Mohon tunggu...
Alya Adilah
Alya Adilah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Masih belajar dan akan terus akan belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Karakter, Pentingkah?

30 November 2019   21:53 Diperbarui: 30 November 2019   22:07 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kasus murid melawan guru tidak hanya sekali atau dua kali terjadi di Indonesia. Pada tahun 2019 ini, media mencatat banyak sekali kasus penganiayaan baik verbal bahkan hingga penganiayaan yang dilakukan siswa terhadap gurunya.

Tak hanya kasus murid menganiaya guru, pada tahun ini juga tercatat marak sekali tawuran remaja, baik antar sekolah maupun dengan pihak lain. Hal ini bentuk nyata dari pola pikir siswa yang beranggapan bahwa kekerasan dapat menyelesaikan masalah, padahal nyatanya hanya menciptakan masalah baru.

Tawuran pelajar seakan menjadi budaya baru yang melekat pada remaja saat ini, seolah-olah hal tersebut menjadi tren yang akan membanggakan sekolah dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi, padahal realitasnya tawuran hanya akan berdampak pada pola pikir yang semakin mengutamakan kekerasan.

Selain di Ibukota, tawuran juga menjadi virus yang seolah menyebar dan merusak nama baik sekolah dengan perilaku tidak terpuji tersebut di daerah-daerah terpencil lainnya.

Hal ini merujuk pada karakter siswa yang buruk karena pengaruh dan pola pikir yang mengharuskannya untuk melakukan tawuran tersebut, meskipun dengan berbagai resiko dan dampak yang memiliki jangka panjang pada hidupnya seperti hukuman dari guru ataupun luka-luka yang akan dimilikinya.

Apabila hal ini terus menerus dibiarkan dan dianggap hal yang umum, generasi tersebut akan rusak dan melahirkan pribadi yang kasar dan tempramen, selain itu dari berbagai faktor yang menyebabkan berbagai permasalahan di dunia pendidikan Indonesia salah satunya yaitu karakter siswanya yang masih jauh dari kata baik.

Dari kasus-kasus yang tercatat di media tersebut merupakan bukti nyata bobroknya karakter murid-murid generasi penerus bangsa ini, kekerasan dan kurangnya hormat siswa menjadi keprihatinan yang seharusnya dirasakan bangsa ini.

Dilihat dari kasus penganiayaan guru yang marak pada awal tahun lalu, apabila terhadap guru yang mengajarinya saja tidak memiliki rasa hormat dan segan, apalagi terhadap orang-orang lain disekitarnya. Hal ini menimbulkan rasa prihatin sekaligus miris karena telah hilangnya sopan santun dan tata krama anak-anak yang seharusnya telah diterapkan sejak dini.

Padahal, dalam kurikulum 2013 yang sudah diberlakukan pada hampir setiap sekolah di Indonesia, pada jenjang SMP juga dirancang sehingga terdapat banyak sekali acuan-acuan mengenai penerapan pendidikan karakter yang semestinya memberi dampak dan output pada setiap siswanya.

Namun pada realitasnya, karakter siswa tidak semudah itu untuk dibentuk, dibangun maupun diarahkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, hal ini karena beberapa faktor internal maupun eksternal yang menyebabkan karakter siswa tersebut.

Namun apa makna karakter yang sebenarnya dalam pendidikan di Indonesia?

Karakter secara etimologis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Karakater merupakan fondasi awal yang menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, kasar, atau rakus, dapat dikatakan orang tersebut memanisfestasikan perilaku buruk.

Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku ramah, jujur, bertanggung jawab, sopan dan suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. 

Saat ini, pendidikan karakter sudah mulai digalakkan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakannya dalam kurikulum pendidikan, hal ini tentunya dikarenakan banyak sekali keluhan dari berbagai pendidik baik formal maupun nonformal mengenai karakter siswanya.

Namun fakta yang terjadi dilapangan, masih terdapat banyak sekali kasus yang menunjukkan hilangnya moral sopan santun dan nilai-nilai yang bergeser pada generasi saat ini, hal ini juga yang menjadi perhatian saya karena moral dan nilai-nilai sopan santun tersebut tak jarang dianggap sebuah hal yang kuno dikalangan siswa.

Perilaku-perilaku sopan santun yang dahulu menjadi hal yang digembor-gemborkan kini hanya menjadi ajaran semata saja, seperti contoh kecilnya bagaimana anak-anak kini melakukan salim sebagai rasa menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua, kini hanya menjadi sebatas formalitas saja, begitu juga dengan perilaku hormat seperti membungkuk atau menyapa saat bertemu guru.

Perilaku yang dahulunya menjadi hal yang umum dan rutin dilakukan oleh siswa kini tidak lagi menjadi budaya rutin, khususnya di kota-kota besar, kebanyakan menganggap hal ini berlebihan.

Apakah pendidikan karakter akan mempengaruhi prestasi siswa?

Karakter merupakan dasar, tonggak, ataupun fondasi dari terbentuknya individu. Oleh karena itu solusi yang paling efektif menurut saya untuk menghadapi permasalahan-permasalahan ini yaitu dengan;

  • Memperkuat karakter positif siswa dengan menyelipkan berbagai pengingat dalam setiap materi pembelajaran, atau berbagi kisah pengalaman
  • Membangun lingkungan yang mendukung dalam perkembangan produktivitas siswa,
  • Memberi teladan, acuan dan contoh-contoh karakter yang patut ditiru

Memperkuat karakter positif siswa tentu tidak hanya dengan berbagai kalimat motivasi yang diberikan oleh guru di depan kelas, namun juga harus dalam bentuk contoh realitasnya karena anak tidak hanya semata-mata menerima dan mempercayai ucapan guru.

Oleh karena itu seorang pendidik diharapkan untuk dapat berupaya sekreatif mungkin untuk menyelipkan berbagai pengingat bahwa karakter siswa yang baik yaitu yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dianut dan ditetapkan oleh Diknas.

Hal ini bisa juga dilakukan dengan berbagi kisah pengalaman yang akan memberi interpretasi siswa bahwa karakter yang baik akan membentuk perilaku baik dan membuahkan hasil yang baik juga.

Selain itu solusi berikutnya yaitu membangun lingkungan yang mendukung perkembangan produktivitas siswa seperti mencegah, melerai dan melarang tindakan bully sekecil apapun itu.

Dalam hal ini seorang pendidik juga dirasa perlu untuk menerapkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan merasa membutuhkan satu sama lain, juga mengidentifikasi dan mengembangkan potensi siswanya dengan pendekatan dan treatment dalam pembelajaran.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu pendidik tidak disarankan untuk membatasi siswanya dalam menyampaikan pendapat maupun bertanya, namun sebisa mungkin untuk melatih dan mengkonstruksi pola pikir siswa untuk mampu menyatakan pendapatnya. Yang terakhir yaitu sebagai pendidik tentu harus dapat menjadi teladan, acuan, dan dapat ditiru oleh murid-muridnya dalam berbagai hal.

Hal kecil seperti ucapan dari seorang guru dapat mempengaruhi siswa tersebut dalam jangka waktu panjang. Karakter siswa terbentuk dari bagaimana lingkungannya, oleh karena itu lingkungan sekolah memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter siswanya, begitu juga dengan guru yang terlibat langsung dalam kelas. 

Pendidik dituntut untuk memiliki kapasitas diri yang berkualitas sehingga mampu membangun ataupun memperbaiki karakter siswanya. Dengan begitu, tanggung jawab seorang pendidik tidaklah hanya mentransfer materi saja, melainkan juga dalam proses pembentukan karakter siswanya.

Prestasi belajar yang baik diperoleh dengan cara jujur yaitu melalui sikap disiplin, percaya diri dan mandiri. Disiplin, percaya diri dan mandiri merupakan ketiga nilai pendidikan karakter yang perlu ditanamkan sejak dini kepada siswa agar siswa memiliki karakter tersebut dan terbiasa dengan karakter itu.

Perilaku ini tentu tumbuh dan berkembang karena adanya pembiasaan dan faktor pendukung lainnya. Dengan pendidikan karakter tersebut siswa akan lebih berprestasi dalam berbagai hal, yang tentu juga dalam hal akhlaknya.

Seorang pendidik juga perlu memiliki prinsip dan nilai-nilai tersendiri dalam proses kegiatan belajar mengajar, seperti lebih mengutamakan kejujuran dalam siswa berproses dibandingkan hasil, dan mengutamakan proses belajar sehari-hari ketimbang hanya nilai dalam ujian semata yang belum terbukti kejujurannya.

Hal ini tentu patut diterapkan karena jujur merupakan salah satu karakter baik yang perlu ditumbuhkan kepada siswa sedini mungkin. Apabila dirasa sebuah kebobrokan sistem menjadi hal yang umum dan sulit untuk berubah, mulailah terlebih dahulu dari pribadi sendiri.

Memperbaiki diri dan lingkungan tidak pernah memiliki kata terlambat untuk sebuah kebaikan, terlebih kepada suatu hal yang memiliki dampak panjang di masa depan kita.

Oleh karena itu, sebagai pendidik yang berkualitas dan memiliki kapasitas diri tentu harus sebisa mungkin menanamkan dan menerapkan pendidikan karakter dengan cara seefektif mungkin sehingga akan melahirkan siswa-siswa yang memiliki karakter yang terpuji, dan dicerminkan dengan perilakunya dalam bertindak, pola pikir dalam mengambil keputusan serta ucapannya.

Pendidikan karakter tidak hanya memiliki manfaat untuk siswa pada saat ini saja, namun juga akan membiasakan diri untuk memiliki karakter positif hingga akhir hayatnya, hal ini juga berlaku sama dengan pendidik yang membiasakan dirinya untuk mencerminkan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya akan membuahkan hasil kelak.

Meskipun bukan hanya pendidik yang berperan dalam membangun karakter siswa, melainkan orang tua juga turut berperan, namun apabila lingkungan sang anak memicu dirinya untuk berkembang dengan karakter dan suasana yang positif, tentu karakter positif anak sedikit demi sedikit akan terbantu dan diharapkan terciptanya krarakter-karakter yang sesuai dengan nilai dan norma yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun