Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Terbang ke Luar Negeri? Singgah Sebentar di Bukit Bintang, Kuala Lumpur Yuk!

30 Agustus 2018   21:45 Diperbarui: 30 Agustus 2018   22:11 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syarat: Sempatkan diri untuk berfoto di depan Menara Kembar Petronas

Setelah beberapa ulasan tentang jalan-jalan kecil di pelosok Jawa Timur, penulis ingin memperkenalkan perjalanan singkat di negeri jiran: Malaysia. Bagi beberapa pelancong level bawah seperti saya, tentu harga murah selalu jadi pertimbangan utama termasuk dalam hal kebutuhan akomodasi. Untuk menjangkau negara-negara tetangga, tentu saya memilih transportasi yang terjangkau dari segi ekonomi. 

Bersama tajuk "Now everyone can fly", Malaysia benar-benar membuktikan bahwa kantong bukanlah perkara utama dalam melakukan perjalanan, termasuk perjalanan antarnegara. Tentu saja kemurahan hati mereka bukan dengan percuma. Malaysia dan armada AirAsianya mengatur setiap rute penerbangan mereka agar singgah sejenak di negaranya. Bagi saya seorang biasa yang tidak dikejar-waktu, tentu hal itu tidak menjadi masalah. Malah justru menjadi benefit karena saya bisa keluar bandara dan mencicipi jalanan Kuala Lumpur sembari menunggu penerbangan selanjutnya.

Dalam rangka menghadiri perkuliahan di Vietnam hari sebelumnya, saya menumpang AirAsia yang tak mungkin tidak singgah di KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Demi memanfaatkan waktu, kesempatan, dan ongkos perjalanan, saya sengaja memilih penerbangan dengan jeda transit cukup lama (saat itu saya mengambil jeda hari. Namun jika tidak berniat bermalam, jeda 10 jam pun sudah cukup puas)

Tujuan pertama setelah keluar dari bandara adalah KL Sentral. Kalau dilihat di peta, KL Sentral itu ibarat inti pada sel saraf yang memiliki banyak dendrit bagi kalian yang familier dengan ilmu biologi atau hub pada topologi star bagi kalian yang familier dengan jaringan komputer. KL Sentral merupakan tempat transitnya berbagai transportasi dari bermacam daerah. Banyak cara untuk mencapai KL Sentral dari KLIA 2, di antaranya dengan menumpang kereta KL Express, KL Transit, atau bus.

Untuk sekali jalan, KL Express dan KL Transit membutuhkan sekitar MYR 35 (Malaysian Ringgit, 1 Ringgit setara dengan Rp3.570 berdasarkan kurs Agustus 2018 saat tulisan ini dimuat). Bedanya, KL Express akan membawamu langsung menuju KL Sentral dalam waktu 30 menit tanpa berhenti, sedangkan KL Transit akan mengajakmu berhenti di 3 stasiun. Jika menarget anggaran lebih murah, kita bisa menumpang bus dengan tarif sekitar MYR 11 dalam waktu antara 45 menit hingga 1 jam. Menimbang perbandingan waktu yang tidak terlalu jauh, saya memilih berhemat dengan menumpang bus saja.

Selain mencari transportasi, kita juga bisa mencari sumber energi di KL Sentral. Untuk menutupi lapar, kita bisa mencari makan berat yang tidak terlalu asing dengan lidah kita. Selanjutnya, saya langsung menuju Bukit Bintang menggunakan monorel. Sebagai pengamat transportasi amatir (apanya yang diamati ya), saya cukup terkesan dengan sistem monorel yang diterapkan di ibukota negeri jiran ini. Segalanya serba otomatis dan teratur. (Mungkin karena di Jawa Timur belum ada, maka saya terkesan). 

Di stasiun, calon penumpang harus membeli tiket melalui sebuah konter yang bentuknya seperti mesin ATM. Cukup dengan MYR 2.5, kita akan menerima semacam koin plastik berwarna merah sebagai tiket masuk dan keluar monorel sesuai tujuan yang telah dibayar. Karena berfungsi sebagai tiket keluar, koinnya jangan sampai hilang ya...!

Tujuan pertama sesampainya di Bukit Bintang adalah mencari penginapan (bagi yang berencana menginap). Saat itu saya mendapat penginapan tepat di Jalan Alor. Jalan Alor merupakan pusat wisata kuliner jalanan alias street food yang sangat ramai di malam hari. Beragam jenis makanan dijajakan di sepanjang jalan ini. 

Di sana saya menemukan dua pedagang asal Indonesia. Yang satu menyajikan masakan Indonesia, satu lagi menjajakan Pot Ice Cream. "Bude" penjual es krim pot ini sangat ramah dan suka "pdkt" dengan pengunjung dari tanah air. Tanpa pikir panjang, beliau menraktir saya untuk makan makanan Timur Tengah (lupa namanya) yang dijual oleh penjual di dekatnya. Beliau juga banyak mengajak ngobrol dan memberikan nomor ponselnya agar tidak putus silaturahmi. Jika saya berkunjung ke Kuala Lumpur lagi, saya pasti akan mengunjungi stan beliau dan menyapanya.

Dari Jalan Alor, kita bisa berjalan kaki menuju Petronas Twin Tower. Konon bangunan ini adalah bangunan tertinggi dan wajib disinggahi (baca: diajak selfie) sebagai tanda pernah berkunjung ke Malaysia. Tentu saja tempat yang strategis untuk memotret menara kembar ini selau ramai oleh wisatawan dan fotografer komersil.

Jalan Alor, surganya wisata kuliner mancanegara
Jalan Alor, surganya wisata kuliner mancanegara
Selain Twin Tower dan Street Food, tempat yang bisa dikunjungi dengan berjalan kaki adalah Chocolate Kingdom. Kalau di Jawa, Chocolate Kingdom ini seperti Kampung Coklat yang ada di Blitar. Bedanya, Kampung Coklat Blitar jauh lebih besar dan lebih variatif dalam hal "wahana" dan macam produknya. Di Kampung Coklat, kita tak hanya menemui coklat bubuk atau coklat batang, tetapi juga es coklat, mie coklat, nasi coklat, pie coklat, dan banyak lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun