Mohon tunggu...
Alya Hanindita Febrianti
Alya Hanindita Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa baru Universitas Airlangga Prodi D4 Teknologi Radiologi Pencitraan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melawan Kanker dengan Radioterapi : Menjadikan Radiasi Sebagai Harapan yang Aman

19 Juni 2025   08:15 Diperbarui: 19 Juni 2025   08:15 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pemeriksaan Pasien Radioterapi (Sumber: gleneagles.com) 

Kanker menjadi penyakit dengan resiko kematian nomor dua di dunia. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada 4 februari 2024, terdapat ada sepuluh jenis kanker yang paling sering berkontribusi terhadap angka kematian di 185 negara di dunia. Tercatat ada 20 juta kasus kanker dengan 9,7 juta kasus kematian yang dilaporkan. Kanker paru - paru menjadi jenis kanker yang paling umum, menyumbang 12,4% dari total kasus. Kemudian diikuti kanker payudara 11,6%, kanker kolorektal 9,6%, kanker prostat 7,3%, dan kanker perut 4,9% (WHO, 2024). Menurut sumber yang ada, kasus kanker di Indonesia diperkirakan akan meningkat lebih dari 70% pada tahun 2050. Saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker telah tercatat di Indonesia, dan angka kematian mencapai 240 ribu (Kemenkes, 2025).

Salah satu dari banyak metode pengobatan kanker yang telah dikembangkan adalah terapi radiasi atau radioterapi, yang digunakan untuk membunuh sel kanker atau mengecilkan tumor. Radioterapi merupakan metode pengobatan yang dilakukan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Salah satu komponen utama radioterapi adalah penggunaan radiasi pengion. Radiasi pengion akan membunuh sel kanker atau dapat membuat perubahan genetik yang berakhir kematian pada sel kanker. 

Meskipun radioterapi memiliki banyak manfaat, dosis tinggi radiasi tentu saja dapat membahayakan penerimanya. Efek yang dapat diterima bervariasi tergantung pada kesehatan tubuh penerima. Beberapa pasien mungkin hanya mengalami gejala ringan, sementara beberapa pasien lain dapat mengalami gejala yang lebih serius. Efek yang muncul pun berbeda- beda, terdiri dari efek sementara dan efek berkelanjutan. Efek sementara dapat muncul segera setelah pengobatan, sedangkan efek berkelanjutan dapat muncul beberapa bulan atau tahun setelah menjalani radioterapi.

Efek berkelanjutan dapat mencakup iritasi pada kulit, gangguan sistem saraf seperti disfungsi otak akibat terkena paparan radiasi dengan dosis tinggi. Gejala umum yang sering muncul seperti rasa kantuk dan kelelahan yang berlebihan, mual, dan kehilangan nafsu makan. Selain itu pasien juga dapat merasakan mulut kering akibat disfungsi kelenjar saliva. 

Efek samping yang muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi sebenarnya dapat diminimalkan dengan penerapan prinsip proteksi radiasi yang ketat dan terstruktur. Salah satu langkah utama dalam proteksi radiasi adalah melakukan perencanaan dosis radiasi secara cermat menggunakan teknologi canggih, seperti radioterapi intensitas termodulasi (IMRT). Teknologi ini memungkinkan pengaturan dosis yang presisi sehingga jaringan sehat di sekitar area tumor dapat terlindungi dari paparan radiasi berlebih. Selain itu, pemantauan kondisi pasien secara rutin dan intensif selama serta setelah proses radioterapi sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda efek samping agar pemeriksaan dapat dilakukan secara optimal. 

Perawatan suportif juga menjadi aspek krusial dalam mengurangi dampak negatif radioterapi. Hal ini meliputi pemberian hidrasi yang cukup, pemenuhan nutrisi yang optimal, serta penggunaan obat-obatan untuk mengatasi keluhan umum seperti kelelahan, mual, dan iritasi kulit (dermatitis). Selain itu, penerapan teknik pelindung fisik---misalnya penggunaan pelindung khusus pada organ-organ vital seperti jantung dan kelenjar saliva---berperan penting dalam membatasi dosis radiasi yang diterima oleh organ-organ tersebut. Langkah ini sangat efektif untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang, seperti kerusakan jantung (kardiotoksisitas) dan mulut kering (xerostomia) yang sering dialami oleh pasien radioterapi.

Dengan menjalankan protokol proteksi radiasi yang komprehensif dan pemantauan medis yang ketat, kemungkinan terjadinya efek samping berat dapat ditekan secara signifikan. Hal ini memungkinkan pasien untuk menjalani terapi radiasi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi sekaligus menjaga kualitas hidup mereka selama dan setelah pengobatan. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa setiap pasien memiliki kondisi dan jenis kanker yang unik, sehingga pendekatan terapi dan proteksi radiasi harus disesuaikan secara individual untuk memperoleh hasil yang optimal.

Proteksi radiasi tidak hanya penting untuk pasien, tetapi juga untuk melindungi pekerja di lingkungan radiasi. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang bertujuan menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial pekerja. Dalam radiologi, petugas harus memenuhi standar perlindungan diri dari paparan radiasi, termasuk memberikan penjelasan tentang penggunaan sinar-X dan menerapkan langkah-langkah keselamatan yang optimal. Penerapan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan radiasi, kacamata anti-radiasi, dan masker pernapasan sangat penting. Mengatur jarak dan durasi paparan radiasi juga merupakan strategi kunci untuk mengurangi kontak langsung. Program sosialisasi melalui komunikasi dan diskusi dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan petugas dalam menggunakan alat pelindung. Perlindungan radiasi dapat ditingkatkan dengan memasang perisai akrilik berlapis timbal di ruang pemeriksaan dan memastikan penggunaan alat pelindung secara konsisten. Pengawasan ketat oleh radiographer terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung juga efektif dalam menurunkan paparan radiasi. Dengan penerapan disiplin prinsip K3 dan proteksi radiasi, keselamatan tenaga kerja dapat terjamin, sehingga risiko bahaya akibat paparan radiasi dapat diminimalkan.

Penulis : Alya Hanindita Febrianti

Mahasiswa D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun