Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (59) Berlayar di Laut Hitam

25 Januari 2021   15:33 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:36 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (58) Mayat di Sungai Chorokhi

*****

Sebuah kapal kayu berukuran sedang baru saja meninggalkan dermaga pelabuhan Batumi. Dari cerobongnya mengepul asap hitam yang cukup tebal. Kapal itu memang bukan kapal layar, tapi sebuah kapal bermesin uap. Masih cukup baru. Kayu-kayunya masih terlihat cukup kokoh. Bagian-bagian logamnya belum terlihat banyak karatnya. Tapi kapal itu bukan kapal penumpang, melainkan sebuah kapal barang.

Penumpangnya tidak banyak, hanya kapten kapal dan awak kapal yang tak lebih dari 20 orang. Dalam kesehariannya, kapal itu akan mengelilingi Laut Hitam dan juga Laut Azov[1], berputar searah jarum jam. Dari Batumi, bergerak ke utara, singgah di Poti,[2] Sochi, Novorossiysk, Taganrog,[3] Mariupol, Mykolaiv, Odesa,[4] Sevastopol,[5] Constanta,[6] Varna dan Burgas.[7] Tapi di bagian selatan Laut Hitam yang dikuasai Otoman, kapal itu hanya berlabuh di kota kecil Trabzon dan Rize lalu kembali ke Batumi. 

Pemilik kapal itu adalah orang Yahudi yang tinggal di Varna, Bulgaria. Ia memiliki dua kapal yang sejenis. Selain kapal yang berlayar mengitari Laut Hitam dan Laut Azov searah jarum jam, ada satu kapal lain yang berlayar dengan rute sebaliknya. Jadi misalnya saja ada barang yang dikirim dari Batumi ke Poti, kapal itu yang akan mengangkutnya. Sebaliknya, barang dari Poti ke Batumi, akan dikirim menggunakan kapal yang satunya. Karena jika tidak, barangnya akan diajak berkeliling dulu, dan tentu butuh waktu yang lama. Satu putaran kapal bisa menghabiskan waktu dua minggu, karena banyaknya pelabuhan yang disinggahi dan barang-barang yang harus dibongkar-muat.

Di antara penumpang yang nyaris seluruhnya awak kapal itu, terdapat seorang penumpang 'gelap.' Seorang pemuda yang belum lagi berusia delapanbelas tahun, asal Gori, sebuah tempat yang jauh dari laut. Karena itupula, ini adalah pengalaman pertamanya menaiki kapal laut. Jangankan berlayar, melihat lautpun baru beberapa hari yang lalu.

Pemuda itu, tak lain adalah Joseph Djugashvili yang sekarang dengan bangga memperkenalkan dirinya sebagai Koba Djugashvili, alias Soso.

Untuk bisa meninggalkan Batumi dan rencananya akan kembali ke Gori untuk menengok ibunya, Soso tak lagi bisa menggunakan kereta kuda untuk menuju Samptredia dan melanjutkan perjalanannya ke Gori dengan kereta api.

Pak Hameed yang dimintanya mengantar dengan kereta kuda seperti saat ia menuju Batumi bersama si Vaso, menyerah. Jalanan nyaris tertutup salju tebal yang turun beberapa hari terakhir. Ia takut kereta atau kudanya terpeleset lalu jatuh ke jurang dalam perjalanan Batumi-Samptredia.

Tapi lelaki Muslim asli Batumi itu berbaik hati mencarikan cara untuk membantu Soso bisa pulang ke Gori. Berbekal pengalaman dan pergaulannya di Batumi, Pak Hameed mendapatkan informasi tentang sebuah kapal yang berangkat dari Batumi dan akan singgah di Poti, sebuah kota pelabuhan lain yang terletak di sebelah utara Batumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun