Mohon tunggu...
alipp 506
alipp 506 Mohon Tunggu... saya pelajar smpn 44 jakarta

saya hobi main bola dan bermain mobile legend

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

alip si anak culun yang menjadi sukses

22 September 2025   09:27 Diperbarui: 22 September 2025   09:27 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alip dulu hanyalah anak pemalu yang duduk di bangku belakang kelas. Tubuhnya kurus, kacamata tebal menempel di wajahnya. Setiap hari, ia menjadi sasaran ejekan teman-teman sekolahnya. "Si kutu buku!", "Jangan dekat-dekat, nanti ketularan culun!" --- kata-kata itu begitu sering ia dengar hingga terasa biasa. Namun jauh di dalam hatinya, luka itu semakin dalam.

Alih-alih membalas, Alip memilih diam. Sepulang sekolah ia lebih suka berlama-lama di perpustakaan, membaca buku sains dan komputer. Ia bermimpi suatu hari bisa menciptakan sesuatu yang berguna. Walau kadang menangis sendirian di kamar, ia selalu mengingat nasihat ibunya: "Jangan biarkan ejekan orang menghentikan langkahmu."

Waktu berjalan. Alip lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa ke universitas ternama. Di sana ia bertemu orang-orang yang menghargai kemampuannya. Ia makin percaya diri, belajar lebih giat, dan mulai mengembangkan aplikasi sederhana untuk membantu UMKM. Aplikasi itu pelan-pelan dikenal luas, hingga akhirnya ia mendirikan perusahaan teknologi sendiri.

Sepuluh tahun setelah hari-hari kelamnya di sekolah, Raka berdiri di panggung sebuah seminar kewirausahaan. Ia mengenakan jas rapi, senyum hangat menghiasi wajahnya. Di barisan kursi depan, beberapa orang yang dulu sering mengolok-oloknya duduk terdiam, tak percaya anak yang dulu mereka ejek kini menjadi pengusaha muda sukses yang dikenal luas.

Dalam pidatonya, Alip berkata dengan tenang, "Dulu saya sering dianggap lemah. Tapi justru dari luka itu saya belajar bangkit, bekerja keras, dan membuktikan bahwa mimpi tidak bisa dimatikan oleh ejekan." Tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan.

Alip tahu, perjalanan hidupnya tidak mudah. Namun ia bersyukur karena semua luka masa lalu kini menjadi cahaya yang menuntunnya. Dan sejak hari itu, ia bertekad membantu anak-anak lain yang pernah mengalami nasib sama --- agar mereka juga bisa menjadikan luka sebagai kekuatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun