Mohon tunggu...
Riyan Hidayat
Riyan Hidayat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merangkai Narasi Mahasiswa Kini dan Nanti

30 November 2015   10:53 Diperbarui: 30 November 2015   11:33 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Kau Tidak Akan Pernah Besar, Kalau Kemauan yang Kau Miliki Sebegitu Kecil-

Mahasiswa sebagai generasi yang paling diandalkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa, sudah lazimnya menyadari arti fungsi serta peran yang seharusnya dilakukan. Salah satu sikap penting yang harus dimiliki seorang agent of change adalah sikap yang mencerminkan kepedulian. Salah satu variable penting kepedulian ialah kepekaan. Pada realitasnya, seberapa banyakkah mahasiswa yang hari ini peka terhadap keadaan sosial? Atau dalam ruang lingkup yang lebih kecil, seberapa banyakkah mahasiswa yang peka akan permasalahan teman dekatnya? Jawabannya, tengoklah realitas yang ada.

UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan bagian dari institusi pendidikan formal negeri ini, telah seharusnya merangkai arah perubahan demi memantik perbaikan sistem pendidikan yang lebih baik serta mampu menularkan gen-gen positif tersebut pada tataran yang lebih massif.

Diluar sana, orang-orang melihat kampus sebagai sebuah lembaga perkuliahan formal. Mereka membayangkan mahasiswa sebagai manusia-manusia yang cakap secara retorika, atau setidaknya nge-jreng secara penampilan dan gaya. Akan tetapi, apapun bayangan orang terhadap kita, yang penting tunjukkan akhlak yang elok dipandang mata. Tentu hal ini tidak hanya berlaku bagi mahasiswa sebagai salah satu objek dari sistem pendidikan, melainkan bagi dosen-dosennya juga yang mungkin seharusnya terdepan dalam mencontohkannya.

Singkatnya, ada beberapa rangkaian narasi penting untuk membangun sejarah perjuangan mahasiswa yang nantinya diharapkan akan menjadi cerita hebat di masa yang akan datang. Pertama, efektifitas pengaktualisasian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam hal pendidikan misalnya, setiap mahasiswa seharusnya merasa dituntut untuk memahami arti penting pendidikan bagi setiap manusia sampai akhir hayatnya. Apalagi dalam era kemoderenan ini, bahwa sudah seharusnya setiap manusia mendapatkan fasilitas pendidikan baik itu secara formal maupun non-formal. Sehingga, setiap individu dari mahasiswa tidak merasa mewakili manusia secara umum dalam hal menikmati pendidikan di perguruan tinggi tempat ia berada. Selanjutnya, kesadaran bahwa mahasiswa telah akan mampu mengamalkan ilmunya kepada masyarakat umum atau secara khusus kepada mereka yang masih minim pendidikannya—melalui intrumen pendidikan—inilah yang disebut sebagai tugas pengabdian. Sayangnya, himbauan wajib dari kampus akan hal ini dengan apa yang disebut Kuliah Kerja Nyata atau KKN hanya bersifat temporal tok, itupun hanya berlaku bagi mahasiswa semester tujuh yang telah menyelesaikan SKS dalam jumlah yang pun telah ditentukan.

Dalam aspek penelitian, mahasiswa lebih memposisikan diri sebagai pewawancara formal yang ditugaskan untuk menggali informasi tertentu dengan tujuan pemenuhan syarat akademis perkuliahan di ruang kelas. Sehingga, kreatifitas pencarian data dalam tujuan penelitian sering terkesan sangat normatif. Dan sudah waktunya metode penelitian yang digunakan seorang mahasiswa harus lebih kreatif serta efektif dalam mencari data-data yang valid. Pada akhirnya pendidikan, penelitian dan pengabdian harus inheren pada suatu tindakan dalam rangka ikut memperjungkan kemaslahatan.

Kedua, penanaman dasar mengenai moralitas keagaaman. hal ini penting, karena UIN yang berada dibawah institusi pendidikan yang berlabelkan agama dalam hal ini Islam, memiliki peran yang lebih dibandingkan Universitas pada umumnya. Tanggung jawab yang diemban pun tidak hanya terletak pada sejauh mana mahasiswanya memahami keadaan sosial dan politik dari perspektif secara umum saja. Akan tetapi, setelah itu harus pula mampu merepresentasikan sebagai mahasiswa Islam dalam hal bersikap, berperilaku dan berpedoman yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini bertujuan agar dimana tempat kita berada tidak kontraindikasi dengan sikap kelakuan sehari-sehari. Moralitas keagamaan ini penting untuk ditekankan dengan pengkajian secara jernih, dengan harapan agar pengejawantahannya juga tidak keliru.

Ketiga, kepatuhan terhadap aturan. Dalam sistem kehidupan sosial yang berlaku, hukum mengenai baik atau buruknya seseorang dinilai dari sejauh mana ia mampu mengikuti aturan yang diterapkan. Maka tidak heran, justifikasi mengenai mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang taat aturan. Kebanyakkan dosen pengajar pada umumnya sangat menyukai mahasiswanya yang patuh terhadap aturan. Akan tetapi, dalam waktu tertentu, tampaknya konten yang terkandung dalam aturan memang terkadang sangat perlu untuk didiskusikan kembali dengan tujuan demi tercapainya kesepakatan antara dua belah pihak yang berkaitan.

Keempat, inklusifitas dalam pemikiran dan tindakan. Artinya, sebagai mahasiswa Islam yang sadar akan adanya tata cara hidup bersosial, kita tidak boleh menutup diri terhadap siapapun. Bahwa betul kita memiliki prinsip dan memang harus memiliki prinsip, akan tetapi, penting untuk kita pahami bahwa prinsip yang kita terapkan bukan untuk membuat orang lain merasa tidak berdamai dengan kita. Maka selanjutnya, sangat disarankan bahwa setiap mahasiswa harus aktif membangun relasi dengan dunia luar yang tentunya sesuai dengan passion yang dimilikinya.

Rangkaian kelima dan seterusnya ada pada diri setiap mahasiswa masing-masing. Mahasiswa yang memiliki mentalitas kompetitif serta berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah harus diperbaiki hingga menjadi benar. Bukan mahasiswa yang hanya engge tanpa kritik. Bukan pula mahasiswa yang ogah untuk bangkit dan melawan. Bahwa sungguh, Negeri ini butuh sosok yang mampu bangkit meluruskan peradaban. Bangkit mengembalikan khittah perjuangan. Bangkit untuk menegakkan keadilan. Dan salah satu sosok yang diharapkan itu ialah Mahasiswa sebagai generasi yang di-emaskan Sang pembawa perubahan untuk peradaban kaya akan kesejahteraan.

Mudah-mudahan, seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah atau setidaknya sebagian besarnya, hari ini dan esok akan mampu membawa perubahan dimanapun mereka berada. Kesemuaan itu harus dimulai dari detik ini, belajar dan belajar. Yakinlah bahwa ilmu yang kita usahakan akan membuat amalan yang kita lakukan tak akan pernah berujung pada kesia-siaan. Yakin Usaha Sampai!. (ryn)

Ciputat, 21 November 2015

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun