Seperti yang kita tahu merokok merupakan salah satu hal yang paling sering kita temui di lingkungan kita. Beberapa sumber mencatat jumlah perokok di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup tinggi akhir-akhir ini. Menurut data dari Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia 2021, sebanyak 34,5% orang dewasa atau 70,2 juta orang mengonsumsi tembakau. Data serupa juga ditemukan pada survei yang di upload oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada 2023 tercatat 70 juta orang di Indonesia merupakan perokok aktif. Hal ini merupakan hal yang cukup memprihatinkan untuk negeri kita, dimana masyarakat belum tersadarkan akan bahaya dari merokok untuk kesehatan dirinya dan orang lain yang ada di sekitar nya.Â
Dilansir dari website resmi World Health Organization (WHO) merokok dapat menyebabkan beberapa risiko untuk kesehatan para pengguna nya dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Yang pertama adalah penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), rokok mengandung banyak sekali zat iritatif dan oksidan yang merusak sel-sel endotelium di pembuluh darah dan dari hal tersebut endotelium menjadi kesulitan dalam mengatur pengembungan pembuluh darah, regulasi tekanan darah, serta mencegah pembentukan plak. Yang kedua adalah penyakit paru-paru atau pernapasan, pada paru-paru terdapat kantong udara kecil atau alveoli yang memungkinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Rokok bisa merusak dan menghancurkan elastisitas dari dinding alveoli, sehingga pertukaran udara menjadi buruk. Yang terakhir adalah dampak bagi perokok pasif atau second-hand smoke, mereka dapat terjangkit penyakit paru kronis seperti COPD atau bronkitis kronik hanya dengan menghirup udara yang terkontaminasi dengan asap rokok.
Jika setelah membaca dampak buruk dari rokok bagi kesehatan dan terdapat keinginan untuk berhenti WHO juga memberikan beberapa saran atau solusi agar dapat berhenti merokok. Hal yang termudah yang dapat dilakukan adalah melakukan konseling atau mencari dukungan dari profesional untuk berhenti merokok. Selain itu, terapi pengganti nikotin juga dapat menolong permasalahan ini. Mengganti kebiasaan merokok menjadi kebiasaan lain seperti memakan permen karet bisa menjadi salah satu solusi untuk berhenti merokok atau menggunakan obat bantu yang sudah terverifikasi oleh WHO contohnya seperti Variceline atau Bupropion.
Melihat begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok, sudah seharusnya kita lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain. Rokok tidak hanya merusak tubuh perokok, tetapi juga membahayakan mereka yang berada di sekitarnya. Dengan kesadaran dan kemauan yang kuat untuk berhenti, serta dukungan dari tenaga profesional seperti yang disarankan oleh WHO, kebiasaan merokok dapat ditinggalkan. Kesehatan adalah aset berharga yang harus dijaga, karena berhenti merokok berarti memberi kesempatan bagi diri untuk hidup lebih panjang, lebih sehat, dan lebih produktif.
daftar pustaka:
Beritaunsoed.com. (31 Mei 2025). Menelusuri prevalensi perokok di Indonesia melalui data statistik. Beritaunsoed. https://beritaunsoed.com/2025/05/31/menelusuri-prevalensi-perokok-di-indonesia-melalui-data-statistik/
World Health Organization. (22 August 2024). Kementerian Kesehatan dan WHO menerbitkan laporan Global Adult Tobacco Survey Indonesia 2021. WHO Indonesia. https://www.who.int/indonesia/id/news/detail/22-08-2024-ministry-of-health-and-who-release-global-adult-tobacco-survey-indonesia-report-2021?utm_source=chatgpt.com
World Health Organization. (19 May 2025). Effects of tobacco on health [Fact sheet]. WHO Europe. https://www.who.int/europe/news-room/fact-sheets/item/effects-of-tobacco-on-health?utm_source=chatgpt.com
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Tekan konsumsi perokok anak dan remaja. Kementerian Kesehatan RI. https://kemkes.go.id/eng/tekan-konsumsi-perokok-anak-dan-remaja?utm_source=chatgpt.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI