Cerita kemarin
Daun-daun jati berguguran jadi saksi-12-kilas balik bagian ketiga
Sore ini ingin rasanya ingin selalu bersamamu kekasihku. Kuharap kamu sama kangennya denganku apalagi sore ini udara mendung saat ini mendukung rindunya padamu.
Apakah harus kebangkrutan itu membuat kami menyerah kalah itulah yang berkecamuk didadaku ksla menemukan fakta bukan harta benda yang buat kami sedih
Perusahaan yang orang tua kami rintis sejak nol bangkrut dan lebih sedih lagi ternyata sang juru selamat itu adalah teman bapak dan otomatis kami "bekerja" untuk mereka.
Semua ujung usaha petani-petani kedelao hitam pemasok gula kelapa dan rempah-rempah serta empon-empon beralih menyetor pada mereka bukan pada kami.
Aku takjub perjuangan bapak dari perintis nenjadi seorang yang apa adanya.
"sabar dan tawakal ", itu doa-doa kami yang kami panjatkan setiap hari tentang rasa syukur yang harus kami hadirkan demi semua  kehidupan kami saat itu.
"kalau kamu iri, buatlah irimu untuk lebih maju dari semua orang yang kamu irikan hatinya, usahanya, juga keberhasilanya kelak" kata ibuki ksla itu.
Tin, Aku dan Adikku serasa saudara senasib walau sangat berbeda rejeki-rejeki kami akhirnya.
"bukanku sombong mas tetapi aku tetap cinta kamu apa adanya, bukan.aku minta balasan budi darimu karena orang tuaku sungguh dengan hati membantu krluargamu mas"
"aku tahu..."
"karena cinta inilah aku ingin aku lupakan siapa aku dan siapa kamu dan karena takdirlah yang buatku harus  sedikit menjauh darimu sayang"
Ungkapan yang falam darimu Tin