Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Anak Pantai (4)

11 Mei 2021   21:20 Diperbarui: 11 Mei 2021   21:37 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sayyid jumianto

Idul fitri yang sepi, insyaallah kamis 13 Mei 2021  ramadan ini berlalu menyambut  hari kemenangan ini seakan berlalu tanpa arti malam ini malam terakhir dibulan ramadan ini. Suasana mushola yang ceria akan redup kembali untuk melewatkan sepi lagi yang seperti biasanya.

 Kakak sudah pulang dengan sedikit oleh-oleh kata orang parcel buat kami benar sangat bermanfaat.

Uang THR kakak yang tidak seberapa dibelikannya sarung, peci untuk bapak serta mukena dan baju gamis untuk ibu. Aku tidak menyangka juga dibelikan mukena dan baju baru, serta angpo yang buatku gembira. "Terima kasih kakak" bisikku padanya aku lihat senyumnya senang pada kami. 

"Nduk simbok ora iso nukoke opo-opo yo" kata simbok padaku. 

Aku tahu trasi buatan simbok belum laku sementara buruh bersih-bersih kerang hijau hanya dibayar harian lima ribu rupiah perkilo habis untuk makan sehari-hari kami.

Bakdo kata kita orang Jawa adalah lebaran yang sebenarnya sehabis puasa satu bulan penuh biasanya ada lebaran ketupat dan lomba kapal hias dan larung dilaut wujud syukur kami pada sang illahi sehingga kini dilestarikan adat ini oleh kami.

 Sekarang pandemi corona ini seakan membuat susah  kami semua kegiatan di pending demi tidak meluasnya virus ini didesa kami. Kami dengar di pelabuhan besar ada beberapa kapal asing yang di karantina karena anak buahnya terkena virus ini. 

Kampung nelayan kecil kami ini seakan terjepit pelabuhan besar dan juga aturan pemerintah, kadang kami sudah patuh dan jalankan protokol kesehatan tetapi para pendantang semaunya saja tidak mematuhi prokes ini. 

Mereka sengaja tidak mau pakai masker dan patuhi aturan yang ada.

"Saiki kerjo neng kuto abot, sekarang kerja di kota berat" kata kakak pada bapak sehabis buka puasa sore ini." Sabar le Gusti Allah ngerti kok" kata bapak padanya.

"Opo maneh buruh di pelabuhan , akeh wonge, kapal sik merapat sudo, alasan covad covid" kakak tersenyum lepas bersama bapak " pum mboten ngrokok tingwe to pak?" Tanya kakak pada bapak "kapok le wes ora, marahi watuk"kata bapak pada kakak. Gara-gara bapak pernah batuk dan sakit maka berhenti merokok.


"Tin nguping?, iki wedang jahe nggo bapak karo kakangmu" kata simbok padaku" ya mbok" jawabku singkat

Aku berpikir keras apa harus pasrah jadi buruh dinegeri sendiri dikampung yang konon kaya dengan hasil lautnya atau ini takdirnya aku tetap begini seperti bapak dan kakak jadi buruh?

Bersambung...

#cerpen bersambung

#salam buat k sianer sejagat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun