Mohon tunggu...
alya ayu s ayu
alya ayu s ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa

badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikologi Anak Pertama : Antara Tanggung Jawab dan Tekanan Sosial

4 Oktober 2025   11:51 Diperbarui: 4 Oktober 2025   11:51 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Setiap anak lahir dengan posisi unik dalam keluarga. Anak pertama, atau biasa disebut sulung, sering menempati tempat istimewa karena dialah yang pertama kali menjadi pusat perhatian orang tua. Namun, seiring waktu, posisi tersebut juga membawa tantangan tersendiri. Tidak jarang, anak pertama harus belajar lebih cepat untuk mandiri, mengalah, atau bahkan berperan sebagai "orang tua kedua" bagi adik-adiknya.

Pada awal kelahiran, anak pertama biasanya menerima seluruh perhatian orang tua. Sebagai pengalaman pertama, orang tua cenderung lebih protektif dan teliti dalam mengasuhnya. Akan tetapi, seiring bertambahnya adik, anak sulung sering mendapat label sebagai contoh yang harus diteladani. Harapan ini membentuknya menjadi pribadi yang disiplin, tekun, dan bertanggung jawab. Banyak keluarga juga menyerahkan tanggung jawab rumah tangga kecil pada anak sulung, seperti menjaga adik, membantu pekerjaan rumah, atau menjadi penengah saat terjadi konflik. Kebiasaan ini memang dapat melatih kemandirian dan kedewasaan, tetapi jika terlalu berat, anak pertama berisiko mengalami stres, kecemasan, bahkan kehilangan masa bermainnya.

Psikolog juga sering menemukan bahwa anak sulung memiliki kecenderungan perfeksionis. Besarnya harapan orang tua membuat mereka ingin selalu berhasil. Sisi positifnya, hal ini bisa mendorong prestasi, tetapi di sisi lain anak pertama bisa menjadi terlalu keras pada diri sendiri, sulit menerima kegagalan, dan lebih rentan mengalami tekanan mental. Selain itu, hubungan anak sulung dengan orang tua dan adik-adiknya juga memiliki dinamika tersendiri. Sebagai jembatan dalam keluarga, mereka sering menjadi mediator dan merasa bangga dengan perannya. Namun, tidak jarang pula muncul rasa iri ketika perhatian orang tua lebih banyak tercurah pada adik, sehingga mereka merasa dikesampingkan.

Untuk menjaga keseimbangan psikologis anak pertama, orang tua perlu memberikan dukungan yang tepat. Apresiasi atas usaha mereka penting diberikan, bukan sekadar tuntutan agar menjadi teladan. Anak pertama juga perlu diberi kesempatan menikmati masa kanak-kanak dengan bermain sesuai usianya, bukan hanya dibebani tanggung jawab orang dewasa. Orang tua sebaiknya menghindari membandingkan anak sulung dengan adik-adik, serta memberi ruang agar mereka bebas bercerita dan mengungkapkan keluh kesah tanpa merasa dihakimi.

Penutup

Pada akhirnya, anak pertama bukan hanya "kakak" bagi adik-adiknya, melainkan individu dengan kebutuhan emosional yang sama besarnya. Dengan dukungan yang seimbang, anak sulung dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, penuh empati, dan berjiwa pemimpin. Sebaliknya, jika terbebani tanpa perhatian yang cukup, mereka berisiko membawa luka psikologis hingga dewasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun