Tegak rumah karena sendi, tanpa sendi rumah binasa. Tegak bangsa karena budi, tanpa budi bangsa binasa.
Â
Sekilas, pepatah lama itu tampak seperti tak ada hubungannya dengan keharusan membangun keluarga, apalagi untuk mencapai kemajuan sebuah bangsa. Tapi, kalau kita coba dalami lagi, pepatah itu sebenarnya cukup erat kaitannya dengan tema yang sedang kita bahas. Sebuah bangsa yang kokoh pondasinya, dibangun dan dimulai dari sebuah keluarga.
Â
Cerminan sebuah bangsa yang hebat, bisa dilihat dari kondisi masyarakatnya. Sementara sebuah masyarakat yang sehat atau pun sakit, memiliki hubungan dengan kondisi sosial sebuah keluarga, sebagai unit terkecil dari sebuah masyarakat. Dapat dibayangkan, bagaimana jadinya sebuah masyarakat jika banyak keluarga yang membentuknya sakit secara mental dan moral.
Â
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan keluarga yang tangguh, yang kuat secara mental dan hubungannya dengan pembangunan sebuah bangsa?
Â
Keluarga harapan
Pemerintah dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun ini punya program mempersiapkan generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka, yaitu tahun 1945. Tugas ini tak boleh hanya semata-mata menjadi beban pemerintah dan BKKBN saja. Tanpa dukungan dari keluarga sebagai basis inti pembangunan, tujuan itu akan sulit dicapai. Karenanya, membangun keluarga harapan, harus dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga, di mana peran orang tua mutlak harus lebih besar.
Â