Tapi Nike Ardilla tak pernah benar-benar pergi dalam hidup saya. Ia selalu menemani kemana saya pergi. Pun ketika tahun 2001 saya meninggalkan Makassar untuk mengadu nasib di Ibukota, juga ketika 2009 hijrah ke Jogjakarta untuk memulai perjalanan hidup yang lainnya.
2014, giliran Emak yang berpulang. Ciamis menjadi tempat ziarah dua sosok yang selalu ada di hati; Nike Ardilla dan Emak. Dua sosok yang tak bisa disandingkan dengan perannya masing-masing. Tapi keduanya adalah sumber inspirasi yang tak pernah mati, hingga hari ini.
Pada 27 Desember 2020, jika masih ada, Nike Ardilla akan berusia 45 tahun. Mungkin saja ia sudah menjadi seorang ibu, mungkin ibu dari anak-anakku, siapa yang tahu?
Toh Tuhan yang lebih sayang padanya telah memanggilnya pulang, memberi ruang bagi orang-orang sepertiku menjaga api mimpinya; mimpi yang kuubah menjadi inspirasi sepanjang hayat.
Selamat hari Ibu untuk Emak, dan selamat berulang tahun Nike Ardilla. Jangan lupa selalu temani aku menuliskan dongeng STALIN-ku yang belum rampung-rampung... Â
Mama oooh Mama, aku ingin pulang, kurindu kepadamu...
