Gambar di atas, merupakan salah satu quote yang sering kita baca di internet. Ketika saya menulis kata "iri hati" di mesin pencarian, maka yang muncul adalah sederet pengertian-pengertian yang merugikan. Dalam pandangan umum, psikologi, maupun pandangan agama hampir semuanya mengatakan bahwa iri hati itu tidak baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iri adalah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung, dan sebagainya), cemburu, sirik, dengki.
Wikipedia mengatakan, iri hati adalah suatu emosi yang timbul ketika seseorang yang tidak memiliki suatu keunggulan --baik prestasi, kekuasaan, atau lainnya- menginginkan yang tidak dimilikinya itu, atau mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangan.
Dalam pandangan Islam, rasa iri hati (hasad) merupakan akhlak tercela. Karena pada hakikatnya tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain pada dasarnya tidak suka dengan apa yang menjadi takdir Allah.
Dalam pandangan Kristen, rasa iri hati merupakan pelanggaran terhadap perintah ke-10 yang ada dalam 10 Dasa Firman Allah. Alkitab menggambarkan dalam perumpamaan yang disampaikan Nabi Natan kepada Nabi Daud, yakni orang kaya yang iri akan domba satu-satunya milik orang miskin, Â dan akhirnya mengambil dombanya.
Sebenarnya, saya tidak puas dengan beberapa pengertian iri hati secara umum yang "selalu" mengedepankan pengertian negatif. Silakan saja di browsing, yang akan kita jumpai adalah iri hati dalam pengertian negatif. Menurut saya, iri hati dalam pengertian tersebut adalah salah kaprah.
Iri hati menurut saya adalah suatu perasaan yang ingin memiliki terhadap apa yang dimiliki orang lain, dalam hal apa saja. Sudah, cukup sampai di situ. Tidak ada perasaan kurang senang terhadap orang lain.Â
Jangan ditambah dengan kalimat lain. Ketika bersambung dengan kalimat "dan mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangan", itu sudah mengubah pengertian "iri hati" menjadi "iri dan dengki" atau "iri dengki".
Kalau "dengki" sudah masuk dalam pengertian "iri", maka tidak ada lagi sisi positifnya yang bisa dilihat, karena pengertian "dengki" telah menenggelamkan pengertian "iri".
Nah, di sinilah kelirunya pemahaman kita tentang "iri" dan "iri dengki". Iri akan berbeda dengan iri dengki. Iri bisa positif bisa negatif. Kalau iri positif, seseorang tidak akan berusaha menghilangkan apa yang telah dimiliki orang lain yang menjadi keinginannya.