Mohon tunggu...
Uus Aloy
Uus Aloy Mohon Tunggu... Wiraswasta - bebas

seorang pengusaha kecil yang sedang berusaha bangkit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Penga-DILAN" di Sekolah 1990

22 April 2018   17:21 Diperbarui: 22 April 2018   19:44 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*foto hanya sekedar ilustrasi,foto dokumen almamater penulis

Video kekerasan oleh oknum guru terhadap muridnya viral lagi,beberapa kali dari kejadian tersebut sang guru mendapat sanksi yang lumayan berat namun kenapa terus berulang?

Penulis coba kembali mengingat masa - masa sekolah dulu di tahun 90 an,dimana pada saat itu tidak ada seorang siswa pun yang membawa gadget (ponsel) atau apapun,mungkin karena belum ada pada masa itu.

Xby Counterflix

Kenakalan remaja atau anak sekolah era 90 an sebetulnya   boleh   dibilang tidak kalah dengan kenakalan anak remaja masa kini. Sentil kuping,digundulin rambut,gamparan,tendangan seorang guru terhadap anak didiknya yang nakal juga pemandangan yang sering terlihat,biasanya guru yang paling ditakuti siswa saat itu adalah guru BP ( sekarang BK ),namun apa yang dilakukan guru pada saat itu seperti tidak dianggap kekerasan oleh siswa maupun oleh orang tua siswa, dan sebetulnya jarang ada siswa yang melapor kepada orang tuanya kalau pada saat di sekolah  menerima hukuman dari gurunya,karena si murid tahu yang akan disalahkan bukan gurunya tapi malah dia sendiri yang dimarahin orang tua.

Ruang BP adalah satu ruangan yang paling angker di mata siswa/siswi pada saat itu,setiap siswa yang dipanggil ke ruang tersebut sudah dapat dipastikan bahwa dia siswa/siswi yang nakal. Ruang BP seoah menjadi sebuah ruangan pengadilan bagi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Yang paling teringat penulis pada saat itu adalah,setiap siswa yang dihukum tidak pernah punya rasa dendam terhadap guru tersebut,dengan gentle sang murid menerima hukuman apapun dari gurunya atas kesalahan yang dilakukannya.

Dan apa yang terjadi setelah bebarapa tahun siswa yang paling sering dihukum tersebut lulus dari sekolah?dia datang ke rumah guru BP yang dulu sering menghukumnya,dengan seragam dinas lengkap TNI,bermobil dengan plat nomor berbintang,diiringi ajudan yang tegap,dia sungkem di kaki seorang guru BP yang badannya kurus dan tidak gagah lagi seperti dulu saat jadi guru BP,suasana yang membuat penulis merinding karena kebetulan penulis ikut mengantar teman yang sudah jadi perwira TNI tersebut. Adegan selanjutnya sulit untuk penulis gambarkan,karena dalam otak dan pikiran penulis begitu bergemuruh dengan berbagai perasaan. Seperti ini lah gambaran anak Indoneisa seharusnya.

Apa yang terjadi dengan anak sekolah "zaman now" dan orang tua siswa saat ini?manja?masalah mentalkah?moral?pengaruh media sosial kah?

Guru tetaplah guru,manusia biasa yang mencetak muridnya menjadi seorang jendral,seorang menteri,seorang presiden,tapi dia tetap menjadi seorang guru.

.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun