Mohon tunggu...
Aloysius Anggito Panduatmojo
Aloysius Anggito Panduatmojo Mohon Tunggu... Pelajar SMA Kolese De Britto, Yogyakarta

Hobi bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perayaan Lebaran di Rumah Perdana

6 Mei 2025   15:20 Diperbarui: 6 Mei 2025   15:12 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran dan libur Paskah tahun 2025 ini sedikit berbeda dengan tahun sebelum-sebelumnya. Biasanya, kami sekeluarga tidak pergi kemana-mana. Namun tahun ini kami kompak ingin liburan terlebih dahulu keluar kota, tepatnya ingin mengunjungi rumah pertama kali yang dibeli bapak ibu setelah menikah. Gading Serpong, Tangerang Selatan adalah daerah dimana rumah perdana yang keluarga ini miliki. Kami semua anak-anak belum ada yang pernah tinggal di rumah itu, maka kami juga sangat antusias saat akan mengunjungi rumah itu. 30 Maret, saat matahari sedang terik-teriknya kami berangkat menuju stasiun Lempunyangan untuk naik kereta menuju stasiun Pasar Senen. 

7 Jam lamanya kami menempuh perjalanan didalam kereta, pegel rasanya.. kami juga mengakali lama waktu perjalanan dengan bermain Uno, semacam kartu yang memiliki angka dan warna yang bermacam-macam. Namun, tidak sampai 1 jam kami juga sudah bosan bermain Uno. Hingga akhirnya kami semua memilih untuk tidur. Baru kusadari, bahwa aku membawa laptop. Segeralah aku bangun dan mulai membuka tas bawaanku itu, dan menyalakan laptop. Aku memilih untuk menonton film horor bersama kakakku hingga kereta hampir tiba di stasiun tujuan kami. 

Setibanya di stasiun Pasar Senen, kami disambut dengan malam takbir yang berkumandang disekitar stasiun. Sekiranya jam 9 malam kami tiba di stasiun dengan kondisi sepi, hanya kami dan penjaga stasiun yang terlihat. Keresahan muncul saat kami memesan ojol dan selalu di cancel, bukan karena jauhnya, namun jumlah kami yang banyak ditambah barang bawaan kami juga sama banyaknya. Selang 15 menit kami mewanti-wanti ojol, akhirnya ada yang mau menerima dan membawa kami menuju ke rumah kami. 10 menit perjalanan penuh dengan keheranan, yaa selayaknya respon orang desa yang berkunjung ke kota dengan gedung-gedung tinggi dan jalannya yang lebar.

Kami pun tiba dirumah yang kami tunggu-tunggu itu. Rumah sederhana yang terlihat hanya 1 lantai, namun ternyata memiliki loteng yang sebenarnya memang cukup untuk dijadikan lantai 2. Rumah yang mini dengan cat merah muda, tembok dan lantainya yang dingin membuat suasana menjadi berbeda. Segeralah kami bergantian 6 orang untuk mandi. Oh iyaa, semenjak bapak dan ibu pindah dari jakarta, rumah ini ditinggali oleh Budhe. Maka kami datang sudah dalam kondisi yang bersih dan siap pakai, ahaha.. 

Malam sudah berada di puncaknya, kami pun bersiap untuk tidur. Paginya, 31 Maret kami berburu sarapan sambil jalan-jalan berkeliling sekitar perumahan. Sesampainya dirumah, kami segera menyantap seluruh makanan yang telah dibeli saat jalan-jalan. setelah sarapan kami berniat untuk pergi ke Blok M sekaligus ingin mencoba naik MRT. Kami berangkat siang bolong dengan menggunakan gocar dan dilanjut KRL untuk menuju ke Sudirman. Jujur, aku masih bingung dengan sistem KRL dan MRT disana, namun justru pengalaman ini memberikan aku pembelajaran bahwa kita tidak bisa terus menerus mengandalkan sistem yang tradisional, namun juga harus bisa beradaptasi untuk mengikuti perkembangan sistem dan teknologi. 

Sesampainya di Blok M, kami ingin mampir makan terlebih dahulu di Bakmi GM, namun keberuntungan tak berpihak pada kami. Bakmi GM yang ada di Blok M itu tutup dan kami terpaksa mencari makan lain di Blok M Square. Setelah makan di Blok M Square dan sudah puas jalan-jalan, kami kembali pulang dengan MRT dan ke rumah. Sesampainya dirumah, kami sekeluarga sudah tak memiliki tenaga dan kompak beristirahat. Hari kedua kami menginap di rumah ini, rasanya semakin dekat dan nyaman. 

Sebelum akhirnya kembali pulang, kami menyempatkan untuk memuaskan diri terlebih dahulu dengan menyantap babi panggang. Makan siang terakhir dirumah ini menjadi pengalaman berkesan dimana kami semua puas dan bahagia sekaligus rindu dengan rumah ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun