikan bahwa mereka siap untuk menerapkan keterampilan yang baru dipelajari dalam situasi kerja yang sebenarnya.

Pentingnya Analisis Situasi dan Keterampilan

  1. Relevansi Situasi dalam Video Pelatihan
    Keberhasilan behavior modeling sangat dipengaruhi oleh seberapa relevan situasi dalam video pelatihan dengan masalah yang dihadapi karyawan. Jika video tidak mencerminkan tantangan nyata, peserta pelatihan akan kesulitan menghubungkannya dengan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, representasi masalah dan situasi yang relevan sangat penting untuk membuat pelatihan efektif.

  2. Metode untuk Menganalisis Pekerjaan
    Menurut Simamora (1995) Analisis Beban Kerja "adalah analisis untuk identifikasi jumlah maupun kualitas karyawan yang diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan." (Suriadi et al., 2021). Agar video pelatihan mencerminkan kondisi nyata, diperlukan analisis pekerjaan yang mendalam. Langkah ini dilakukan melalui:

    • Observasi langsung: Mengamati aktivitas sehari-hari karyawan untuk memahami pekerjaan mereka.

    • Wawancara: Menggali informasi dari karyawan untuk mendapatkan gambaran tentang masalah atau tantangan yang sering terjadi.

    • Pengumpulan insiden kritis: Mengidentifikasi dan mendokumentasikan kasus-kasus penting yang dapat membantu mengungkap masalah yang perlu diperbaiki.
      Dengan langkah-langkah ini, pelatihan dapat dirancang berdasarkan situasi yang benar-benar relevan.

     3. Fokus pada Keterampilan: Spesifik Situasional vs. Umum
Dalam behavior modeling, ada perdebatan tentang apakah pelatihan harus berfokus pada keterampilan yang spesifik situasional atau keterampilan umum.

  • Keterampilan Spesifik Situasional:
    Pelatihan ini fokus pada cara menghadapi masalah tertentu. Misalnya, Mengajari kasir supermarket cara menangani pelanggan yang ingin menukar barang karena kemasan rusak. Pelatihan ini sederhana karena hanya berfokus pada satu jenis situasi spesifik

  • Keterampilan Umum:
    Pelatihan ini mengajarkan keterampilan yang dapat diterapkan di berbagai situasi. Misalnya, Melatih kasir untuk menangani pelanggan yang merasa tidak puas dengan produk atau layanan, apa pun alasannya (seperti harga, kualitas, atau kesalahan transaksi). Keterampilan ini lebih fleksibel tetapi membutuhkan lebih banyak contoh agar dapat diterapkan dalam situasi berbeda.

Ketika prosedur pelatihan dilakukan dengan benar, behavior modeling terbukti memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil meta-analisis oleh Taylor, Russ-Eft, dan Chan tahun 2005 dalam buku Industrial/Organizational Psychology an Applied Approach yang ditulis oleh Michael G. Aamodt dan Brazil Mexico (2016) mengungkapkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan. Dengan memberikan pengalaman langsung kepada peserta pelatihan untuk menangani masalah dengan cara yang benar, teknik ini memungkinkan transfer pembelajaran yang efektif dan memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas dan efektivitas di tempat kerja.

"Modeling merupakan istilah umum yang menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan terjadi karena peniruan." (Astuti et al., 2023). Dengan pendekatan yang terstruktur, teknik ini memastikan karyawan tidak hanya memahami perilaku ideal, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam situasi kerja nyata. Pentingnya analisis situasi, representasi masalah yang relevan, dan penggunaan model yang tepat dalam video pelatihan menjadi kunci keberhasilan teknik ini. Dalam jangka panjang, behavior modeling dapat membantu organisasi meningkatkan kinerja karyawan secara signifikan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.

Referensi 

Aamodt, M. G., & Brazil Mexico, A. (2016). An Applied Approach. www.cengage.com/highered 

Idayanti F,., Praskadinata H Y C., Dina F, ., Abdurohim, Tasriastuti N A, ., Freddy T, ., Irdhayanti E, ., Bisri T S, ., Nurdia S., Harapan E ., & Teman, Mp. H. (n.d.). Pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan (strategi untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi dalam organisasi). 

Suriadi, R. J. I. S. A. T. B. K. M. M. P. B. H. D. (2021). Buku ajar manajemen sumber daya manusia. https://www.researchgate.net/publication/373455432 

Md Sumarni, N. (2019). Penerapan model konseling behavioral teknik modeling untuk meningkatkan self intraception siswa. Journal of Education Action Research, 3(4), 433--439. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEAR/index 

 Astuti D E ,  Yuliana D, Efendi A S, Budiasningrum R S, Rosita R, & Setiawan J . (2023). Keterampilan interpersonal skill dalam dunia kerja. Cakrawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 2(2), 01--08. https://doi.org/10.30640/cakrawala.v2i2.972  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun