Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal [14] Memutar waktu

22 September 2020   13:42 Diperbarui: 22 September 2020   14:01 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbal [14] memutar waktu

Bulan September seakan tidak bisa terlupakan oleh penduduk negeri ini  tentang sebuah peristiwa yang merubah dan mengubah semua tatanan hidup dan pola kehdupan bangsa ini perubahan cepat yang banyak memakan korban.

Korban harta, benda dan juga nyawa yang tak terhinga yang bermula dari kuasa dan perebutan kekuasaan di negeri ini, tanpa berkesudahan hingga akhir zaman nanti.

"Akhir zaman masih berpola begini yang kuat mengalahkan yang lemah dengan segala cara?' tanyaku pada sang kakak perempuanku

"masih berlangsung, ibarat cakra manggilingan selalu terjadi" jawab kakakku optimis

"semua harus berkata apa, bisakah kita ganti roda itu ?" tanyaku

"biasa " jawab  kakakku matap

"dengan  bengkel yang baguskah?" tanyaku lagi

"dengan revolusi "jawab kakakku lagi

"revolusi mentalkah?" tanyaku lagi yang sedikit membuat anyel hati kakakku

"revolusi ya revolusi, buat yang baru!" jawabnya padaku

Saya kir seperti revolusi mental itu, jadi ganti  sang cakra ya ganti yang baru aku baru tahu ini soal "ban serep" itulah yang membuat aku sedikit plong waktu kakak bicara tentang revolusi ini.

Revolusi mental yang kemana?

Pandemi corona ini  entah mengapa aku harus menulis jujur betapa revolusi mental itu tidak berarti apa-apa karena revolusi ini tidak berimbas pada hal  yang ada di lubuk hati yang dalam semua malah "mental" lihatlah beta era pandemi ini masih ada yang manfaatkan untuk keuntungan pribadi, juga masih ada yang ngeyel atas  aturan  dan anjuran protokol kesehatan itulah revolusi mental yang gagal benar adanya.

"tidak semua bisa seperti yang di harapkan " tanya kakak padaku

"kenapa?" tanyaku

"buku harian bapak sudah buktikan betapa orang harus bersungguh-sungguh untuk buktikan kebenaran itu " kata kakak padaku

"sesuai yang kita mau kan kak?" tanyaku lagi'

Ini keadaan yang sekarang  dan inilah yang buat aku harus  percaya pada akal sehat karena isi buku harian bapak kadang membawa emosi dan sedih yang tidak bsa kami pahai tentang rasa dan hati yang bergejolak saat itu.

-------

Tumbal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun