Mohon tunggu...
Alvitus Minggu
Alvitus Minggu Mohon Tunggu... Dosen - laki-laki

jangan menyerah sebelum bertarung

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hoaks, Kebohongan dalam Proses Demokrasi "Zaman Now"

18 April 2019   10:31 Diperbarui: 18 April 2019   10:40 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh :  Alvitus Minggu

Bicara tentang Hoax bukan semata dilihat sebagai  dimensi perkara kecil atau perkara besar akan tetapi hoax merupakan fenomena global yang memiliki implikasi terhadap stabilitas sosial domestik. Hoax secara nalar menjadi musuh bersama yang harus tetap menjadi waspada agar hoax tidak meracuni pikiran kita secara rasional.

Menurut kamus besar bahasa indonesia hoax merupakan berita bohong yang dibuat dengan tujuan jahat. Kata Hoax di Indonesia telah menjadi demikan akrab di telinga masyarakat. Bisa dikatakan hampir setiap hari kata ini hadir menghiasi kehidupan masyarakat baik melalui media sosial, percakapan di warung kopi hingga seminar tingkat nasional. Hoax di berbagai negara sering dikaitkan dengan April Mop yang umumnya dirayakan setiap tanggal 1 April untuk memberikan kejutan kepada orang-orang terdekat. Kata Hoax pertama kali dilontarkan filsuf asal inggris, Robert Nores yang  diciptakan untuk tujuan menipu/jahat.

Di Indonesia Kata Hoax menjadi populer tentu tidak terlepas dari pengaruh pertarungan pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2019 yang mengikutsertakan dua pasangan calon yaitu Paslon 01 Jokowi-Ma'ruf dan paslon 02 Prabowo-Sandi. Pendukung keduanya saling menuding membangun narasi-narasi yang dianggap menyudutkan satu sama lain. Kubu 02 Prabowo-Sandi selalu memainkan isu yang dianggap kontroversial, misalnya Jokowi dituduh PKI, anti islam dan anti ulama dan beberapa isu lain yang serupa. Sementara Prabowo dituduh tidak bisa membaca Alquran, tidak bisa memimpin sholat. Naras-narasi seperti itu merupakan bagian dari propaganda politik dalam rangka untuk merubah persepsi publik terhadap kandidat.

Hoax tidak hanya berdampak pada gangguan stabilitas sosial domestik akan tetapi hal itu dianggap sebagai kegagalan proses demokrasi yang tidak mampu berfungsi sebagai alat kontrol sosial sehingga memberi ruang kepada orang/kelompok politik tertentu memanfatkan ideologi demokrasi sebagai ruang kebebasan untuk mendiskreditkan sesama anak bangsa. Tentu saja hal ini sangat membahayakan bagi perkembangan demokrasi itu sendiri.

 Pemimpin yang dipilih secara demokratis lahir di atas sebuah kejahatan adalah pemimpin yang memunculkan kebohongan demokrasi. Konsekuensi logisnya akan kehilangan legitimasi politik serta kurangnya mendapat dukungan rakyat secara penuh. Hoax dalam demokrasi merupakan sebuah kejahatan pemilu yang bisa mempengaruhi kadar demokrasi sehingga mengakibatkan pesta demokrasi melalui pemilu dapat mengurangi nilai kontestasi dan partisipasi yang melibatkan masyarakat luas khususnya bagi masyarakat yang memiliki hak pilih. Hoax bahkan dapat merusak tatanan pemilu yang fair serta bertentangan dengan prinsip pemilu yang selalu mengedepankan asas LUBER dan JURDIL.

Hoax yang merupakan rekayasa sosial, menjadi trend baru sebagai strategi politik yang dipakai paslon tertentu untuk menghantam pihak lawan politik lain yang seolah-olah itu dianggap mutlak kebenarannya. Hoax merupakan  bagian dari indoktrinasi yaitu nilai-nilai yang mereka tebarkan tentang lawan politiknya mengandung kepalsuan yang orientasinya ingin menawarkan pemerintahan baru, basisnya adalah ada rasa ketidakpuasan mereka terhadap petahana khususnya mengenai kebijakan-kebijakan petahana dalam mengelolah negara selama memimpin.  

  Konsep hoax yang diterapkan di Indonesia, secara realistis sebenarnya terinspirasi oleh isu gelobal. Sebagaimana hal itu pernah diterapkan di beberapa negara lain seperti negara Brasil yang baru-baru ini menyelenggarakan pilpres pada bulan Oktober 2018. Hoax menjadi instrumen penting bagi pasangan Bolsonaro-Hamilton Maurao yang pada akhirnya bisa memenangkan pertarungan pada pemilihan Presiden di negara yang memiliki hutan amazon tersebut. Dalam kaitan tersebut, pasangan Bolsonaro rajin memproduksi pernyataan-pernyataan kontroversial. Sikap inilah yang membuatnya dijuluki Donald Trump-nya Brasil.

Propaganda Bolsonaro ini ternyata efektif mendulang suara dari swing voters. Pada akhirnya Bolsonaro  memenangkan pemilihan presiden  putaran pertama. Dengan mengikuti dua pasangan yaitu Jair Bolsonaro-Hamilton Mourao dengan prolehan suara 57,79 juta suara/ 55,13 persen  didukung Partai Sosialis Liberal Sementara pasangan  Fernando Haddad-Manuel D'Avila yang meraih angka 47,04 juta  suara/ 44,87 persen yang didukung partai Buruh.

Fenomena seperti  ini yang saat ini  terjadi pada proses demokrasi di Indonesia seakan ingin menyamakan kultur sosial-politik dengan Negara Brasil. Secara geografis Indoneia merupakan negara yang besar di dunia serta terkenal dengan penduduknya yang santun, ramah, dan bersahaja bagi siapapun. Akan tetapi  dengan munculnya hoax Indonesia menjadi kehilangan relevansi dan kehilangan makna sebagai bangsa pluralisme yang selalu menjujung tinggi nilai kebinekaan dan nilai toleransi. Kita menyadari bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami duka yang mendalam sebagai akibat hoax yang melandai proses demokrasi zaman now sehingga berdampak buruk munculnya saling tidak percaya, saling curiga, yang berujung pada kebencian di antara sesama anak bangsa.  

Hoax diciptakan sebagai spekulasi politik yang dimainkan oleh kelompok politik tertentu yang berlandaskan pada kepentingan politik yang bersifat pragmatisme dengan penuh resiko mengorbankan kepentingan yang lebih luas. Spekulasi politik yang dimaksudkan disini yakni spekulasi politik yang ingin memperoleh  keuntungan kekuasaan politik dengan cara-cara yang tidak sehat. Cara yang digunakan seperti ini adalah praktek politik adu domba yang cenderung berpotensi memunculkan pembelahan sosial di tengah masyarakat serta muncul persaingan tidak sehat yang dimainkan masing-masing kelompok/kubu pasangan calon  presiden dan wakil presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun