Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermis: Truk yang Nyasar ke Hutan

18 Februari 2021   23:19 Diperbarui: 18 Februari 2021   23:39 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi: tribunnews.com

Rutinitas yang membosankan sebetulnya. Satu-satunya hiburan adalah jalanan. Baginya, sejak kecil, menyusuri jalanan dengan mobil --mobil apa saja---itu sangat menyenangkan. Makanya, selepas SMA, bukannya meneruskan kuliah, Gunadi malah belajar menyetir, lalu jadi kenek truk, dan akhirnya diterima kerja di perusahaan ekspedisi barang.

Sarip itu, sudah dua tahun menjadi partnernya. Sebetulnya secara resmi, Gunadi adalah sopir, tapi di jalan, mereka biasa bergantian. Toh, Sarip juga memintanya begitu, katanya sambil melancarkan bawa truk, karena ia hanya punya SIM untuk mobil biasa setelah sempat narik angkot di kampungnya dulu, kampung tetangga Gunadi.

Setelah semua barang diturunkan dan diangkut, Gunadi segera menutup pintu boks dan menuju kabin lagi. "Bawa suratnya, minta satpam tandatangan!" katanya kepada Sarip, 'asistennya' secara usia hampir sepantaran, mungkin Sarip lebih tua dua tahunan.

Sarip mengambil kertas-kertas di atas dashboard, turun dari truk dan berlari ke pos satpam. Tak lama ia sudah kembali. "Baru jadi satpam aja sombongnya minta ampun!" gerutu Sarip saat masuk lagi ke dalam truk dan duduk di belakang kemudi.

"Kenapa?" tanya Gunadi.

"Ditanya ini itu nggak menjawab, hanya menggeram saja, ham-hem-ham-hem nggak jelas, kayak kucing mau beranak!" jawabnya sambil menghidupkan mesin, lalu truk memutar di dalam lapangan depan gedung itu dan keluar. "Langsung balik Gun?" tanya Sarip lagi.

"Iya lah, nanti di rumah saja laporan sama bosnya. Lagian dah malem, mana mau juga dia ngangkat telepon!" jawab Gunadi sambil memperhatikan jalanan yang sepi. Ia mencoba mengira-ngira posisi truk itu. "Aku kok jadi pangling daerah sini ya..." katanya sambil melirik Sarip.

"Sama," jawab si Sarip. "Tapi kan nggak mungkin salah. Pake maps bener, terus alamatnya ketemu, barang diambil. Apa karena jalanannya sudah dihotmix, jadi beda ya?" ia balik bertanya tanpa melirik Gunadi.

"Bukannya sebulan lalu kita lewat jalur Karajenan ini?" tanya Gunadi lagi.

"Iya, tapi yang ini beneran beda. Dulu kan kita mampir di warung soto yang rame itu. Nah dari tadi aku liat-liat, nggak ketemu-ketemu. Apa masih di depan ya? Harusnya kan begitu belok dari jalur gede langsung ketemu warung itu! Memangnya ada dua jalan Karajenan?"

"Au ah.. coba aja buka maps lagi..." kata Gunadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun