Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pakaian Sopan di Tanah Arab

15 Oktober 2017   01:19 Diperbarui: 15 Oktober 2017   01:26 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Berbicara tentang pakaian Sopan memang agak gimana, kalo patokan sopan itu adalah pakaian yang tak membangkitkan imajinasi macem-macem, saat ini pakaian yang sangat tertutup juga bisa di imajinasi kan macem-macem. 

Saya membaca sebuah kebijakan telah di ambil oleh pimpinan universitas Islam negeri Sunan Kalijaga yang melarang pakaian ala Arab. Alangkah lucunya larangan ini?, Bukankah berpakaian adalah hak masing-masing individu, mau pake pakaian ala apapun yang penting sopan kan? (senyum).

Kalo mau melihat kebebasan dalam berpakaian, tengoklah Dubai, ini negeri Arab, tetangganya Saudi, setiap hari Jum'at, banyak orang Saudi yang pelesir ke Dubai, mereka biasa pake mobil pribadi, kok ente tahu?, Saya tahulah karena mereka nginap di hotel dan mobil bernomor Saudi menyesaki area parkir hotel.

Di Dubai orang Saudi bebas keliaran dengan cadarnya, demikian pula orang barat dengan celana super mininya, disinilah saya melihat Dubai berhasil menjadi negeri Arab yang "ramah" buat siapa saja. Baik yang masih ketat dengan tradisinya atau yang sudah copot tradisinya. 

Emang sih, kalo ada orang luar dalam hal ini turis pengen ke tempat-tempat tertentu, semisal masjid, ada himbauan agar menggunakan pakaian Sopan. Maklum tempat ibadah.

Di tempat-tempat umum seperti mal, perempuan menggunakan pakaian sesuka mereka saja, ada yang kelihatan keteknya, ada yang kelihatan pahanya, ada yang kelihatan lekukan tubuhnya, ada yang pake celana adiknya (senyum),  enggak ada yang protes, malah buat cowok-cowok mata keranjang, pemandangan seperti itu adalah sebuah anugerah. Ceweknya juga seneng kalo di jelalatin, buktinya jalannya sengaja dibuat seperti bebek bunting. genit, centil, dan ganjen. 

Di kantor-kantor pun pakaian perempuan sama seperti pakaian kantor perempuan di negeri non Arab, ada yang pake rok mini, baju mini, sepatu tinggi, sekali lagi, gpp asal sopan. Pertanyaan udah nongkrong di pos ronda, sopan menurut kriteria siapa?

Saya pernah ikutan pelatihan, kebetulan diantara pesertanya ada perempuan dari negeri Nepal, jadi dia pake pakaian yang kelihatan keteknya, beneran, Trainer nya enggak bilang apa-apa, apalagi peserta pelatihan yang berasal dari kaum pejantan, mereka malah menikmati, dengan sekali-kali melihat si perempuan dan keteknya.

Jadi, untuk ukuran negeri Arab, saya merasakan Dubai memang berbeda dengan Saudi, dan itu sah-sah saja, setiap negara memang punya kebijakan masing-masing, mungkin Saudi maksudnya pemerintahanya masih merasa, perempuan harus di proteksi, dan salah satu caranya adalah menutupi semua tubuh perempuan kecuali tangannya. Sebagian perempuan di  Saudi mengenakan cadar. Yang enggak biasanya orang kita yang jadi TKW, masih bisa kita lihat wajahnya, kalo perempuan Saudi cuma kelihatan matanya doang. Sedangkan mereka bisa melihat kita full (senyum)

Ngomongin soal cadar, saya punya cerita lucu, ada seorang suami asal Saudi, dia lagi nungguin omeletnya di masak, kejadiannya pas makan pagi, lalu ada perempuan bercadar mendekat, spontan dia mau pegang tangan perempuan itu, tapi perempuan itu menolak, setelah dia perhatiin langsung dia minta maaf, ternyata perempuan yang dia kira istrinya itu bukanlah istrinya. Tak lama kemudian datanglah istrinya yang asli (senyum)

Bayangin, seoarang suami saja bisa salah kira, karena memang cadar nya sama hitam, abayanya juga hitam, dan kebetulan ukuran tubuh istrinya enggak jauh beda dengan perempuan yang tangannya hendak ia pegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun