Perceraian adalah solusi yang tidak diinginkan karena menyebabkan akhir dari sebuah pernikahan. Ketika para orang tua memilih jalan perceraian, beberapa dari mereka hanya mementingkan kehidupan mereka sendiri dengan alasan “membuang rasa sakit”. Tapi apakah mereka para orang tua telah memperhatikan kondisi anak mereka ?? bagaimana perasaan anak mereka setelah adanya perceraian ? apakah berdampak buruk atau sebaliknya pada psikologi anak mereka ? karena mayoritas anak adalah “korban utama” dalam perceraian.
Anak adalah korban yang lebih terluka dan trauma terhadap perceraian orang tua mereka setelah memutuskan bercerai. Anak akan merasa takut kehilangan salah satu orang tua mereka atau bahkan kehilangan kedua orang tua mereka. Berbagai dampak negatifnya didapat oleh anak, khususnya dari segi psikologis. Bagi anak – anak yang usianya sudah melewati dari masa balita yaitu duduk di bangku taman kanak-kanak atau sekolah dasar sudah dapat diberi pengertian mengenai perpisahan orang tua mereka.
Beberapa perubahan psikologi anak pasca perceraian orang tua mereka yaitu hilangnya kepercayaan diri mereka, anak jadi tak terkendali (secara emosional), anak akan akan mengalami trauma yang panjang, anak mudah agresif dan depresi (bisa sampai melakukan tindakan bunuh diri), bahkan bisa mengalami gangguan baik fisik maupun mentalnya. Bahkan terkadang trauma pada anak akan membawa mereka dalam kehidupan yang lebih buruk kedepannya. Dampak trauma anak mengakibatkan menurunnya kognitif mereka juga, yang merugikan bagi masa depan mereka.
Ada banyak dampak buruk yang akan ditimbulkan orang tua terhadap anak, hanya saja para orang tua kurang menyadari hal itu. Tidak hanya dalam hal perceraian saja, melainkan berbagai hal, seperti jika salah seorang dari ayah atau ibu melakukan perselingkuhan, terlalu mementingkan pekerjaan, bahkan terlalu memanjakan anak pun akan berdampak negatif.