Imam Al-Ghazali menyatakan:
"Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."(Ihya Ulumuddin, Jilid III)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis:
"Awal perjalanan menuju Allah adalah mengenal diri sendiri. Barangsiapa buta terhadap dirinya, maka lebih buta terhadap Tuhannya."(Madarij as-Salikin)
Pandangan ini menekankan bahwa ma'rifat al-nafs adalah pondasi dari ma'rifatullah. Dalam kata lain, ketidaksadaran terhadap diri sendiri menghalangi seseorang dari kesadaran ilahiah.
3.4. Relevansi Sosial dan Psikologis
Pengenalan diri memiliki efek besar dalam interaksi sosial. Orang yang memahami emosinya, kelemahan dan potensi dirinya akan lebih mampu bersikap adil, sabar, dan empatik dalam menghadapi orang lain. Inilah makna mendalam dari pepatah bijak Islam: "Islah nafsaka, yastaqim lakal nas" (perbaikilah dirimu, maka orang lain akan baik kepadamu).
4. Kesimpulan
Mengenal diri sebelum mengenal orang lain bukan sekadar nasihat psikologis, tetapi merupakan prinsip spiritual dalam ajaran Islam. Proses ma'rifat al-nafs membawa seseorang kepada pemahaman terhadap tujuan hidup, tanggung jawab sosial, dan kedekatan kepada Allah SWT. Islam melalui Al-Qur'an, hadis, dan warisan intelektual ulama telah memberikan dasar yang kokoh tentang pentingnya mengenal diri sebagai prasyarat pengembangan diri dan pembangunan masyarakat.
Daftar PustakaÂ
Al-Ghazali. (n.d.). Ihya Ulumuddin (Vol. 3). Darul Fikr.