Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

GERDEMA, Mengutamakan Manusia dalam Pembangunan

22 November 2014   15:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416584586166622995

[caption id="attachment_355437" align="alignnone" width="644" caption="Buku Revolusi dari Desa Karya Dr. Yansen TP, M.Si"][/caption]

Rakyat Malinau harus bangga dan bersyukur mempunyai seorang sosok bernama Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si. Pria yang lahir di Pa' Upan, Krayan Selatan, 14 Januari 1960 dan saat ini menjabat sebagai Bupati Malinau periode 2011 -2016 ini memang patut dibanggakan, baik dari sisi pribadi maupun sosoknya sebagai seorang bupati.

Sebagai pribadi, Yansen dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi generasi muda. Meski lahir di daerah yang jauh dari pusat pendidikan dan pemerintahan, keadaan tersebut tidak menghalanginya untuk meraih pendidikan dan meniti karir setinggi-tingginya.

Di sela-sela kesibukannya sebagai birokrat, dia berhasil meraih gelar Doktor dari Universitas Brawijaya Malang. Hal ini tentu tak lepas dari didikan orang tuanya, terutama mendiang ayah yang berprofresi sebagi guru. Yansen kecil dididik untuk selalu tekun, ulet dan disiplin dalam menuntut ilmu

Sebagai pejabat publik, sosok Bupati Yansen juga dapat dijadikan insiprasi bagi para birokrat lainnya, terutama para kepala daerah. Bagaimana seharusnya mereka mengelola pemerintahan di wilayah yang dipimpinnya.

Niat yang tulus, komitmen, kesungguhan dan kerja keras para pemegang kekuasaan di daerah adalah kunci untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri negara, founding fathers, Indonesia tercinta ini.

Tata kelola pemerintahan lewat GERDEMA, Gerakan Desa Membangun, yang telah dipraktekkan dengan baik oleh Bupati Yansen di Kabupaten Manilau adalah salah satu contoh praktek pembangunan yang mulai membuahkan hasil. Malinau yang sebelumnya tak pernah dilirik orang, kini mulai menjadi pusat perhatian.

Sayangnya contoh keberhasilan tersebut belum banyak diketahui orang. Kinerja Bupati Manilau yang cukup mengkilap, seakan tertutup dengan kinerja yang agak buram dari para kepala daerah lainnya.

Banyak kepala daerah lain yang menjadikan jabatan mereka bukan sebagai lahan pengabdian, tetapi malah menjadikannya sebagai lahan untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya. Menurut Dodi Riatmadji, juru bicara Kementerian Dalam Negeri (13/9/2014), dalam kurun waktu 2005 hingga 2014, terdapat sekitar 327 kepala daerah yang tersangkut masalah hukum, 80 persen di antaranya berkaitan dengan kasus korupsi.

Menggugat Konsep Pembangunan

Sebagai seorang putra daerah yang lahir dan besar di Malinau, Yansen tentu punya pengetahuan yang mendalam mengenai lingkungan wilayah Malinau, baik dari segi fisik, penduduk, budaya maupun tingkat kemajuan masyarakat di wilayah tersebut.

Sebagai birokrat yang telah meniti karir sejak tahun 1986, Yansen juga sangat memahami seluk beluk birokrasi pemerintahan, termasuk bagaimana pola perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang dilakukan di wilayahnya.

Pembangunan di Indonesiatelah dilakukan sejak lama, dari mulai Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi, termasuk Kabinet Kerja sekarang ini. Berbagai model , konsep dan strategi telah dijalankan oleh pemerintah daerah. Namun hasilnya belum menunjukkan perubahan yang signifikan.

Tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat belum meningkat. Persoalan kemiskinan, pengangguran, rendahnya kualitas sumber daya manusia, keterbatasan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi semu, menjadi fenomena yang merata dimana-mana.

Konsep pembangunan yang menganut paradigma pertumbuhan (growth paradigm) secara kuantitatif memang telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sayangnya pertumbuhan tersebut hanya dinikmati segelintir kecil anggota masyarakat saja. Sebagian besar,masih belum tersentuh dan masih tetap berada dalam keadaan miskin.

Konsep pembangunan lain yang menganut paradigma pemerataan (generalization paradigm) juga belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pemerataan pembangunan belum dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Disana-sini masih banyak terjadi ketimpangan.

Kegagalan dua paradigma tersebut harus mendapat koreksi. Jika tidak, maka kegagalan serupa akan terus berulang di masa datang.Masyarakat adil dan makmur hanya akan menjadi cita-cita belaka.

Gila, jika kita mengharapkan hasil berbeda, dengan melakukan cara yang sama”, begitu petuah ilmuan terkemuka, Albert Einstein.

Untuk itu diperlukan sebuah paradigma yang lebih revolusioner yang menempatkan sumber daya manusia sebagai pusat pembangunan (people centered development paradigm).  Dalam paradigma ini kebijakan pembangunan yang diterapkan juga harus memahami kebutuhan, tuntutan dan keinginan sumber daya manusia di wilayah yang ada.

Paradigma ini menghendaki partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat. Peran pemerintah lebih banyak menjadi fasilitator dan dinamisator untuk menyalurkan partisipasi tersebut.

GERDEMA, Implementasi Pembangunan yang Mengutamakan Manusia

GERDEMA yang dijadikan sebagai sebuah tag pembangunan di Malinau telah melalui proses pengamatan, kajian serta perenungan yang matang mendalam. GERDEMA bukan sebuah konsep instan yang muncu dengan tiba-tiba.

Sebelum menjadi sebuah kebijakan publik, GERDEMA terlebih dulu disosialisasikan dan diuji oleh seluruh pemangku kepentingan di Malinau. Sebelum dimplementasikan, para pemangku kepentingan harus dapat memahami konsep GERDEMA tersebut dengan baik dan menyeluruh.

GERDEMA adalah sebuah konsep pembangunan yang implementatif yang mengutamakan manusia dan menempatkan desa sebagai pusat pembangunan.

Mengapa desa ? Karena sebagian besar masyarakat kita tinggal di perdesaan, sebagian besar masyarakat miskin juga berada di sana. Membangun desa adalah membangun hal-hal yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan manusia, lahir maupun batin. Jika masalah desa telah selesai, maka bisa dikatakan sebagian besar masalah pembangunan di Indonesia ini telah selesai.

Pembangunan perdesaan ini akan berhasil jika seluruh pejabat dari mulai tingkat pusat, daerah  sampai ke tingkat desa terlibat. Harus ada kerelaan dari pemerintah pusat dan daerah untuk melimpahkan sebagian kewenangannya pada desa. Dan yang lebih penting semuanya harus memiliki konsistensi antara rumusan dan implementasinya.

Mereka juga harus melibatkan partisipasi seluruh masyarakat karena mereka lah sebenarnya obyek sekaligus subyek dari pembangunan itu sendiri. Syarat agar pembangunan desa berhasil, pemerintah harus memberi kepercayaan penuh kepada masyarakat.

Dengan memakai konsep fungsi manajemen sederhana yang dikenalkan oleh George R. Kerry, masyarakat desa melalui berbagai perangkatnya seperti badan permusyawaratan desa (BPD), kepala desa, sekretaris desa dan para kepala seksi, bisa melakukan sendiri fungsi perencanaan (planning) pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan evaluasi serta pengawasan (controlling) terhadap proses pembangunan di desa masing-masing. Jika mereka telah merasakan sendiri manfaatnya, mereka tentu akan lebih termotivasi untuk lebih maju lagi.

GERDEMA telah membawa masyarakat perdesaan di Malinau selangkah atau mungkin beberapa lebih maju dibanding rekan-rekan mereka di tempat lain. Banyak desa lain yang minim atau bahkan tak mempunyai panduan kemana mereka harus melangkah.

Buku yang berisi 8 bab ini membahas tuntas masalah GERDEMA, mulai dari konsep pembangunan, teknik merancang, revolusi dari desa, kepemimpinan, profil desa dan hubungan antar lembaga, mekanisme keberhasilan dan rekam jejak GERDEMA.

Buku ini sudah bisa dibeli di jaringan toko buku Gramedia yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Seri e-book-nya juga bisa diunduh di SINI secara gratis. Pak Yansen termasuk orang yang tidak pelit membagi ilmunya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun