Mohon tunggu...
Alvin Sihombing
Alvin Sihombing Mohon Tunggu... -

Belajar, berjuang dan berkarya. Berkarya bagi diri sendiri dan terutama bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kick Andy - Ketika Hati Bicara

28 September 2011   13:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:32 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jumat 16 September 2011 pukul 21.30 WIB mengangkat kisah seputar acara reality show "TOLONG" yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Seperti biasa, tim tolong menggunakan jasa seseorang (sebut saja klien) yang nantinya memohon bantuan -dengan berbagai macam kesusahan- kepada orang-orang di sekitarnya. Yang patut menjadi sorotan adalah kelima narasumber yang diundang di acara Kick Andy ini bukan dari kalangan berada, melainkan kalangan bawah (yang bisa dikatakan tak jauh berbeda kondisinya dari klien yang meminta bantuan saat itu). Di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi yang melilit, ternyata mereka tidak sungkan berbagi kepada orang yang “membutuhkan”. Berikut uraian kisah dari orang-orang luar biasa ini : Rinto Kanafi, pria berusia 43 tahun, pernah mengalami kecelakaan dan dengan sangat terpaksa kakinya harus diamputasi. Walau begitu, Pak Rinto tak mau hidup berpangku tangan pada orang lain. Beliau sadar bahwa ada tanggung jawab besar dipundaknya. Kekurangan fisik tak menjadi hambatan untuk terus mencari nafkah demi menghidupi keluarganya. Sehari-harinya beliau menjalankan aktivitas dengan bantuan tongkat penyangga karena belum punya uang cukup untuk membeli kaki palsu. Suatu ketika, saat beliau sibuk bekerja di kios kerajinan rotan dan warung es kelapa muda yang terletak di depan rumah, ia didatangi klien yaitu seorang ibu yang berusia sekitar 45 tahun. Dengan wajah memelas dan letih, klien memohon kepada Pak Rinto untuk mengantarkan kiriman roti kepada salah seorang pemesan yang sedang berulang tahun. Tak tega melihat klien, beliau akhirnya mengantar kiriman roti tersebut walau jarak rumahnya dengan alamat tujuan lumayan jauh dan harus menggunakan biaya sendiri.  Beliau ikhlas menolong. Suprihatin, seorang bapak yang berprofesi sebagai supir angkot yang sudah dikaruniai seorang anak. Saat beristirahat sejenak di terminal, datang seorang nenek sambil menawarkan ikan asin sisa (ikan asin tersebut tak sengaja jatuh dari tangannya karena tersenggol motor yang melaju ugal-ugalan). Sang nenek mengaku sudah 2 hari tidak makan dan akan membeli beras dari penjualan ikan asin tersebut. Awalnya Pak Suprihatin ragu- ragu dan berpikir lama karena ia juga sedang kesusahan memikirkan biaya kebutuhan rumah tangga, belum lagi untuk pengobatan anaknya yang menderita penyakit tumor. Sang Nenek ternyata pantang menyerah dan  terus mencoba membujuk Pak Suprihatin. Akhirnya Pak Suprihatin luluh juga dan menolong sang nenek membelikan beras sebanyak 10 kilogram. "Setelah membelikan beras 10 kilo, uang yang tersisa tinggal 5000 perak, sang nenek menodong saya lagi karena dia haus sekali setelah berkeliling-keliling menawarkan ikan asin. Uang yang ada di tangan saya tinggal 3000 perak. Tapi tak apalah, saya tidak tega melihat nenek yang katanya cucunya sudah dua hari tidak makan. Saya jadi teringat nenek saya dulu ujarnya memberi alasan kenapa akhirnya dia mau menolong sang nenek. Suyatnah, seorang ibu yang terpaksa menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya mengalami kecelakaan di pekerjaan. Kecelakaan itu mengakibatkan suaminya kehilangan kedua tangannya sehingga tak mampu lagi untuk mencari nafkah, sehingga Bu Suyatnah lah yang harus menggantikan peran suaminya sambil tetap memegang peran sebagai ibu rumah tangga. Apapun pekerjaan yang halal dilakukan ibu yang luar biasa ini agar tungkunya selalu berasap dan dapat memenuhi segala kebutuhan anaknya. Walaupun begitu, beliau tetap tegar dan penuh ikhlas menjalankan semuanya. Luar biasa memang ibu yang satu ini. Klien yang menguji kali ini adalah seorang anak perempuan yang tinggal berdua bersama seorang ibu yang sudah lanjut usia di rumah yang sempit. Karena kehabisan stok beras di rumah, dengan sangat terpaksa dia menjual piala satu-satunya yang selama ini menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Saat sedang menunggu angkot di halte bis,Bu Suyatnah ditawari piala tersebut oleh sang anak. Walaupun uang yang tersisa di dompet Bu Suyatnah hanya cukup untuk makan malam itu juga, tetap saja hati kecil Bu Suyatnah berbicara lain. Beliau mengantar anak tersebut ke pasar untuk membeli beras. Saat ditanya Andy Noya kenapa mau menolong klien, jawab Bu Suyatnah "Kondisi si anak saat itu lebih membutuhkan daripada saya, sudah berkeliling-keliling tapi belum ada yang menolong. Padahal dia dan ibunya butuh makan. Uang bisa saya cari nanti, mungkin pinjam ke tetangga atau ngutang ke warung". Kisah selanjutnya dialami seorang pria yang kesehariannya dipanggil Slamet. Beliau terlahir dengan kaki yang kurang sempurna seperti pada manusia umumnya. Persis seperti Pak Rinto, kekurangan fisik tetap tak menyurutkan langkah. Untuk menjalankan pekerjaannya sebagai penjual minyak tanah dan roti keliling, beliau menggunakan kendaraan khusus seperti becak beroda tiga. Luar biasanya, beliau tidak menggunakan kaki untuk mengayuh becaknya, tapi dengan tangan. Pak Slamet membantu seorang nenek -yang juga mengaku sudah tak punya uang lagi- yang membutuhkan minyak tanah dan bantuan untuk memperbaiki kompornya yang rusak. Beliau yang iba melihat sang nenek, akhirnya memberikan minyak tanah dengan cuma-cuma sekaligus memperbaiki kompor minyak sang nenek. Narasumber terakhir adalah seorang ibu yang mempunyai 4 orang anak. Apa yang dilakukan benar-benar membuat orang tidak percaya, karena setelah suaminya meninggal dunia, Bu Karsimah berprofesi sebagai penambal ban di daerah Semarang, Jawa Tengah. Ia berprofesi sebagai penambal ban menggantikan suaminya untuk mencari nafkah. Penghasilannya per hari berkisar antara 30 - 40 ribu. Hanya cukup untuk kebutuhan sehari. Ketika sedang menunggu pelanggan, tiba-tiba datang seorang nenek yang pura-pura tersesat dan minta tolong untuk diantar ke Salatiga. Bu Karsimah tertegun sejenak melihat sang nenek yang baru pertama kali dilihatnya. Sang nenek mengaku sudah  dua hari berusaha minta tolong kepada beberapa orang tapi tak satu pun yang bersedia menolong. Walau agak ragu, Bu Karsimah kemudian menutup kios tambal bannya dan segera menggandeng nenek dan menumpang bus ke jurusan Salatiga mengantar nenek. Di akhir acara, para penolong yang berhati mulia ini mendapat sedikit bingkisan dari tim Kick Andy masing-masing sebesar 10 juta rupiah. Selain itu, Pak Suprihatin tak perlu pusing lagi memikirkan biaya pengobatan anaknya. Orang-orang yang tersentuh atas sifat dan kondisi ekonomi beliau, juga melakukan kebaikan untuknya. Sampai saat ini, bantuan tersebut telah terkumpul cukup untuk biaya pengobatan anaknya. Beliau seperti mendapat "upah" atas hatinya yang mulia. Alangkah indahnya rantai kebaikan!

orang-orang yang luar biasa, berhati mulia

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Berdasarkan pengamatan, justru orang-orang dari kalangan kurang mampu lah yang ringan tangan dan mau menolong klien TOLONG. Hati mereka tergerak, mungkin karena tak tahan melihat orang-orang yang bernasib sama dengan mereka. Lihat saja, mereka mau memberi bantuan tanpa banyak pertimbangan. Sangat bertolak belakang dengan kalangan orang mampu dan kalangan atas yang kebanyakan selalu curiga dan individualistis,saat diuji klien sedikit sekali yang mau menolong. Banyak hal negatif dari reality show ini. Terlepas dari semua itu, apa yang dilakukan orang-orang yang berhati mulia diatas semoga bisa menjadi pengasah jiwa kita. Terapkan sisi positifnya! Terakhir, Kita berani berkata “ya” (bersedia menolong) bukan karena seberapa besar/banyak yang kita miliki, tapi seberapa berani kita berkata “ya”, saat kita juga berada dalam keadaan susah maupun kekurangan. Mari terus belajar untuk saling mengasihi dan menolong.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun