1 Mei 2023
Alisya Waty
Naiknya uang kuliah tunggal (UKT) tiap tahun menjadi hal wajar bagi setiap perguruan tinggi negeri (PTN). Baru-baru ini Universitas Jendral Soederman (Unsoed) ramai diperbincangkan akibat kenaikan uang kuliah tunggal yang sangat tinggi dengan fasilitas yang tidak memadai. Kiasan yang terbentuk dari kasus tingginya UKT menjadikan masyarakat salah menangkap dan dapat diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang kurang literasi.
Latar Belakang
Ratusan mahasiswa Unsoed melakukan demo karena menolak kenaikan UKT untuk mahasiswa baru. Sebelumnya Rektor Unsoed menetapkan kenaikan UKT dan Iuran Pengembangan Institusi yang secara resmi ditetapkan dalam Peraturan Rektor Unsoed Nomor 6 Tahun 2024. Pengumuman mengenai kenaikan UKT dan IPI ini dinilai terlalu tinggi bahkan mencapai lima kali lipat dari UKT sebelumnya tahun 2023.
Sebelumnya kenaikan UKT tahun 2024 ini di dasarkan atas berbagai pertimbangan, salah satunya adalah UKT yang berlaku selama ini ditetapkan sejak tahun 2012 yang telah mengalami penyesuaian sehingga tahun ini dinaikkan atas dasar kesepakatan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudaaya RI.
Banyak mahasiswa yang tidak terima dengan keputusan tersebut, akibatnya terjadi aksi mahasiswa saling mendorong dengan petugas keamanan kampus hingga menyebabkan kaca depan rektorat pecah. Selain itu para mahasiswa yang sedang demo dijalanan menggunakan benner yang bertuliskan kiasan kalimat "Orang miskin di larang kuliah".
Orang Miskin Di Larang Kuliah
Viralnya kalimat orang miskin di larang kuliah mengalihkan fokus banyak orang, terlebih media sosial yang banyak membahas kesalahpahaman masyarakat menilai kalimat tersebut. Masyarakat menganggap bahwa seorang dengan ekonomi kebawah tidak berhak untuk menempuh perguruan tinggi.
Kurangnya literasi, banyak netizen marah karena menganggap orang yang tidak mampu tidak berhak mendapatkan pendidikan tinggi. Padahal para mahasiswa menuntut birokrat agar UKT bisa diturunkan pihak kampus dengan begitu semua masyarakat mampu menjangkau pendidikan yang lebih tinggi. Jika pendidikan di indonesia mahal maka yang bisa menempuh pendidikan hanyalah orang dengan ekonomi menengah keatas.
Pentingnya literasi untuk seluruh masyarakat Indonesia demi generasi yang berkualitas. Menurut Harvey J. Graff, literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Setidaknya dengan dua hal ini masyarakat menjadi lebih melek ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan dari membaca inilah yang juga bisa mengasah keterampilan berkomunikasi dengan baik serta meningkatkan mutu kehidupan.