Laporan Peristiwa Erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat
Abu dan Harapan Menghadapi Erupsi Gunung Marapi.
Gunung Marapi merupakan salah satu gunung api aktif yang terletak di Sumatera Barat. Gunung ini berada di antara Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan ketinggian sekitar 2.891 meter di atas permukaan laut, gunung ini dikenal sering mengalami erupsi. Letusan pada awal Mei 2025 menjadi salah satu yang paling berdampak dalam beberapa tahun terakhir.
Peristiwa erupsi terjadi pada hari Selasa pagi, tepatnya tanggal 6 Mei 2025 sekitar pukul 09.15 WIB. Gunung menyemburkan kolom abu tebal yang membumbung setinggi empat ribu meter ke udara. Suara gemuruh keras terdengar dan mengejutkan warga sekitar. Kepanikan langsung terjadi dan sebagian masyarakat segera bergegas keluar rumah.
Aktivitas vulkanik Gunung Marapi sebenarnya sudah meningkat sejak beberapa minggu sebelumnya. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat adanya peningkatan gempa vulkanik dan gas dari kawah. Suhu tanah di sekitar puncak juga menunjukkan kenaikan signifikan. Status gunung sempat dinaikkan ke Siaga (Level III) pada akhir April.
Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Umumnya abu vulkanik terdiri dari berbagai jenis batuan, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran sangat besar. Batuan yang berukuran besar (bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 -- 7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Abu yang halus dapat menyababkan radang paru-paru jika terhirup serta dapat mengakibatkan iritasi.
Meski sudah ada peringatan resmi, banyak warga belum benar-benar bersiap menghadapi erupsi. Letusan yang terjadi mengejutkan karena kekuatannya cukup besar. Material abu dan pasir vulkanik tersebar hingga ke pemukiman penduduk. Beberapa kota yang terkena dampak langsung antara lain Bukittinggi, Padang Panjang, dan sekitarnya.
Lontaran material pijar terlihat di radius dua kilometer dari kawah gunung. Untungnya, tidak sampai menyebabkan kebakaran hutan di lereng gunung. Pihak berwenang segera menetapkan larangan masuk radius empat kilometer dari kawah. Wilayah berbahaya langsung disterilkan dari aktivitas manusia.
Ratusan warga terpaksa dievakuasi dari rumah mereka. Proses evakuasi dilakukan ke tempat-tempat yang dianggap aman seperti masjid, sekolah, dan balai nagari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah bersama TNI dan relawan bertindak cepat. Evakuasi berlangsung aman dan terkendali meskipun kondisi darurat cukup menegangkan.
Abu vulkanik menyelimuti atap rumah, kendaraan, dan lahan pertanian warga. Udara menjadi penuh dengan debu halus dan membuat jarak pandang sangat terbatas. Banyak warga mengeluhkan sesak napas akibat menghirup abu. Masker menjadi kebutuhan utama di tengah kondisi tersebut.