Mohon tunggu...
Alvin Kurniawan Hanafie
Alvin Kurniawan Hanafie Mohon Tunggu... Insinyur - Sic parvis magna, greatness from small beginnings

An open minded person and avid gamer, interested to explore data science, psychology, film, new knowledge. Contact : alvinkurniawan87@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Parasyte: The Grey, Masihkah Manusia Menguasai Bumi?

7 April 2024   14:50 Diperbarui: 7 April 2024   15:01 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.newonnetflix.info/news/april-release-date-announced-for-new-korean-horror-series-parasyte-the-grey-based-on-popular-manga/

Terlahir sebagai manusia, kita telah menguasai bumi sebagai ‘predator’ utama, menggantikan dinosaurus pada masa lampau. Pernahkah terbersit dalam pikiran kita, bahwa mungkin ada entitas lain yang sedang mengincar kedudukan kita sebagai penguasa planet ini? 

Series Parasyte: The Grey, dengan genre thriller mystery, mengajak kita untuk masuk ke dalam skenario dimana ada makhluk lain yang berniat melakukan invasi pada manusia di dunia.

Diawali dengan turunnya spora misterius dari langit, parasit yang terlahir dari spora tersebut bergegas mencari manusia sebagai inang untuk bertahan hidup. Setelah menguasai inangnya, mereka segera memodifikasi penampilannya untuk menyerupai manusia. Hal ini sangatlah berbahaya, karena keberadaan mereka menjadi sulit dibedakan dengan manusia normal. 

Manusia yang telah dijangkiti oleh parasit akan memiliki kontrol penuh pada inangnya. Untuk memberantas banyaknya parasit yang membuat kekacauan dimana-mana, dibentuklah tim khusus yang disebut The Grey. 

Bernasib naas, tokoh utama dalam serial ini pun tak luput dari serangan parasit. Karena satu dan lain hal, parasit ini tidak berhasil menguasainya secara utuh. Pada akhirnya ia memiliki keunikan dimana dirinya dan parasit yang menghinggapinya dapat hidup berdampingan. 

Oleh karena itu, The Grey berusaha keras untuk mencarinya, karena mereka tidak dapat menebak apa motif di balik perbuatannya, serta di ‘sisi’ mana yang ia berada, manusia atau parasit? 


Bagaimanakah dilema tokoh utama sebagai orang yang berada sebagai ‘penghubung’ antara manusia dan parasit? Akankah dia berpihak pada manusia atau parasit? 

Berhasilkah The Grey menangani seluruh parasit yang meneror keselamatan umat manusia? Saksikan keseruan serial berdurasi 6 episode ini eksklusif di Netflix!

https://ggwp.id/media/geek/film/parasyte-the-grey-rilis
https://ggwp.id/media/geek/film/parasyte-the-grey-rilis

Karakter

Jeong Su-in (Jeon So-nee) sebagai tokoh utama berakting dalam dua peran menjadi dirinya versi ‘manusia’ dan ‘parasit’. Kepiawaiannya dalam membawakan karakter yang bertolak belakang patut diacungi jempol. Su-in benar-benar terlihat seperti dua kepribadian yang berbeda. 

Pada saat menjadi ‘manusia’, kita dapat melihat dirinya yang rapuh dan peduli pada orang di sekitarnya. Sementara pada saat menjadi ‘parasit’, kita dapat melihat sosok yang tegas dan tangguh untuk bertahan hidup dengan cara apapun. 

Parasit yang baru datang ke bumi, tentunya belum sepenuhnya memahami pola perilaku manusia. Mereka harus dapat beradaptasi untuk bertingkah seperti manusia yang dikuasainya, agar masyarakat sekitar tidak curiga. 

Para aktor yang mendapatkan peran ini dituntut lebih dalam penokohan karakter mereka. Pertama, mereka harus berakting sebagai manusia sesuai dengan karakternya. 

Kedua, saat mereka diambil alih oleh parasit, mereka harus berakting sebagai parasit yang juga berakting menjadi manusia. Hal ini sungguh mengagumkan, karena mereka berhasil melakukan lapisan ‘akting dalam akting’ yang sangat kompleks. 

Cerita

Penceritaan dalam serial ini terangkai dengan rapi dan tidak bertele-tele, sehingga 6 episode yang disuguhkan dalam serial ini menjadi padat cerita. Serial yang berlatar di Korea Selatan ini juga memiliki keunikan dalam gaya penceritaannya. 

Pada setiap awal episode, kita akan diberikan adegan flashback. Salah satu contohnya yaitu insiden awal dimana parasit menguasai manusia di supermarket di masa lalu. Dimana pada bagian ini, kita dapat mengintip motif di balik ‘tangan dingin’ Kapten The Grey dalam memimpin pasukannya. 

Model penceritaan ini efektif dalam memberikan jawaban atas pertanyaan penonton, terkait alasan mengapa suatu karakter melakukan sesuatu di masa depan. 

Selain menggambarkan cerita yang lebih komprehensif, kita sebagai penonton juga akan lebih memahami tiap karakter. Porsi flashback ini ditampilkan dalam porsi yang tepat, dan dapat mengubah persepsi kita pada karakter tertentu seiring berjalannya cerita.

Sinematografi

Berasal dari besutan sutradara yang sama dengan film sohor Train to Busan, tentunya rangkaian aksi dan suspense dari Parasyte: The Grey tidaklah diragukan lagi. 

Pertarungan dan lika liku setiap adegan sukses membuat saya seolah ‘masuk’ sebagai karakter yang ditampilkan, dan merasakan apa yang sedang dialami oleh karakter tersebut. Berbagai emosi berhasil disampaikan dengan baik, sehingga saya dapat berempati dengan apa yang terjadi pada mereka. 

Kualitas CGI pada serial ini tampil memukau, membuat parasit terlihat natural dan mendetail. Hal ini mendukung penonton semakin terbawa dalam suasana yang intens, terutama pada aksi yang melibatkan parasit dengan bentuk yang mengerikan. Karena tampilannya yang sangat realistis, penonton dapat membayangkan monster tersebut benar sebagai sebuah ancaman yang berbahaya. 

Sayangnya dari banyaknya parasit, variasi kemampuan parasit nampak belum tereksplorasi dengan baik, sehingga beberapa pertarungan terkesan repetitif. 

Koneksi dengan Manga

Sebagai serial adaptasi manga Parasyte karya Hitoshi Iwaaki, serial ini sangat ‘loyal’ pada manga. Masih menggunakan konsep parasit dan premis yang sama pada tokoh utamanya, serial ini berhasil membawakan vibe dan keseruan yang sama saat saya menonton versi adaptasi anime dari Parasyte yang berjudul Parasyte: The Maxim. 

Meskipun dikatakan ‘adaptasi’, serial ini menawarkan cerita yang berbeda dengan manga, Serial ini berhasil mengembangkan universe dari Parasyte itu sendiri. Pada manga aslinya, invasi parasit hanya terjadi di Jepang, sementara pada serial ini digambarkan seluruh dunia tengah dilanda masalah yang sama. 

Refleksi

Pesan yang dapat ditangkap dari serial ini, kita sebagai manusia tidak boleh bersikap sombong karena kekuasaan kita sebagai predator utama di Bumi. Sebagai individual, kita dapat dikatakan sebagai makhluk yang ‘lemah’, dan terbukti pada serial ini menjadi sasaran empuk bagi parasit untuk mengambil alih tubuh kita. Bahkan parasit yang dikisahkan dalam serial ini berhasil mempelajari pentingnya konsep kebersamaan dari semut, yang menjadi inspirasi dalam cara mereka bertahan hidup di dunia manusia dengan menyatukan kekuatan bersama.

‘Parasit’ dalam dunia nyata dapat berasal dari mana saja, baik dari internal maupun eksternal manusia. Pikiran negatif dalam internal manusia dapat juga menjadi parasit, yang jika dibiarkan dapat menguasai pikiran manusia sepenuhnya.

Saya sangat merekomendasikan serial ini untuk dinikmati, terutama untuk penggemar genre thriller dan penggemar manga Parasyte. Bagi penonton yang tidak familiar dengan manga Parasyte, tidak perlu khawatir karena serial ini bersifat standalone yang tidak terkait secara langsung dengan cerita utama pada manganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun