Mohon tunggu...
Alvien Deyan Pratama
Alvien Deyan Pratama Mohon Tunggu... Buruh - Communication student

someone who curious about something new

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ulas Sampai Tuntas Album "Sinestesia" dari Efek Rumah Kaca

30 Oktober 2020   20:00 Diperbarui: 30 Oktober 2020   21:17 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sampai saat ini, mereka hanya sekali saja masuk ke Istana Merdeka di zaman pemerintahan Presiden Ir. Joko Widodo. Sampai sekarang mereka tetap menunggu jawaban dari Negara terkait kasus pelanggaran HAM berat seperti penghilangan orang secara paksa, Tragedi Semanggi I dan II, dan masih banyak lagi. Ini adalah beberapa penggalan lirik yang ada di track “Jingga” mulai dari (“Rindu kami seteguh besi” “Hari demi hari menanti” “Tekad kami segunung tinggi” “Takut siapa? Semua hadapi”) (“Yang hilang menjadi katalis” disetiap kamis” “nyali berlapis”) (“Marah kami” “Senyala api” “Di depan istana berdiri”) (“Yang ditinggal” “Takkan pernah diam” “Mempertanyakan kapan pulang?”)

Di fragmen kedua yaitu “Nyala tak terperi”, menceritakan tentang kondisi sang bassist yaitu Adrian Yunan yang mengalami kebutaan, namun hilangnya fungsi indra mata nya malah mengaktifkan indra yang lain menjadi bisa “melihat” begitu banyak cahaya yang terpancar. Di fragmen ini juga kuat akan pembahasan korban di rezim Orba, mereka yang sudah wafat mendapatkan energi dari cahaya yang sangat kuat, semua yang menjadi gelap akan sirna saat dikikis doa doa oleh keluarga korban seperti di lirik berikut (“Ku bermandikan cahaya mentari” “Mendarah mendaging” “dan Menjadi energi”) (“Segala gurita sirna” “Terkikis doa” “Semua  indera terbuka”)

Fragmen terakhir adalah “Cahaya, ayo berdansa” adalah instrumental dari nada – nada yang dihasilkan oleh dentingan piano, bisa di artikan bahwa para korban tragedi pelanggaran HAM berat yang terjadi di rezim Orba telah bahagia di alam yang lain yang sedang berdansa dengan cahaya

Track selanjutnya ada “Hijau” yang terdiri dari dua fragmen yaitu “Keracunan omong kosong” dan “Cara pengelolaan sampah”. Di fragmen “Keracunan omong kosong” Efek Rumah Kaca memberikan sejumlah kritik kepada media sosial dan pers. Dimulai dari lirik (“Apa yang kau tawarkan, bukan pengetahuan” “Ucapan miskin pemikiran” “Apa yang kau sodorkan, hanyalah hasutan” “Ujaran kemunafikan” “Keracunan omong kosong”) yang dimaksud Efek rumah Kaca adalah dimana media sosial menawarkan kemiskinan pemikiran dan juga ujaran kemunafikan yang mengakibatkan publik keracunan omong kosong apalagi sedang maraknya hoax yang sering kita jumpai di media sosial.

Di fragmen kedua yaitu “Cara pengelolaan sampah” ada dua sudut pandang yang pertama di lirik (“Kita konsumsi sampah (konsekuennsi demokrasi)”) yang menandakan bahwa demokrasi kita tidak ada gunanya karena politik diatas sana tidak menghiraukannya. Lalu di lirik (“Sampahpun meninggi, cari eksistensi” “Bukan disesali, atau dimungkiri” “Jangan dibaui, diatasi” “Dialihfunsi, ke energi”) (“Dipilah, dipisah” “Agar gampang diubah, biar mudah diolah” “Yang basah, alamiah” “Tanam di tanah, mestinya berfaedah”) ini menggambarkan untuk mengelola sampahpun kita masih susah sampai – sampai harus diajarkan oleh Efek Rumah Kaca.

“Putih”. Ya track kelima ini adalah “Putih”, sesuai namanya lagu ini memiliki dua fragmen yakni “Tiada” dan “Ada”. Di fragmen yang pertama menceritakan tentang sebuah kehidupan yang telah tiada dan telah lengkap, bisa juga dikaitkan dengan politik ketika suatu negara denga politik yang bersih dan tentram maka kita akan hidup dengan damai, seperti pada lirik (”Dan tahlilan dimulai” “Doa bertaburan terkadang tangis terdengar” “Akupun ikut tersedu sedan” “Akhirnya aku usai juga” “Oh, kini aku lengkap sudah”)

Lalu di fragmen “Ada” bisa diartikan ke politik pada lirik tentang kebenaran, jika kebenaran dan juga kejujuran di politik kita akan baik maka kita tak akan mati kekeringan, seperti pada lirik (“Dan juga kebenaran” “Juga kejujuran” “Tak kan mati kekeringan” “Esok kan bermekaran”) 

Lalu lagu terakhir dari album Sinestesia ini adalah “Kuning”. Menceritakan tentang keberagamaan, keberagaman, dan Leleng, di fragmen yang pertama yaitu “Keberagamaan” dimana pada lirik (“Tentang nubuan mencerahkan”) yaitu tentang Wahyu yang diturunkan dari Tuhan untuk mencerahkan kehidupan. (“Berlabuh dalam keheningan”) yang dimaksut adalah saat Wahyu ini turun, dunia sedang dalam keadaan yang jernih, sehat pikir dan nurani. Lalu (“Menyapa dalam keramaian” “Pada Batas yang dirasakan” “Resah”) di bait ini Wahyu turun ke dalam dunia dengan keadaan yang resah dan juga ramai sampai batas yang dirasakan. Di sini kita bisa mengerti bahwa Wahyu turun tidak memandang saat kondisi apa akan turun.

Fragmen yang kedua adalah “Keberagaman” dimana dalam lirik (“Terjembap demi akhirat” “Akalnya lenyap, hati berkarat”) lalu (“Hati berkarat” “Hati berkarat” “Hati berkarat” “Hati berkarat” “Cacat, pekat, karat”) menurut saya ini salah satu sindiran terhadap sejumlah kelompok yang berjuang mendapatkan surga yang mereka dambakan namun menyingkirkan rasa manusiawi terhadap sesama.

Lalu di lirik (“Beragam, berwarna” “Lestari tumbuhnya” “Bermacam agama” “Dipancarkan cintanya” “Semua bertautan”) yang mana menggambarkan kondisi Indonesia yang memiliki ragam kebudayaan dengan warna kulit yang berbeda warnanya namun tetap tidak ada perbedaan, dan juga beragam agama yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama. Dengan lirik ini Efek Rumah Kaca mungkin ingin menyampaikan bahwa jangan sampai dirusak oleh orang – orang tidak bertanggung jawab karena dengan bermacam agama, budaya, ras, suku. Sebab kita dipancarkan cintanya oleh Tuhan dan semua pun berhubungan dengan baik

Di album ini Efek Rumah Kaca ingin menyadarkan ke berbagai pihak bahwa mulai dari politik, budaya, sampai cara pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat kurang, dengan ini semoga pihak – pihak terkait akan mengerti tentang permasalah di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun