oleh : ALI ZAHID HABIBULLAH
"Bagaimana kegiatan Pandji Pragiwaksono Stand Up Comedy World Tour dapat dipersepsikan sebagai salah satu media diplomasi publik Indonesia?" (Hipotesisnya: Melalui perspektif diplomasi publik, Pandji Pragiwaksono Stand Up Comedy World Tour dapat dipersepsikan sebagai second track diplomacy)Â
"Apakah stand-up comedy dapat menjadi potensi diplomasi publik Indonesia dimasa yang akan datang?" (Hipotesisnya: stand-up comedy merupakan hal yang cukup baru di Indoneia dan memiliki potensi menjadi industri yang besar di masa yang akan datang)Â
Latar BelakangÂ
Stand up comedy merupakan bentuk ekspresi humor tertua, universal, mendasar, dan signifikan. Hal tersebut merupakan bentuk komunikasi publik, yang memiliki peran sosial dan budaya untuk setiap lapisan masyarakat, dari zaman dulu hingga sekarang (Mintz, 1985). Oleh karenanya kajian ilmiah terkait stand up comedy akan selalu menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Di Indonesia, stand-up comedy sendiri lebih dikenal dengan komedi yang memiliki nilai intelektual. Hal tersebut karena sebagian besar masyarakat menganggap stand-up comedy tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi memiliki pesan kritis tentang hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita baik sosial, politik, maupun budaya (Marlin, Warouw, & Kalangi, 2017).
Secara umum, stand-up comedy merupakan pertemuan dari istilah stand-up dan penampil tunggal yang bertingkah laku lucu dan atau berkata lucu kepada penonton tanpa dukungan properti seperti kostum dan unsur dramatis lainnya (Mintz, 1985). Komedi telah menjadi bagian penting dari sosial dan budaya di Indonesia. Ludruk dan Ketoprak adalah contoh tradisi komedi di Indonesia. Ludruk merupakan tarian yang dilengkapi dengan cerita lucu dan dimainkan oleh komedian pria yang berpura-pura menjadi wanita. Gaya stand-up comedy baru mulai menjadi bagian dari budaya popular di Indonesia sejak beberapa tahun lalu setelah komedian muda seperti Raditya Dika dan Pandji Pragiwaksono gencar melakukan penampilan, meskipun budaya tersebut telah diperkenalkan beberapa tahun sebelumnya (Afidah & Wahyudi, 2014).
Perkembangan stand-up comedy di Indonesia sebenarnya sudah dimulai oleh Almarhum Taufik Savalas melalui acara Comedy Cafe. Namun kurangnya tanggapan dari masyarakat menjadikan stand up comedy belum bisa dikatakan sebagai budaya popular di Indonesia pada masa tersebut. Kemudian, usaha mengembangkan stand-up comedy di Indonesia diteruskan oleh Iwel Wel yang mengisi acara Jayus Plis Dong Ah dan juga acara Bincang Bintang yang dirancang untuk stand-up comedy oleh Indra Yudhistira. Belakangan, stand-up comedy semakin diperhatikan dalam dunia hiburan Indonesia, yang mana beberapa tokoh yang berperan di antaranya Raditya Dika dan Pandji Pragiwaksono (Marlin, Warouw, & Kalangi, 2017).
Salah satu momentum penting dalam dunia stand up comedy Indonesia dimulai oleh Pandji Pragiwaksono dengan mengadakan tur dunia stand up comedy pertama dari Indonesia. Tur dunia stand up comedy dengan judul "Mesakke Bangsaku" pada tahun 2014-2015 berhasil dilaksanakan di kota-kota besar di tujuh negara yaitu Singapura, Melbourne dan Adelaide di Australia, Brisbane, London, Berlin, Amsterdam, Guang Zhou dan Beijing di China, yang terakhir yaitu Los Angeles dan San Fransisco di Amerika. Pada tahun 2018 Pandji kembali mengadakan tur dunia stand up comedy dengan judul "Pragiwaksono World Tour" yang dilakukan di sebelas kota dan lima negara diantaranya Manila, Shanghai, Guangzhou, Amsterdam, Dussedrof, Nuremberg, dan Leipzig. Kemudian, pada tahun 2020 Pandji kembali merencanakan tur dunia dengan judul "Komodoidoumenoi Stand Up Comedy World Tour" namun tertunda akibat pandemi Covid-19 (Aritama, 2021).
Pandji Pragiwaksono juga merupakan pendiri dan pemilik dari Comika.id yang merupakan sebuah platform untuk pelaku dan pencinta stand up comedy pada khususnya dan komedi secara umum di Indonesia (Comika.id, 2020). Hal tersebut merupakan salah satu bentuk peran dari Pandji untuk mengembangkan stand up comedy Indonesia. Sejalan dengan keinginannya, Pandji berharap bahwa komika di Indonesia dapat hidup dari hasil karyanya hingga pada akhirnya tidak akan berhenti untuk selalu menghasilkan karya. Â Â