Mungkin kah Nabi Saw bermuka masam?
Simak penjelasan berikut!
Sungguh heran, tidak sedikit orang-orang yang membaca kitab suci Al-Qur'an, hanya sekedar baca tulisan arab nya saja. Bahkan para penghafal al-Qur'an pun, tidak sedikit juga yang hanya menghafal bahasa arab nya, tanpa membaca atau bahkan memahami makna, dari terjemahan setiap kalimat. Rata-rata orang membaca al-Qur'an yaa tentu tujuannya pasti ingin mendapat pahala saja, seperti yang di katakan para ulama pada umumnya. Dan yang menghafal, sebagian hanya menjadikannya sebagai target, atau bahkan syarat kelulusan sekolah atau pesantren misalnya, dan lain sebagainya. Namun mengapa kebanyakan orang tidak ingin mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang makna-makna yang mereka baca, seperti apa maksudnya dari arti ini, asbabunujul nya, atau bahkan kritis ketika menemukan arti yang mengganjal di pikiran. Seperti contoh ayat yang saya maksud yaitu:Â
Â
Artinya: "Dia (berwajah) masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Dan tahukah kamu barangkali ia ingin mepmbersihkan dirinya (dari dosa)."
Didalam mushaf Al-Qur'an yang sekarang kita pegang dan sering baca, yaitu mushaf Usmani, disebutkan bahwa yang bermuka masam ialah Nabi Muhammad saw. Bisa anda lihat di seluruh mushaf Al-Qur'an rata-rata yang di "dalam kurung" atau yang di maksud ialah Nabi Muhammad saw. Aneh bukan? Mungkinkah nabi Saw bisa bersikap seperti itu? Jelas harus di pertanyakan. Nabi Muhammad Saw adalah makhluk yang paling sempurna di seluruh alam, baik berupa fisik maupun akhlak. Ayat diatas jelas bertentangan dengan ayat berikut:
Artinya: "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi pekerti yang luhur". (Q.s Al-Qolam[68]:4)
Tidak mungkin rasanya, Allah aza wajalla akan mengutus seorang Rasul dan Nabi yang akhlak nya tidak bisa di tauladani oleh kalangan umatnya. Dan tujuan Allah mengutus Nabi Saw tiada lain hanya untuk menyempurnakan akhlak, dan itu langsung disampaikan oleh Nabi Saw atas perintah Allah SWT. Sebagaimana Nabi bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhori).
Semua perkataan nabi tiada lain dan tiada bukan adalah Wahyu dari Allah SWT. Jadi, mana mungkin Nabi mengarang semuanya. Tujuan nya yaitu agar menjadi contoh bagi umat nya yang akan menjadi tanggung jawab beliau dan beliau yang akan mempraktekan akhlak-akhlak yang mulia supaya bisa di tiru dan menjadi tauladan bagi seluruh umat di muka bumi ini.
Sebagaimana Allah SWT berfirman: