Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal [6] Rahasia Buku Harian Bapak

10 September 2020   22:03 Diperbarui: 10 September 2020   21:57 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbal [6] rahasia buku harian bapak

Lembaran duka dan sakit hati itulah yang terulis di buku kumal yang berdebu yang aku lihat di lemari tua bapak seakan menjadi saksi, diantara sela halaman ada foto-foto kegembiraan bapak dengan ekdua orang tuanya, nampak sederhana dan sungguh  membuat hati yang melihat seakan bertanya itu adalah kebahagaian terakhir yang telah  mereka rasana bertiga!

Waktu seakan  baru kemarin 55 tahun lalu kejadian itu berlalu tanpa terasa aku dan kakak yang merupakan cucu mereka bisa merasakan betapa waktu seakan masih tidak berpihak pada , aku tahu  meraba dalam gelap foto hitam putih itu seakan bercerita bahwa nenkku sudah pandai memotrek dengan   kameranya sedang kakek  menurut cerita bapak adalah saudagar tembakau  yang sangan disegani dan mudah akrab dengan siapapun di desa kami.

"mereka membawa kakek dan nenek di sebuah  gunung" pekik  kakakku lagi

"ini Cuma gambar gunung  kak" balasku  karena kaget atas teriakan kakak tadi

"truk itu membawa ke sebuah hutan dan gunung, ini gambar dan tulisan bapak di halaman ini" aku coba mencermati dan aku hanya bis abilang

"itu coretan indah bapak kak"  kataku sedikit menahan diri untuk tidak larut dalam keheraan menemukan haarta karun bapak.

"ini benar dik kita harus tahu cari truk itu entah kemana mereka membawa kakek dan nenek '' kata kakak memberi  aku pengertian lagi.

Waktu bergitu cepat berlalu

Konon kata   orang-orang tua yang ada di sekitarku para tahanan politik itu biasanya di bawa ke pulau buru, dan sebagaian di Nusakambangan, tetapi yang membuat aku dan kakak begidik adalah ada yang di bawa kesebuah hutan dan  mereka dis udahi disana tanpa ada pengadilan yang nyata buat mereka

"ada sebagaian yang dibawa di Luweng konon di sekitar pulau Jawa bagian selatan banyak luweng dan goa vertikal untuk mengesekusi mereka " kataku pada kakak

"benar itu gambar dari bapak truk  membawa mereka  kehutan dan dan semak...jadi" pekiknya padaku

"apakah kakek dan nenek di bwa ke Luweng itu ak?"' jawabku spontan

"tidak dik ini tidak masuk akal semua harus di cari kebenarannya, diantara mereka ada pak lurah dan pak dukuh serta tokoh-tokoh  pemuda yang konon  ikut gerakan kiri itu" jawab kakaku sehingga aku pun akhir tahu apa harta karun yang ada di lemarai tua di rumah  lama bapak itulah sakasi hidup yang nyata.

Atas nama kebeneran mereka membabi buta dan atas nama negar  mereka  menyudahi dengan yang dianggap penghianat oleh mereka. Aku tahu betapa  keadaa mungkin tidak bisa dibalik dan tidak bisa memperbaiki masa lalu yang tidak akan kembali lagi seperti kamari, sama seperti saat pandemi ini yang aku dan kakak lalukakn adalh berbenah rumah yang besar dan sudah lama tidak pernah di gunakan lagi, walau bau rasa temabau di sudut ruangnya masih nampak samapai sekarang.

------

Tumbal 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun