Mohon tunggu...
Alimudin Garbiz
Alimudin Garbiz Mohon Tunggu... profesional -

Failurer,  Anak Jalanan, untuk Hidup Lebih Baik, Indah dan Menantang, Tahun ini merupakan tahun menulis, Insya Allah......!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mistisisme dalam Kehidupan Masyarakat

15 Februari 2013   03:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:17 12468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidur / Istirahat

Sumber : Sekretariat Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan

4.2.2.Pesantren Al-Fatih Banyuresmi Kabupaten Garut

Sejarah Pondok Pesantren Al-Fatih lahir dan berdiri tak lepas dari sejarah tokoh pendirinya yaitu KH. Aceng Kurnia. Aceng Kurnia muda pada masanya aktif mengikuti pengajian di pesantren-pesantren yang ada di Garut. Sebagai seorang anak muda yang haus akan ilmu agama, pada waktu itu beliau bertekad dmemenuhi keinginannya untuk mencari ilmu dan berguru tentang ilmu keagamaan kepada banyak Kyai. Untuk mewujudkan impiannya tersebut berangkatlah ke Banten, beliau menjadi menjadi santri di berbagai pesantren berbekal tekad dan keinginan yang kuat untuk mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya.

Dengan tekad yang kuat tersebut, sambil “masantren” beliau buburuh / bekerja apa saja, dari mulai menjahit, nyuci, dan pekerjaan-pekerjaan lainya membantu Kyai dan siapa saja yang membutuhkan bantuannya.

Di Banten selama dua tahun berguru dan masantren lalu beliau melakukan berbagai macam laku spiritual,diantaranya beliau pernah berjalan kaki dari dari Bogor ke Cianjur.

Pulang ke Garut Aceng Muda menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya yaitu Oneng Mulyati, seorang guru SD. Tahun 1982 Kang Aceng ini ikut mengajar di SD Sargenteng sambil menggembala domba. Ketika di Kampung sargenteng ini masyarakat belum tahu bahwa beliau seorang santri yang sudah nyantri di berbagai pondok pesantren, masyarakat hanya tahu bahwa beliau tukang gembala domba dan ngajar di SD.

Baru setelah ada seseorang yang menemukan kitab-kitab milik Kang Aceng Muda ini, barulah semua orang tahu bahwa beliau adalah orang yang berilmu.Akhirnya beliau diminta berdakwah di Kampung Cangkuang dan akhirnya mengelola masyarakat di Kampung tersebut.

Tahun 1986 beliau hijrah ke SD Genta, selama enam bulan di tempat tersebut barulah pada tahun 1987 beliau membuka atau “ngababakan” sebuah pondok pesantren dengan bangunan dari panggung. Bermula dari sanalah Pondok Pesantren Al-Fatih sampai sekarang berdiri.

Berdakwah dan mengembangkan ilmu, serta mendekatkan diri kepada Allah adalah merupakan salah satu misi KH. Aceng Kurnia beserta Pondok Pesantren Al-Fatih. Secara aliran thariqat, Kyai Haji Aceng Kurnia mengikuti salah satu thariqat mu’tabarah yakni tarikat Tijaniah.

Pondok Pesantren Al-Fatih dipimpin oleh seorang Kyai yang bernama KH. Aceng Kurnia, Kya tersebut merupkan pendiri sekaligus yang memegang kunci kepemimpinan di Pesantren Al-Fatih ini.

Sebagai pimpinan Kyai Haji Aceng Kurnia memegang peranan sentral dalam pengelolaan dan keberlangsungan baik proses belajar mengajar maupun intitusi Al-Fatih sendiri. Dengan bekal pengalamannya nyantri beberapa tahun di banyak pesantren, KH Aceng Kurnia dipercaya memiliki keilmuan yang mumpuni, baik dalam aspek keIslaman maupun dalam aspek keilmuan “elmu hikmah”.

Secara umum KH Aceng Kurnia lahir di Garut tepatnya di Desa Sangkan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Beliau mempunyai beberapa pengalaman pesantren dan mendalami ilmu keIslaman dan ilmu hikmah, diantaranya beliau pernah nyantri di:

1.Pondok Pesantren Al-Mahfud Kp. Nenggang Pimpinan KH Mursyidudin

2.Pesantren Sukaraja Pimpinan Kh. Rd. Totoh Muhyidin

3.Pesantren Cangkudu Riyadul Qur’an Tasikmalaya

4.Pondok Pesantren Pasir Muncang Samarang pimpinan Ajengan Komarudin

5.Pondok Pesantren Habib Muhammad di Bogor

6.Pondok Pesantren Cibulakan Samarang Garut

7.Pondok Pesantren Kebon Kolot Kecamatan Pasirwangi Samarang Garut Pimpinan KH. Aceng Surur

8.Pondok Pesantren Pimpinan di Pandeglang Banten

9.Pondok Pesantren Kadukawang Banten

10.Pondok Pesantren Pamuragan Cirebon

11.Pondok Pesantren Pimpinan KH. Ahmad Jauhari Madura

12.Pondok Pesantren Babakan Kiara Pimpinan KH. Acep

13.Pondok Pesantren Pimpinan KH. Mahmud Padalarang

Demikian Kyai Haji Aceng Kurnia mendapatkan ilmu dan pengajaran dari berbagai macam pesantren dan guru-gurunya.Beliau mengajar dari mulai tahun 1987 sampai sekarang dan pergi menunaikan ibadah haji tahun 1995.

Pada saat peneliti ke sana, peneliti diminta untuk membeli aqua oleh Ustadz Dadan yang mengantar peneliti, karena Ustadz Agus menyangka peneliti akan “tatanya” seperti halnya pasien / klien yang lain. Saat masuk pun ada dua orang ibu-ibu sedang bertanya kepada Haji Aceng ini. Di Dalam ruangan rumah ada sebuah perahu yang terbuat dari berbagai macam kayu. Menurut beliau, perahu ini dibuat sendiri oleh Haji Aceng dengan memadukan isi dua kitab sekaligus, yaitu Kitab Kifayatul Akhyar dan Kitab Hikam.

Perahu ini merupakan symbol dari bahwa kehidupan ini harus diarungi seperti halnya lautan. Maka untuk mengarungi lautan itu harus dipersiapkan perahu yang kokoh dan baik. Seperti halnya ungkapan “fasyariatun kasapfinatin wathariqatun kalbahri tsumma hakiqatun dzurrun ghola” (Syariat itu seperti perahu dan thariqat itu laksana lautan serta mutiara itu tujuan yang akan kita capai)

Fasilitas yang ada di Pondok pesantren Al-Fatih bermuara pada satu bangunan mesjid di lorong bawah tanah, menyatu dengan madrasah di atasnya yang belum beres yang menyerupai candi. Dengan meja belajar siswa terbuat dari kayu-kayu.Bangunan mesjid dan madrasah ini dibuat sendiri oleh Kyai Haji Aceng beserta santrinya, dibuat menurut arsitektur berdasarkan ilham dan juga petunjuk dari Sunan Kalijaga.

Halaman Belakang diisi oleh banyak bianatang dari mulai burung, monyet, buaya dan binatang lainnya peliharaan Sang Kyai.

Santri muqimin di peantren Al-Fatih berjumlah hanya sembilan orang. Ustad Dadan dan Kyai Haji Aceng menyatakan bahwa sembilan orang santri ini mengikuti sejarah sembilan Wali Songo yang menyebarkan ajarann Islam di Jawa.

4.2.3.Beberapa Tokoh Pondok Pesantren Lain dan Perorangan yang Membuka Hikmah dan Menjadi Pananyaan

Disamping Pondok Pesantren Sadang Lebak dan Pondok Pesantren Al-Fatih yang sudah digambarkan di atas, ada banyak Kyai, Ajengan, Ustadz yang membuka praktek hikmah di sekitar pesantrennya, hal ini membutuhkan lebih lama dan penelitian yang lebih mendalam lagi serta waktu yang tidak sedikit.

Sebagai gambaran dari 42 kecamatan (bahkan sekarang sudah ada pemekaran menjadi 43) yang ada di Kabupaten Garut, pananyaan itu tersebar di masing-masing desa bahkan kampung yang ada di Garut. Sebagian diantaranya punya pesantren, mendidik para santri, suka berceramah dan disegani masyarakat. Pesantren-pesantren tersebut diantaranya Pesantren Keresek Abah Legok, Pesantren Cipayung Mama Endin, KH Endang di pesantren Mambaul Ulum yang lebih dikenal dengan Pesantren Curug, Pesantren Ajengan Satibi di Kampung PR Karangpwitan, Ajengan Emud Sadang, Pesantren Sukaraja pimpinan Kyai/Ajengan Deden, H Zenal Cicapar yang dikenal sebagai Ajengan Koboy, di Daerah Singajaya ada Ajengan Maksum atau yang lebih dikenal dengan Mama Ciucing dan lain-lain.

Di Pesantren Najahan Bayongbong Kyai Hikmahnya KH. Ubun Bunyamin, Pondok Pesantren Nurul Huda Cibojong Cisurupan dengan tokohnya Kh Nuh Addawami, di Pesantren Suci ada ustadz Agus, yang kontroversial karena pernah menyatakan bahwa “Qur’an teh kudu ditincak” KH. Amang di Cipayung Kecamatan Selaawi. Ada pula Ajengan yang datang ke Garut dari luar daerah yang melakukan praktek Hikmah seperti Ajengan Ade dan Ajengan Saefulloh yang lebih dikenal dengan Wa Uloh.

Sedangkan pananyaan atau paranormal yang bukan bagian Kyai atau pesantren diantaranya Hj. Siti karimah atau yang lebih dikenal dengan sebutan mamih di pasirmalang Banyuresmi, Bunda di Cinunuk Wanaraja, Aa Tarma di Tabrik Karangpawitan, Osid di Bojot, Dukun Pelet Ma Eno di Kp. Kandang Wanaraja, Nini Nyai di Cikareo Bayongbong.

4.3.Hasil Penelitian

4.3.1.Struktur Sosial Pananyaan di Kabupaten Garut

Informasi yang peneliti dapatkan di kedua pesantren yaitu Sadang Lebak karangpawitan dan juga Al-Fatih Bayuresmi Garut, disamping beberapa informasi dari pesantren Hikmah lainnya dan juga dari narasumber pananyaan yang ada di tengah-tengah masyarakat, bahwa dalam kenyataannya masyarakat masih banyak bertanya kepada seseorang guna mengetahui tentang bagaimana kehidupannya.

Yang pertama yang mejadi sumber pananyaan di Kabupaten Garut dan ini dianggap legal atau sah di kalangan masyarakat itu sendiri adalah para ahli Thasawuf atau kaum sufi. Di Garut sendiri banyak sekali aliran-aliran tasawuf melalui thariqat-thariqat. Diantaranya ada Thariqat Tijaniah, Thariqat Qadiriah Naqsabandiyah, kebanyakan murid-murid Abah Anom dari Pondok Pesantren Suralaya Tasikmalaya.

Di Garut sendiri amalan tarekat berkembang dan disebarkan oleh para pimpinan pesantren. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al-Fatih di Kecamatan Banyuresmi Karangpawitan Garut.

Yang kedua adalah para Kyai ahli hikmah. Umumnya mereka punya pesantren, mendidik para santri, suka berceramah dan disegani masyarakat. Pesantren-pesantren tersebut diantaranya Pesantren Sadang Lebak di Karangpawitan, Pesantren Al-Fatih Banyuresmi, Pesantren Keresek Abah Legok, Pesantren Cipayung Mama Endin, KH Endang di pesantren Mambaul Ulum yang lebih dikenal dengan Pesantren Curug, Pesantren Ajengan Satibi di Kampung PR Karangpwitan, Ajengan Emud Sadang, Pesantren Sukaraja pimpinan Kyai/Ajengan Deden, H Zenal Cicapar yang dikenal sebagai Ajengan Koboy, di Daerah Singajaya ada Ajengan Maksum atau yang lebih dikenal dengan Mama Ciucing dan lain-lain. Ada Ajengan yang datang ke Garut dari luar daerah yang melakukan praktek Hikmah seperti Ajengan Saefulloh yang lebih dikeal dengan Wa Uloh.

Beberapa pesantren ini sangat dikenal luas oleh masarakat, bahkan tidak hanya di Garut. Masyarakat dari luar berbondong-bondong datang ke pesantren Hikmah ini. Salah satu contoh Pesantren Sadang Lebak adalah pesantren yang kesohor di garut sebagai pesantren Hikmah. Disamping memberikan pendidikan secara reguler kepada para santrinya, Kyai disana juga bertindak sebagai konselor hikmah atau penasihat spiritual bagi para warga yang datang ke sana.

Peneliti mengamati bahwa setiap malam jum’at, berbondong-bondong warga masyarakat datang ke pesantren Sadang Lebak ini. Biasanya jamaah mulai 400 sampai dengan 700 orang datang ke lokasi pesantren ini. Bahkan pada masa ramai-ramainya, dulu malah bisa mencapai 1500 sampai 2000 jamaah setiap minggunya. Acara yang dimulai pada pukul 8 malam, ada jamaah yang menunggu dan datang dari jam 12 siang.

Jamaah-jamaah yang datang berbondong-bondong menggunakan mobil berombongan dan berbagai kendaraan pribadi juga sepeda motor. Jamaah datang dari berbagai wiayah kecamatan yang ada di Garut, seperti Cibatu, Toblong, Bojongsalam, Sukawening dan kecamatan lain yang ada di Garut. Sedangkan dari daerah lain dari Bandung, Jakarta serta daerah-daerah lain.

Jamaah yang datang ke Pesantren Sadang lebak yang akan melakukan aurod sudah pada tahu, kecuali yang baru, mereka juga mengikuti kebiasaan jemaah lain yang sudah sering. Yang baru di data dan diberikan amalan standar dari Kang Aep sebagai penerima tamu. Yang sudah sering dan menjadi jamaah tetap bervariasi, bahkan ada yang sudah sampai lima belas tahun setia mengikuti pengajian dan jamaah pesantren Sadang ini.

Diawali mulai setelah ba’da magrib mereka memasuki aula utama yang terletak di lantai atas dekat kediaman Kyai Haji Ade Rosyidin. Ba’da Isya mulai diadakan pengajian mulai jam 8 sampai dengan jam satu, bahkan kadang-kadang sampai jam tiga subuh dipimpin oleh salah satu Kyai yang ada di sektar pesantren. Membahas tentang keimanan dan juga tentang ilmu fiqih. Barulah setelah pukul 11 malam diadakan pengajian yang dipimpin langsung oleh KH Ade Rosyidin. Pengajian ini lebih pada kajian tasawuf dan aspek-aspek spiritual para jamaah.

Selanjutnya Praktek aurad dilakukan, mulai jam satu sampai dengan shubuh, dimana pada saat-saat tersebut merupakan masa-masa saatul ijabah.Setelah sholat shubuh jamaah menghadap Kyai dan berkonsultasi dengan Kyai. Dalam prakteknya jamaah pesantren Sadang lebak berkonsultasi dengan “Mang Ade” dan mendapatkan wiridan atau juga tanda-tanda yang bisasanya lambang-lambang atau simbol atau wafak semacam aufak yang bisa menjadi “oleh-oleh” bagi jamaah tersebut.

Pemberian “isim” merupakan sarana terakhir, dimanajamaah mendapatkan oleh-oleh dari Kyai sebagi bekal dalam menjalani kehidupan selanjutnya.Dimana dengan isim tersebut jamaah mendapatkan harapannya kembali untuk dapat mencapai tujuannya melalui ‘doa-doa yang telah dipanjatkan dan juga mendapatkan berkah dari isim tersebut ataupun sebagai sarana agar keinginannya terkabul.

Ada berbagai motiv dari berbagai jamaah, misalnya bagi para pedagang mereka menjadi semangat kembali berdagangnya. Bagi para pekerja menjadi bersemangat kembali pekerjaaannya. Ada energi positif setelah jamaah berdo’a langsung kepada Allah subhaanahu wataaala. Maka para Kyai dan “ahli Hikmah ini merupakan para konsultan spiritual dan sekaligus juga enjadi konsultan bagi bisnis yang sedang dilakukan oleh jamaah.

Para Kyai biasanya memberikan pemahaman-pemahaman bahwa jamaah dalam melaksanakan bisnisnya harus dibarengi dengan ketaatan kepada Allah, jangan menipu dan jangan pantang menyerah. Energi inilah yang terserap oleh para jamaah, hingga para jamaah datang dari berbagai pelosok di tanah air. Di Pesantren Sadang ada jamaah yang rela jauh-jauh datang dengan keluarganya dan saudara-sauadara atau “udunan” uang untuk mendapatkan kendaraan agar bisa mengikuti pengajian dan aurad di pesantren hikmah tersebut.

Setelah pengajian dan aurad,sebagian jamaah melakukan konsultasi sesuai dengan tujuan dan harapannya masing-masing.

Yang menarik adalah bahwa Kyai Haji Ade Rosyidin ini juga memberikan gambaran spiritual melalui perjalanan spiritual yang dialaminya melalui “dunia lain” yang membuat jamaah tertegun, bahkan ada yang meneteskan air mata mendapati cerita beliau yang sangat ekslusif dan mengharukan. Kyai Haji Ade Rosyidin menyatakan bahwa dirinya merupakan bagian dari jamaah yang selalu “rekes” kepada Allah SWT, agar para jamaah mendapatkan kehidupan yang layak di dunia dan juga mendapatkan Syurga di akhirat kelak. Hal tersebut sangat menyentuh perasaan para jamaah yang hadir. Komunikasi yang dilakuka oleh Kyai melalui pengajian ini menjadikan antara Kyai dengan Jamaahnya menjadi terasa satu dan mempunyai solidaritas yang tinggi. Tak lupa di akhir ceramahnya Kyai Haji Ade Rosyidin menganjurkan para jamaah agar melakukan aurodsampai menjelang shubuh, setelah shubuhnya para jamaah dipersilakan menemui beliau jika ada keperluan atau hajat yang hendak disampaikan pada Kyai.

Pesantren lain yang banyak jamaahnya dan dijadikan pananyaan oleh masyarakat disamping pesantren Sadang Lebak, ada pesantren Al-Fatih pimpinan KH. Aceng Kurnia beralamat di Kampung Sukasirna Desa Cipicung RW 10di Kecamatan Banyuresmi Garut. merupakan Pesantren Tarekat Tijaniah dan Hikmah. Memasuki pesantren ini pengunjung seaakan dipaksa untuk membuat interpretasi. Sebab ketika memasukinya saja sudah disuguhi dengan bangunan yang sangat unik dan terkesan mistis, tentu bagi sebagian orang yang belum terbiasa, sebab bangunan pesantren dan ruang-ruang belajarnya memasuki gua dan lorong-lorong. Mesjidnya sendiri masuk ke dalam tanah, semacam bungker yang dibuat sedemikian rupa yang sangat ekspressif dan unik.

Di Pesantren Al-Fatih ini terdapat berbagai binatang peliharaan seperti berbagai macam burung, monyet, bahkan buaya. Dari sisi bangunan dan lingkungan kelihatan sekali bahwa Pesantren Al-Fatih ini sangat menghargai lingkungan dan alam sekitar, bahkan mungkin filosofinya menyatu dengan alam. Hal tersebut ditadai bahkan bangunan mesjid pun dibangun dengan tidak merusak pohon kelapa yang sudah ada sebelumnya, bentuk bangunan dibuat sedemikian rupa agar tidak merusak tanaman yang sudah lebih dulu ada.

Ketika peneliti mewawancarai KH Aceng Zakaria ini, kesan angker terlihat di ruangan beliau, karena ada berbagai macam pernak-pernik yang menyimbolkan hal-hal yang berbau mistis.

Namun di saat sudah berbicara ternyata Beliau sangat familiar, dan menghormati setiap tamu yang datang. Dari pembicaraan dengan Beliau, KH Aceng ini menyatakan dengan bahasanya bahwa saatini keikhlasan itu sangat penting. Beliau menyatakan prihatin dengan banyak Kyai yang mempekerjakan santrinya selama dua atau tiga tahun bahkan lebih dengan alasan pengabdian supaya macul, ternak dan lain sebagainya demi kepentingan Kyainya. Dia berani berdebat dengan Ajengan manapun. Bahwa perlakuan seperti itu jangan lagi dilakukan terhadap santri.

Pada saat peneliti pertama kali datang ke Pesantren Al-Fatih, peneliti diminta untuk membeli aqua oleh Ustadz Dadan yang mengantar peneliti, karena beliau menyangka peneliti akan “tatanya” seperti halnya pasien / klien yang lain. Saat masuk pun ada dua orang ibu-ibu sedang bertanya kepada Haji Aceng ini. Di Dalam ruangan rumah ada sebuah perahu yang terbuat dari berbagai macam kayu. Menurut beliau, perahu ini dibuat sendiri oleh Haji Aceng dengan memadukan isi dua kitab sekaligus, yaitu Kitab Kifayatul Akhyar dan Kitab Hikam. Perahu ini merupakan symbol bahwa hidup ini

Di kemudian, diketahui bahwa Ustadz Dadan yang mengantarkan peneliti ke Kyai Aceng ini adalah Kepala Sekolah SMP Al-Fatih. SMP Al-Fatih ini gratis, ada sebanyak satu kelas. Jadi baru ada dua kelas kelas satu dengan kelas dua.

Yang menarik bahwa Kyai Haji Aceng Zakaria ini setiap harinya dikunjungi antar 20 sampai dengan 40 pengunjung yang datang “tatanya” kepada beliau, mereka berlatar belakang berbeda, ada yang pedagang, pegawai kantoran, guru, pegaawai negeri sipil dan lain sebagainya.

Yang unik adalah para tukang cukur yang rata-rata dari Benyuresmi adalah kebanyakan murid kyai haji Aceng ini. Bahkan tukang cukurnya presiden SBY, yang bernama Agus, merupakan murid dari Kyai Haji Aceng Zakaria ini. Terdapat pula sejumlah anggota DPR, DPRD dan yang lainnya yang sekarang sebelumnya berkunjung ke Kyai Haji Aceng Zakaria ini.

Pengajian di pesantren Al-Fatih diselenggarakan setiap hari minggu pukul 13.00. Pengajian ini melibatkan bapak-bapak dan ibu-ibu dari daerah sekitar.

Yang Kedua adalah pananyaan dari kelas dukun atau paranormal murni, yang mengandalkan aspek-aspek ritual pananyaan murni. Namun dalam kenyataanya memang kadang-kadang pananyaan jenis ini juga menggunakan kemasan-kemasan agama agar tidak berbenturan dengan doktrin ajarann agama. Diantaranya ada Rosyid di Kp Bojot, Ada Aa Karma di Kampung Walahir Sindanglaya Karangpawitan, di Bayongbong ada Haji Komar, di Salawu ada Ustadz Baban yang sangat dikenal masyarakat.

Yang ketiga adalah dikatakan di masyarakat dengan sebutan dukun, namun kenyataan mereka ta masu juga disebut dukun. Mereka berpraktek kadang-kadang saja di tengah masyarakat. Pada umumnya, masing-masing daerah ada orang yang dijadikan pananyaan oleh masyarakat menyangkut kehidupannya, namun sebagian masyarakat ketika ditanyakan langsung mereka juga banyak yang tidak terus terang mengaku pernah mendatangi paranormal. Namun setelah dikonfirmasi kepada sudaranya atau temannya, mereka pernah mendatangi “orang-orang pintar” dengan sesuatu maksud atau tujuan dalam kehidupannya.

Secara lebih sederhana struktur pananyaan di Kabupaten garut daat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 4.1.

Struktur Pananyaan

Dalam kenyataannya sangat sering dan boleh jadi antar ketiga kategori tadi saling berhubungan atau bahkan berbarengan.

Dari berbagai pemaparan di atas, terdapat korelasi antara aspek-aspek ritual keagamaan, mitos-mitos, fenomena ziarah, benda-benda keramat, Azimat atau isim, jampe-jampe, air berkah, pemandian suci, pantangan-pantangan yang terdapat di masyarakat, dzikir atau aurad dengan eksistensi pananyaan di Kabupaten Garut.

Hal ini dapat digambarkan dalam betuk gambar di bawah ini :

Bagan 4.2.

Korelasi Pananyaan

4.3.2.Peran pananyaan di masyarakat

Zaman yang sudah modern ternyata masih menyisakan banyak kepercayaan dan hal-hal mistisisme yang masih dianut oleh masyarakat. Entah karena sisi fungsional dari pananyaan itu sendiri, ataupun karea memang sisi-sisi lain yang mengharuskan manusia dalam beragama maupun berinteraksi dengan manusia lainnya, alam dan sekitarnya tak lepas dari yang namanya hal-hal mistis.

Kepercayaan itu sendiri entah kepada para sufi, Kyai, Ajengan, Ustad dan sebutan lainnya, ataupun kepada para paranormal yang senantiasa mau melayani para klien dan jamaah yang datang menemui mereka.

Kyai sebagai alim ulama, ternyata disamping sebagai tokoh agama,seringkali merupakan sosok yang dipercaya sebagai tempat konsultasi berbagai persoalan kehidupan. Dari mulai jodoh, pekerjaan, sampai dengan menjadi “peramal” masa depan masyarakat. Dalam kaitan inilah ternyata para tokoh agama dan juga “pananyaan’ ini menjadi sebuah pijakan masyarakat dalam menata dan mengelola kehidupannya.

Jika ada bayi yang lahir, seorang alim ulama, kyai atau Ajengan sering diminta untuk memimpin marhabaan, semacam membaca kisah Rasulullah Muhammad SAW dan memuji-muji Beliau dengan bacaan-bacaan dalam kitab Barzanzi. Berharap bahwa anaknya nanti menjadi anak yang sholeh dan mengikuti jejak Sang tauladan Nabi Muhammad SAW. Disamping itu, mereka minta diduakan agar anaknya nanti mendapatkan keberkahan dan kekayaan, hal tersebut disimbolken dengan memberi emas pada air yang akan diusapkan pada kepala bayi sambil digunting rambutnya oleh Sang Kyai.

Lebih dari itu, Sang Kyai sering juga diminta untuk dibuatkan nama yang bagus bagi putra-atau putrinya anak yang baru lahir tersebut. Meminta diduakan, Jika anaknya rewel terus, maka sebagian Kyai ada yang mengalungkan semacam kalung yang sudah diberi tulisan-tulisan azimah,dengan begitu, berharap anaknya tidak rewel lagi dan menjadi anak yang sholeh.Yang lucu dan menarik, ada Kyai yang sering diminta untuk menyolehkan anak-anak para jamaah atau klien yang datang meminta duanya tersebut, akan tetapi di kemudian hari ternyata anaknya Kyai sendiri menjadi tukang mabok dan berbuat keonaran di kampung tersebut. Jika sudah demikian, orang lalu berprasangka baik, bahwa Kyai atau pananyaan tersebut memang matihnya kepada orang selain keluarganya.Demikian hebatnya masyarakat selalu percaya dan menghargai seorang pananyaan, apalagi jika itu seorang Kyai, Ustadz atau Ajengan.

Peran pananyaan memang tak diragukan lagi, dalam penelitian yang dilakukan, agar seseorang dapat mencapai maksudnya, agar terjadi perubahan dalam kehidupannya, tak segan-segan banyak orang yang namanya dirubah dan berganti nama dengan nama yang lain atas anjuran sosok pananyaan tersebut. Nama-nama bagus seperti Husen diganti dengan Rosyid (atas anjuran Wa Uloh, seorang Ustadz Cianjur yang sering datang ke Garut), Nurul Ulfah diganti dengan Asti (Atas anjuran Ajengan Ojo Banjar), Dikdik diganti dengan Hamid dan lain sebagainya.Bahkan yang menarik sekaligus ironis adalah terdapat pasangan suami istri yang sengaja diminta oleh pananyaan tersebut untuk melakukan cerai terlebih dahulu (talak satu) lalu rujuk kembali pada saat itu juga agarkehidupannya berubah menjadi lebih baik.

Salah satu jamaah Pondok Pesantren Sadang yang setia dan terus mengikuti pengajian dan aurodnya Ceng Ade (sebutan KH Ade Rosyidin, pimpinan Pondok Pesantren Sadang Lebak) mengaku bahwa dia merasa bersyukur bisa bergabung dengan jamaahnya Ceng Ade tersebut. Alhamdulillah berkat hal tersebut beliau sudah sukses membangun usaha di Pasar wanaraja dan berhasil menyekelohkan anak-anaknya sampai rata-rata sarjana.

Dengan begitu dia sangat bersemangat sekali dalam mengelola usahanya, hal tersebut tidak terlepas dari peran dirinya dalam aktivitas mengikuti dan menjadi jamaah Ceng Ade atau Mang Ade ini. Bahkan setelah mengikuti aurad, sebagian jamaah yang bekerja di pasar langsung bergegas ke pasar dan membuka lapak dagangannya dengan semangat. Mereka yakin, mereka akan mendapatkan keuntungan yang berlipat dan sudah diberikan dorongan-dorongan spiritual dari Ceng Ade dan sejumlah Kyai di Pesantren Sadang Lebak.

Ada juga seorang jamaah yang mengaku masih satu keluarga dengan pemilik sepatu Garcel, beliau memaparkan bahwa diriya dan keluarganya memproduksi sepatu yang dikirimkan untuk Garcel, beliau dengan rutin mengikuti aurod yang diselenggarakan oleh Ceng Ade di Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan. Tempat produksinya di sekitar wilayah Desa Maripari Sukawening Garut.

Kedatangan jamaah juga kadang datang dari jauh dan tidak sendirian, mereka mengkususkan diri datang dan tidak cukup hanya satu kali, bahkan berkali-kali sampai menjadi jamaah tetap. Mereka juga membawa sanak saudaranya memakai kendaraan yang sengaja dicarter atau milik pribadinya.

Di pesantren Mambaul Ulum Kampung Curug Pesantren, Desa Karyasari Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut, dengan Kyainya KH. Endang, yang sekarang pesantrennya dikelola oleh putranya sendiri yaitu Kang Uum. Ajengan Endang ini mengistilahkan orang yang datang kepadanya dengan sebutan minta du’a”. Dengan rendah hati beliau menyatakan bahwa yang datang ke dirinya ada yang berhasil ada yang tidak.

Pertama kali memasuki rumahnya, peneliti merasa segan, namun ketika berbincang dengannya, Ajengan Endang ini sangat familiar sekali, sehingga ngobrol dengan Beliau kita tidak merasa canggung. Apalagi salah seorang cucunya juga kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ajengan Endang mengungkapkan bahwa yang datang kepadanya banyak sekali, ada anggota Dewan, Calon Wakil Bupati Garut, dari mulai dari daerah Garut, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Sumatera menemui dirinya untu meminta du’a.

Pananyaan dari kalangan Kyai hikmah ini sangat dirasakan manfaatnya oleh banyak jamaah atau klien yang datang meminta petunjuk dan do’anya. Dengan datang ke Kyai Hkmah maka keimanan akan bertambah dan keinginan untuk mau menjalankan ibadah juga semakin bertambah. Sehingga secara terus menerus akhirnya menjadi terbiasa.Hal ini dinyatakan oleh salah seorang yang berguru kepada Kyai Endang tersebut dengan pernyataan:

Alhamdulillah, setelah mendapat petunjuk dan doa dari KH Endang (Ajengan Curug) ini, saya menjadi leboh getol lagi mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendawamkan wirid yang diberikan beliau, hati menjadi tentram dan sekarang tidak takut menjalani kehidupan. Yang saya rasakan pada dasarnya Pak Ajengan Endang mendorong kita supaya lebih banyak lagi beribadah dan dekat dengan Allah SWT.

Di Pondok Pesantren Al-Fatih, Jamaah yang datang ke pesantren biasanya hari minggu jam satu siang sampai dengan jam empat sore. Mereka berbondong-bondong dari berbagai lapisan masyarakat, ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak. Sosok Kyai Aceng ini sangat berwibawa di mata masyarakat. Sebab disamping beliau seorang Kyai yang suka berceramah, beliau juga bisa dimintai petunjuk dan do’a-doanya menyangkut apapun setiap problem yang menimpa masyarakat.

Biasanya, disamping pengajian masyarakat juga membawa air minum dalam kemasan untuk diberikan do’a oleh kyai Aceng Kurnia. Air dalam aqua itu dipercaya sudah mengandung berkah do’a Kyai.

Kedalaman ilmu dan spiritual Kyai Aceng, tak terlepas dari pengalaman spiritual beliau ketika pergi Haji ke Mekkah. Saat beliau berhaji, ketika itu menjelang sholat shubut, beliau duduk di depan ka’bah. Saat itu ada seorang warga malaysia yang duduk disamping beliau. Umurnya sekitar 70 tahun. Orang itu duduk sambil tertidur. Dalam diri Aceng Kurnia saat itu, timbul rasa ujub dalam dirinya, oh ternyata saya kuat tak tidur dibandingkan orang malaysia tersebut. Dengan kata lain punya perasaan kuat menahan kantuk.

Sehingga beliau lalu mengganggu orang Malaysia tersebut untuk bangun, namun apa yang terjadi, malah dirinya dalam waktu hanya tiga menit langsung tertidur. Tiba-tiba ada tepukan dan sebuah pukulan mengarah ke dadanya, serasa ditonjok sehingga beliau terbelalak sambil menahan kesakitan, padahal tak ada yang mengganggu dia.Dari sanalah beliau sadar, tak ada artinya mempunyai kesombongan atau rasa ujub dalam diri.

Sambil melihat Ka’bah, lalu beliau tersadar. Dan bertafakkur dalam hatinya “ini ka’bah dibangun hanya oleh dua orang”, dia melihat Hijir Ismail, maqam Ibrahim. Dari hasil tafakkur itu dia punya kesimpulan bahwa para Kyai harus membangun mesjid sendiri dan pesantren sendiri. Seorang nabi saja bisa menjadi tukang bangunan, apalagi kita. Itulah salah satu pengalaman Spiritual yang diceritakan oleh KH. Aceng Kurnia.

Fakta menarik lainnya adalah bagaimana peran pananyaan ini begitu besar dalam mempengaruhi apa yang orang lakukan, dimana orang harus melakukan dan bagaimana melakukannya, peneliti menemukan seorang dari Cirebon yang berusaha dalam jasa mencuci motor dan tambal ban di Garut karena berdasarkan petunjuk pananyaan yang ia kunjungi orang tersebut harus berusaha mengarah ke arah Garut. Maka akhirnya di Garut inilah dia membuka usahanya. Membuka usaha bukan hanya sekedar berdasarkan analisis tempat dan prospek pasar, akan tetapi berdasarkan petunjuk gaib dari pananyaan kepercayaannya.Sampai sekarang suah tujuh tahun dia membuka usahanya tersebut di Garut.

Dengan begitu peran pananyaan dalam hal ini menempati posisi sentral dan strategis di masyarakat. Dia menjadi motivator bagi keberhasilan usaha santri dan para jamaahnya ataupun juga kliennya. Disamping sebagai konselor bagi segala macam urusan-urusan masyarakat, terutama masalah pribadi masing-masing orang yang datang berkunjung dan ingin mendapatkan petunjuknya.

4.3.3.Implikasi pananyaan terhadap Pandangan Hidup Masyarakat di Kabupaten Garut

Terdapat dua implikasi dari adanya pananyaan di masyarakat ini, yang pertama adalah implikasi positif, implikasi positif ini terutama bagi para jamaah yang secara rutin mengikuti pengajian-pengajian para ahli hikmah ini, disamping pesan-pesan spiritual,mereka juga mendapatkan ajarann-ajarann tauhid yang sangat positif dari para Kyainya yang tetap menyandarkan diri semua kekuasaan pada Allah SWT.

Implikasi lainnya, bagi para jamaah yang asalnya melakukan ibadah rital formal semacam shalat dalam memenuhi kewajibannya, menjadikan lebih itens lagi, bahkan mempunyai amalan wiridan yang secara kontinyu dilakukan, dari yang asalya sekedar menjalankan kewajiban saja, menjadi lebih intens lagi dalam upaya muraqabah kepada Allah SWT atau Tuhan yang Maha Kuasa.

Implikasi negatif terdapat pada masyarakat yang tidak bersentuhan langsung dengan pengajian atau jamaah pesantren, sebagian mereka masih menganggap bahwa seorang Kyai mampu melakukan hal-hal yang di luar kemampuan manusia biasa atau khawariqul adat. Sebagian bahkan beranggapan seorang Kyai atau pananyaan yang mempunyai kekayaan pribadi di atas orang rata-rata adalah hasil hubungan dengan makhluk halus sebangsa jin. Hal tersebut misalnya berlaku di kalangan masyarakat, salah satu contoh Haji Uban Subana yang mempunyai Yayasan terbesar dan termegah di Kecamatan Cikajang di tengarai mampu melakukan ritual dan hubungan dengan jin. Sebagian masyarakat mengira kekayaannya itu didapatkan dari cara seperti itu.

Akan tetapi setelah peneliti datang langsung, melihat, dan mewawancarai beliau, ternyata apa yang digambarkan oleh sebagian masyarakat tersebut tidak terbukti. Beliau (Haji Uban) menjelaskan asal mula kekayaannya tersebut secara umum. Beliau tidak mendapatkannya dari berleha-leha, akan tetapi melalui perjuangan keras dan membangun jaringan yang luas dengan kalangan masyarakat dan para pejabat. Beliau asalnya seorang guru dan menjadi kepala sekolah di SMPN 1 Cikajang, beliau menyatakan bahwa kita itu tergantung lingkungan, kalau lingkungannya dengan guru, maka akan seperti itulah kondidi kita selamanya, kecuali kita mau merubah diri kita sendiri. Apalagi guru pada masanya tersebut kurang dihargai dan mendapatkan kesejahteraan alakadarnya.

Maka dengan semangat berubah, kedudukannya sebagai guru, ditambah keterampilannya dalam melakukan pijat refleksi, digunakannya untuk membangun jaringan dengan para pejabat, antara lain Akbar Tanjung, Ginanjar Kartasasmita, Prabowo Subianto, Tri Sutrisno dan lain-lain. Dari sanalah dia mendapatkan bantuan bagi yayasannya yang berkembang tersebut. Jadi bukan hasil dari hubungan dengan jin sebagaimana yang diperkirakan masyarakat. Bahkan saat ini, beliau sedang menunggu, kalau Prabowo jadi Presiden RI, maka beliau dijanjikan akan mendapatkan bantuan dan mendirikan SMK di Yayasan Harus Al-Rasyid milik beliau (H. Uban) tersebut.

Implikasi lainnya adalah adanya ketergantungan dari masyarakat yang datang ke Kyai Hikmah ataupun ke pananyaan lainnya ketika tidak dibarengi dengan pemikiran yang rasional. Masyarakat awam menganggap bahwa Kyai hikmah atau pananyaan itu bisa segalanya. Padahal tidak. Peneliti menanyakan langsung hal ini kepada masyarakat yang sudah beberapa kali ke pananyaan.

Salah satu contoh adalah apa yang diutarakan oleh seorang informan yang bernama wawan beliau mengutarakan unek-uneknya dalam bahasanya sendiri. Menurut beliau, berapa orang bertanya ke lebih dari sepuluh orang pananyaan, mulai dari kalangan Kyai, Ustad atau Ajengan, sampai kepada dukun. Dia sendiri pada awalnya diajak oleh temannya. Antara lain dia pernah “tatanya” ke pananyaan di Banten, Sumedang, dan daerah lainnya. Menurutnya di Garut sendiri dia pernah mendatangi Ma Eti di Pameungpeuk, Abah Anom di Sumedang (beliau menjelaskan bukan Abah Anom Pesantren Suralaya) tepatnya di kaki gunung Manglayang,pernah bertanya dan datang ke Pak Wanta di Singajaya dan yang lain-lainya yang beliau sudha lupa lagi nama dan tempatnya. Inti dari semua yang di datangi pada dasarnya semua menganjurkan :

1.Beriman kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa

2.Beribadah dan berdzikir dalam rangka taqarrub pada Tuhan

3.Bekerja dan berikhtiar lebih keras lagi

Selanjutnya Kang Wawan, seorang pengamen yang ngobrol dan wawancara dengan peneliti, menyatakan dari banyak yang didatangi, kebanyakan mereka semua sama, dalam bahasa beliau:

“Kabeh oge nu di datangan ku abdi, rek Kyai, rek dukun, sami, teu aya pananyaan atanapi paranormal atawa Kyai nu nitah nyantai, kabeh sami nitah “prak usaha, bari dagang atawa bari gawe, terus ngadoa, ikhtiar mah kudu. Malah sabalikna nurutkeun abdi, tatanya teh bisa nimbulkeun kasusudzonan, dagang bubur teu laku, oh aya anu ngaheureuyan. Anu kadua, nimbulkeun kamusyrikan, walaupun sok aya eta oge anu ngahelah, sugan we melalui perantara mah doa urang dikabul, tapi sanggeus ku kuring dilenyepan, intina mah introspeksi, da sanggeus kuring kamana kamendi ge teu aya buktina, abdi ayeuna tos tara tataros deui, abdi ayeuna langkung percanten kana kamampuan diri abdi nyalira, do’a mah langsung we ka Pangeran”

(semua yang didatangi oleh saya, kesemuanya, mau kyai, dukun, semuanya sama, tidak ada pananyaan/paranormal yang menyuruh santai, semua menyuruh bekerja, berikhtiar, mau dagang ataupun menjadi pekerja, terus berdo’a, sebab ikhtiar itu perlu. Malah sebaliknya, menurut saya, bertanya kepada paranormal itu bisa menimbulkan kesuudzonan, jualan bubur tidak laku, lalu disebutkan oh karena ada yang dengki. Yang kedua, menimbulkan kemusyrikan, suka ada itu juga yang berkelit, barangkali saja melalui perantara mah do’a kita dikabul, tapi sekarang saya berpikir, setelah ditelaah, intinya introspeksi, setelah saya kesana kemari tak ada hasilnya, saya sekarang tak pernah bertanya ke paranormal lagi, saya sekarang lebih percaya pada kemampuan diri sendiri, berdo’a langsung saja sama Tuhan).

Pernyataan apatis datang dari informan yang sudah berkali-kali datang ke pananyaan. Dari pengalamannya tersebut beliau memaparkan suatu pernyataan yang menggelikan, dengan bahasanya yang lucu beliau menggambarkan:

“Nu puguh mah pananyaan/dukun kabeh ge harareeng we. Biasana si dukun anu ku kuring didongkapansok nyebutkeun ieu jelema bakal beunghar, bakal aya milik, atuh eta jelema teh balik deui bari mawa duit”

Yang menggelikan menurut Kang yakti ini, ada dukun yang diceritakan sebagai Tukang Pelet/ahli pengasihan. Tapi pas melihat istrinya juga jelek Kang yakti tertawa sendiri. Ada lagi yang mengaku bisa membuat orang kaya. Tapi pas dilihat kehidupannya pun kembang kempis, rumahnya jelek, bagaimana bisa membuat orang lain kaya, ada-ada aja.

Kang Yakti ini pernah beberapa kali mengunjungi berbagai macam dukun dan orang pintar, bahkan sampai ke Jawa Tengah/jawa timur. Ada yang namanya Dukun Arisan, ada yang namanya dukun guci, temannya sesama awak Bus Primajasa pernah pusing tujuh keliling karena pingin membeli guci ini. Harga gucinya dua juta.

Hal-hal mistis berkaitan dengan pananyaan yang ada di Garut, dan sebetulnya secara umum berlaku bagi sebagaian pananyaan mulai dari Kyai, Ustad, Ajengan maupun paranormal semacam dukun diantaranya (lihat bagan 4.2):

1.Ritual keagamaan

2.Mitos-mitos

3.Benda-benda keramat,

4.Azimat dan isim-isim

5.Jampe-jampe

6.Air Berkah

7.Pemandian Berkah

8.Pantangan-pantangan

9.Fenomena Ziarah

10.Dzikir atau wirid-wirid (aurad)

Kenyataanya kepercayaan kepada mistik itu tak bisa dipisahkan dari sikap dan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, pola-pola kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis nampaknya tercermin dari sikap dan perilaku mereka yang mempercayai mitos-mitos.

Mitos-mitos tersebut mulai dari diri mereka sendiri sampai dengan rumah dan lingkungannya. Contoh sederhana adalah banyak masyarakat yang masih percaya bahwa menanam pohon cemara di depan rumah, itu akan menyebabkan terjadinya perceraian antar suami istri. Begitu pula dengan menanam pohon pepaya, akan menyebabkan kehidupan ekonomi menjadi sulit, usaha seret, bahkan bisa menyebabkan kematian. Menanam pohon Kamboja, usahanya akan “tiis” atau bangkrut. Jika punya musuh, supaya usahanya bangkrut dilempari dengan tanah kuburan, kalau janda yang ditinggal mati oleh suaminya, harus melakukan serah “malikkeun mas kawin” ketika akan melakukan kawin lagi, yang hamil harus bawa gunting, catok kuku, panglay, supaya tidak diganggu sama kuntilanak atau makhluk halus lainnya yang dipercaya masyarakat suka mengganggu

Di Depan rumah sebaiknya menanam tebu, supaya rumah tangganya awet dan manis dalam kehidupannya.Sebagian peternak ayam di Garut, pada malam-malam memberikan “susuguh” agar ayam-ayamnya tidak diganggu dan selamat tidak banyak yang mati sampai masa panen.

Fenomena lainnya yang membutuhkan energi adalah ketika menikahkan harus dihitung dahulu berdasarkan perhitungan-perhitungan dari pananyaan.Calon pengantin harus bolak balik mensinkronkan antara perhitungan pananyaan dari orang tuanya dengan perhitungan dari calon mertuanya. Ketika seseorang mau menikah, maka akan dibanding-bandingkan hari kelahiran, wedal dari masing-masing dan diramalkan berdasarkan rumus-rumus tertentu bagaimana nasib pasangan tersebut selanjutnya.

Ada hal yang dalam pengamatan peneliti berimplikasi pada etos kerja dan keberhasilan dalam ekonomi menjadi berpengaruh negatif.Hal tersebut adalah bagi sebagian orang yang datang ke pananyaan, mereka banyak diberikan wejanga-wejangan yang sebetulnya secara substatif malah membuat orang yang datang menjadi terbelenggu.

Ketika mereka keluar rumah untuk suatu urusan atau pekerjaan atau usaha, mereka diharuskan keluar rumah sesuai dengan jam-jam yang ada dalam rumus yang telah diberikan oleh pananyaan tersebut. Dalam hari-hari tertentu seseorang hanya boleh keluar rumah dalam jam-jam tertentu. Peneliti merasa heran, bagaimana kalau sudah janjian, atau tempat yang ingin ditempuh tempat yang jauh.

Benda-benda keramat seperti keris, batu ali oleh sebagian masyarakat dianggap mempunyai kekuatan, baik untuk pengasihan maupun untuk kedigjayaan. Ada pananyaan yang memberikan batu ali kepada kliennya dan mengatakan dengan batu ali ini, maka si pemakai akan kuat dan tidak mempan oleh senjata tajam maupun gempuran musuh, namun dalam kenyataannya setelah dibuktikan orang yang memakai tersebut dikeroyok oleh empat orang di terminal Guntur Ciawitali Garut dan wajahnya memar-memar. Alih-alih kuat dan tahan pukulan yang terjadi malah wajah benjol-benjol dan lebam.

Implikasi negatif lainnya kepercayaan masyarakat kepada pananyaan itu sendiri adalah, menjamurnya berbagai macam modus penipuan atas nama dukun-dukun sakti mandraguna, yang dalam kenyataanya mereka hanya memanfaatkan klien untuk mendapatkan keuntungan uang dan jenis keuntungan lainnya.

Pada masa pencalegan anggota Dewan, baik untuk anggota DPR, DPD maupun anggota DPRD Kabupaten bukan hal aneh jika caleg tersebut didatangi banyak calo dan juga dukun yang mengaku bisa membantu secara spiritual. Mereka menawarkan kesuksesan bagi para caleg bisa terpilih dengan memberikan beberapa persyaratan.

Diantaranya para caleg tersebut harus membeli “apel jin” yang harus dibeli dengan harga yang fantastis. Berkisar antara lima sampai lima belas juta rupiah. Persyaratan yang aneh-aneh didindikasikan dibuat sedemikian rupa ujung-ujungnya untuk menipu dan memperdayai agar mendapatkan keuntungan finansial dari para caleg tersebut yang memang sedang membutuhkan kemenangan.

Bukan hal aneh lagi jika di media massa ataupun elektronik kita mendengar adanya dukun-dukun palsu yang di tangkap karena telah meresahkan masyarakat. Ada dukun cabul, ada dukun pelipat ganda uang, dukun teluh, dukun pelet, bahkan sampai ada yang melakukan hal-hal aneh seperti menggali kuburan bayi, mengambil kain kafan perawan dan lain-lain.

Fenomena yang sangat menarik peneliti menemukan banyaknya korban dari penipuan akan adanya pananyaan ini. Diantaranya banyak orang yang usahanya sampai bangkrut gara-gara mengejar UB (Uang Brazil) ataupun Uang Soekarno, AC (Anti Cukur), Awi Buta, Keris Nangtung, Merah Delima dan lain-lain.

4.4.Pembahasan

Mistisime dalam Pandangan Hidup Masyarakat Melalui Kebiasaan Masyarakat Bertanya pada Seseorang dalam Menentukan Kehidupannya di Kabupaten Garut

Secara umum dari hasil penelitian terungkap bahwa, memang di Garut sebagaimana pendapat Prof. Afif Muhammad bahwa di permukaan,mistisime masyarakat Sunda khususnya di Kabupaten Garut tidak terlihat secara gamblang. Berbeda dengan masyarakat jawa yang sangat kental dengan aliran kepercayaan dan kebatinannya.

Akan tetapi mistisime dalam bentuk lain, seperti halnya terhadap tasawuf yang berupa bentuk mistisisme Islam, itu sangat dominan. Tentu saja karena tasawuf dianggap tidak bertentangan dengan syariat Islam bagi sebagian kalangan. Walaupun dalam kenyataannya tasawuf pun berbeda-beda pendapat. Aliran-aliran tasawuf yang berkembang di Garut diantaranya adalah Tasawuf Tijaniah, yang berkembang salah satunya di Pondok Pesantren Al-Fatih Karangpawitan Garut sebagaimana yang telah digambarkan.

Disamping dalam bentuk tasawuf,mistisisme yang berkembang di masyarakat juga menggurita dalam bentuk kepercayaan terhadap pananyaan, baik itu dari kalangan tokoh agamawan seperti Kyai, ustad, Ajengan maupun dari kalangan tokoh paranormal yang biasanya tidak mau merek disebut dukun.

Menelusuri jejakjejak mistisisme memang tidak mudah, akan tetapi memang bisa ditemui dalam rekam jejak mistisisme Islam khususnya tasawuf. Mistisime dalam pengertian ini ada banyak makna,yang lainnya melalui metode yang terdapat dalam ilmu hikmah. Ketidakmudahan menelusuri jejak-jejak mistisime, khusunya dalam megkaji pananyaan dan segala pernak perniknya karena berkaitan dengan bebarapa hal yang memang masih tabu untuk dibicarakan. Apalagi kadang-kadang menyangkut urusan rahasia pribadi masing-masig orag yang tak bisa diumbar begitu saja kepada siapapun, sebab menyangkut harga diri dan bisa berbenturan dengan nilai-nilai hukum agama bagi sebagian orang.

Di ruang-ruang publik, tema paranormal sekan menjadi suatu hal yang tabu untuk dibicarakan. Walaupun orang-orang yang dikenal secara nasional sebagi tokoh paranormal di Indonesia, malah dengan bangga dan mendeklarasikan dirinya sebagai tokoh “yang ahli” dalam bidang paranormal di Indonesia. Tokoh-tokoh seperti Ki Joko Bodo, Ki Gendeng Pamungkas, Permadi malah bangga dan menjadi rujukan media-media di Indonesia,bahkan setiap tahun diminta untuk meramalkan kondisi bangsa Indonesia ke depan. Di kita belum dikenal yang namanya futurolog yang dikenal luas di masyarakat, semuanya masih berbasiskan mistis, seperti halnya Mama Lauren yang sering meramalkan nasib-nasib artis dan beberapa tokoh di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan praktek masyarakat bertanya kepada seseorang dalam menentukan kehidupannya sangat kental dan terasa sekali di tengah masyarakat. Seperti halnya (maaf) kentut ada terasa, namun tak terlihat, akan tetapi baunya menyebar kemana-mana. Begitu pula praktek-praktek misitisisme ini, tak terlihat namun ada.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir di setiap kampung atau daerah ada tokoh pananyaannya. Yang itu menjadi tempat bertanya dan berkonsultasi masyarakat menyangkut kehidupannya. Menyangkut usaha, jodoh, kehidupan suami istri danlain sebagainya.

Ada satu pola yang sama yang dilakukan oleh para Kyai Hikmah, kesamaan mereka diantaranya:

1.Dari pola-pola penyebaran cerita-cerita yang didapatkan dari mimpi ataupun pengalaman spiritual para Kyai Ahli Hikmah, yang dalam telaahan peneliti, biasanya menceritakan kejadian-kejaidan luar biasa berkaitan dengan pengalaman spiritual para Kyai atau tokoh pananyaan tersebut.

2.Mereka menjalin ikatan solidaritas dalam bentuk pertemuan-pertemuan rutin yang biasanya diselenggarakan pada hari-hari tertentu, pertemuan tersebut bisa berbentuk pengajian atau ceramah, manakiban (membacakan kisah-kisah luarbiasa para wali, seperti halnya manakiban Syeikh Abdul Qadir Jailani yang luar biasa), ataupun aurad-aurad yang diselenggarakan secara bersama-sama.

3.Bentuk-bentuk pemberian transfer energi positif melalui do’a-do’a dalam air minum kemasan, gelas, atau botol kompan dan lain sebagainya.

4.Pemberian motivasi bagi adanya usaha yang lebih maju lagi, dengan menyatakan bahwa usaha adalah kewajiban setiap diri kita, harus kerja keras dan motivasi-motivasi lainnya.

5.Sebagian para pananyaan mendapatkan penghasilannya dari sedekah tanda terima kasih para jamaah ataupun kliennya. Walaupun hal ini sangat riskan dikemukakan dan sulit dibuktikan, akan tetapi dari beberapa tamu yang datang, peneliti mendapatkan gambaran, Biasanya mereka memberikan kepada pananyaan tidak ada standar baku, tergantung keikhlasan dari jamaah dan juga keadaan jamaah itu sendiri. Banyak juga yang secara ekonomi belum mampu mereka belum memberikan apapun pada Kyainya.Kecuali yang sudah sukses, biasanya memberikan tanda terima kasih lebih besar.Maka tak heran beberapa Kyai Hikmah peneliti dapati mempunyai rumah, penghasilan dan kehidupan yang layak.Jauh di atas rata-rata orang kebanyakan

Untuk menggambarkan bagaimana aspek ekonomi juga terdapat dalam fenomena pananyaan, bahkan mungkin menjadi daya tarik tersendiri bagi seseorang yang mempunyai kemampuan dalam mengolah kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis ini, bisa kita lihat dari syarat-syarat yang diharukan oleh sebagian pananyaan yang ada di Garut.

Salah satu contoh adalah seseorang yang bertanya kepada Kyai/pananyaan di Kp. Dukuh Pameungpeuk, orang yang datang ke sana dengan maksud agar mendapatkan berkah dan mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya diharuskan datang ke sana minimal tujuh kali. Disamping itu harus “ngahaturan tuang” dalam arti memberikan beras minimal lima kilogram, sepuluh kilogram sesuai yang disyaratkan kepada masing-masing orang.

Hal tersebut peneliti dapatkan dari salah seorang jamaah yang sering datang ke sana. Dalam bahasanya sendiri sebagai berikut:

“Kadinya mah kedah tujuh kali, sateu acan ziaroh kudu ngahaturan tuang, mere beas lima kilo atawa sapuluh kilo mah, ngangge hayam, teras engkena hiji domba sodaqoh, teras dongkapna kadinya anu tujuh kali teh ulah pegat, lamun pegat kedah diuihan deui ti awal. Tujuh saptu berturut-turut.

Praktek pananyaan dan fenomena ziarah sekarang menjadi basis ekonomi, salah satunya di Kampung Dukuh Kecamatan Cikelet. Bahkan oleh pemerintah daerah dijadikan sebagai sarana wisata potensial.Hal tersebut digambarkan dan memang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kang Ian, sebagai informan peneliti sebagai berikut:

Ziarah ke makam karomah dilaksanakan pada setiap hari Sabtu. Tamu yang datang mempunyai maksud berziarah, datang ke Dukuh di hari Jumat atau hari sebelumnya. Untuk tamu yang datang di hari-hari sebelum Sabtu; seperti hari Rabu, Kamis, atau Jumat harus menunggu sampai hari Sabtu, terutama tamu yang jauh atau yang dari luar propinsi Jawa Barat. Sedangkan tamu-tamu yang dekat kadang-kadang datangnya Sabtu pagi pada waktu ziarah. Sedatangnya ke Kampung Dukuh tamu langsung ke rumah Kuncen untuk menceritakan maksud kedatannganya, selebihnya tamu ada yang menginap dirumah Kuncen, tapi kadang-kadang ada juga yang dirumah masyarakat terdekat sebab di rumah Kuncen tidak tertampung.

Semua tamu yang datang ke Kuncen disuguhi makan sebab merupakan kewajiban Kuncen. Di waktu malam tamu-tamu yang ada di rumah Kuncen diberikan penjelasan asal muasal Karomah, Kampung Dukuh, serta adat istiadat yang ada di Kampung Dukuh, lalu diteruskan dengan membaca salawat.

Pada Sabtu pagi, semua yang mau ziarah berkumpul di rumah Kuncen terutama tamu yang datang dari luar yang mau melaksanakan ziarah, yang tidak tertampung di rumah Kuncen menunggu di halaman rumah Kuncen sambil mendengarkan penjelasan-penjelasan dari Kuncen. Pada waktu itu Kuncen memberikan penjelasan dalam hal melaksanakan ziarah, seterusnya semua yang mau ziarah disuguhi makan terlebih dahulu.

Sesudah jamuan makan semua tamu berangkat menuju Pancuran Suci untuk melaksanakan mandi besar yang dipimpin oleh wakil Kuncen. Tempat mandi besar dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Sesudah mandi besar memakai pakaian yang disyaratkan untuk ziarah yaitu :

a.Laki-laki memakai :

- Baju Takwa hitam (polos)

- Sarung polos (bukan batik)

- Tidak memakai celana dalam

b. Perempuan memakai :

- Kebaya polos

- Sarung polos (bukan polos)

- Kerudung polos

- Semuanya tidak boleh memakai perhiasan atau membawa barang-barang elektronik.

Sesudah selesai mandi besar, kurang lebih jam 10.00 semua yang akan melaksanakan ziarah menunggu diluar pagar makam, dan ditanya oleh wakil Kuncen, siapa yang mau ziarah langsung, siapa yang mau membantu memperbaiki, sebab dalam rombongan ziarah ini ada dua kelompok, pertama ada yang mau ziarah langsung, kelompok kedua yang mau ikut bersih-bersih, membersihkan lingkungan makam juga memperbaiki pagar-pagar makam.

Ziarah didahului dengan dipimpin langsung oleh Kuncen, seterusnya masuk kedaerah makam Kuncen. Berdoa dahulu yang diaminkan oleh semua peziarah. Sesudah selesai berdoa, baru melangkahkan kakinya ke dalam pagar makam dengan dibarengi oleh semua peziarah.

Didalam tahap pertama rombongan dipisahkan, pertama yang mau membantu oleh wakil Kuncen diberi tugas :

1)Ada yang diberi tugas mengambil bambu untuk memperbaiki pagar makam

2)Ada yang diberi tugas menyapu membersihkan makam

3)Ada yang diberi tugas memperbaiki saluran air yang ada di dalam makam

4)Ada yang diberi tugas memperbaiki pagar

Rombongan yang mau ziarah langsung dipimpin oleh Kuncen buat melaksanakan pelaksanaan ziarah, yaitu :

1)Pada tahap pertama semua yang ziarah dipersilahkan duduk (jongkok) diatas batu, lalu Kuncen memimpin do’a. Sesudah beres do’a rombongan ziarah mulai ke tahap kedua

2)Dalam tahap kedua sama dengan tahap pertama, rombongan duduk kembali, Kuncen memimpin do’a, sesudah beres do’a rombongan maju ketahap ketiga, begitu selanjutnya sampai ketahap kelima.

3)Dari tahap kelima rombongan maju lagi langsung ke Makam Syekh H. Abdul Jalil.
Di Makam Syekh H. Abdul Jalil, disini Kuncen berdo’a cukup lama, membacakan do’a-do’a khusus para wali, terutama wali yang ada di Makam Kampung Dukuh yaitu KH. Syekh H. Abdul Jalil. Sesudah beres berdo’a di Makam Syekh H. Abdul Jalil, diteruskan berdo’a di Makam Eyang Hasan dan Husein, dengan diteruskan berdo’a di Makam-makam lainnya, yaitu makam- makam Kuncen dan makam-makam sesepuh Dukuh.

4)Sesudah beres ziarah, rombongan pulang dari Makam, tapi terkadang ada sebagian peziarah yang tidak pulang bersama sebab masih ada maksud berdo’a khusus masing-masing peziarah. Sesudah beres ziarah semuanya keluar dari makam dan pulang lagi ke rumah Kuncen. Di rumah Kuncen disediakan air dan makanan. Para tamu beristirahat sambil menikmati makanan kecil seadanya.

Sebagai informasi tambahan, Zenal Arif dalam tesisnya menggambarkan Ada beberapa larangan (tabu) yang harus dipatuhi masyarakat Kampung Dukuh. Yang pertama, adalah tabu berdagang. Jadi, istilah jual beli tidak dikenal, yang ada yaitu sebutan ngagentosan (mengganti). Berdagang makanan matang dianggap pelanggaran berat. Namun seiring dengan terjadinya perubahan sosial, di Dukuh Landeuh sudah ada warung yang berjualan kebutuhan sehari-hari seperti jajanan anak-anak, garam, minyak tanah, dan lain-lain.

Kuncen membolehkan mereka berdagang, namun tidak boleh mencari untung besar dari dagangannya itu dan niatnya adalah membantu warga dalam memenuhi keperluannya. Namun berdagang makanan matang hasil masakan sendiri tetap dilarang. Kadang ada pedagang yang datang dari luar juga. Kalau orang kampung Dukuh ingin berdagang bebas harus di luar Kampung Dukuh karena larangan hanya berlaku di dalam Kampung Dukuh.

Larangan kedua adalah menjadi pegawai negeri atau PNS. Konon, Syekh Abdul Jalil kecewa karena dibohongi atasannya (Bupati Rangga Gempol) yang dianggapnya sebagai ambtenaar (pegawai negeri) sehingga sejak itu ia bersumpah keturunannya tidak akan ada yang boleh menjadi pegawai negeri. Itu sebabnya pula, Syekh Abdul Jalil melarang orang berdagang karena menurutnya berdagang dekat dengan kebohongan dan selalu mencari keuntungan. Satu hal yang aneh, bahwa keturunan Habib bebas menjual minyak wangi kepada para pengunjung ziarah. Larangan ketiga adalah memelihara binatang berkaki empat seperti sapi, kerbau, dan kambing. Jadi, umumnya penduduk beternak unggas seperti ayam, bebek, dan itik. Namun sejalan dengan tuntutan perubahan, di Dukuh Landeuh/luarsudah ada yang memelihara kambing.

Selain tabu-tabu tersebut, masyarakat juga harus memenuhi aturan dalam melakukan upacara di makam karomah yaitu ziarah ke makam karomah hanya dilakukan setiap hari Sabtu. Ketika memasuki areal makam laki-laki harus berpakaian sarung, baju takwa, polos, dilarang memakai pakaian dalam dan totopong (ikat kepala), sedangkan perempuan harus mengenakan samping/sinjang (kain), kebaya, dan kerudung, dan dilarang mengenakan pakaian dalam, perhiasan, dan sandal/ sepatu.

Selain itu, tidak boleh memakai pakaian bermotif (seperti batik), bordiran, kaus, atau kemeja (hem). Selama berada di makam, tidak boleh merokok, meludah, dan kencing; harus selalu memiliki wudu, tidak boleh membunuh binatang dan merusak pepohonan yang ada di areal makam. Ada yang dilarang masuk ke areal makam yaitu: pegawai negeri, orang yang berpacaran (hubungan asmara/tundangan), dan wanita yang sedang haid.

Lain lagi, aspek ekonomi di pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut sudah cukup kuat, Para Kyai masing-masing mempunyai usaha sendiri yang dikelolanya bersama para santri dan juga karyawan dari masyarakat sekitar.Diantaranya pabrik air minum dalam kemasan, perusahaan Bandrek merek “Gentong Mas” Peternakan dan jual beli ikan hias, bisnis sarung, baju koko, minyak wangi dan lain sebagainya.

Secara lebih spesifik, kebiasaan masyarakat bertanya pada seseorang yang memberikan doktrin-doktrin tertentu, sedikit banyak mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Agama dan konsep kekuasaan Tuhan dan hubungan antara dirinya dengan Tuhan. Sebagian percaya bahwa do’a dirinya bisa dikabulkan melalui perantaraan atau wasilah orang-orang suci dan dekat dengan Tuhan. Makanya fenomena Ziarah ke Makam Wali dan orang Suci adalah merupakan salah satu indikasi hal tersebut.

Kepercayaan terhadap pananyaan yang terdiri dari para ahli hikmah dan ahli tasawuf meniscayakan ketergantungan jamaah tersebut kepada Thariqat yang diikutinya atau yang dianut oleh para Kyainya. Tentu saja, hal tersebut sebagai jalan menuju Tuhan.

Kepercayaan kepada pananyaan juga menimbulkan kesan berbeda akan pemaknaan tentang realitas dan makna eksistensi masyarakat akan kekuatan dirinya dalam berkompetisi di kehidupan yang semakin keras dan kompetitif ini. Hal ini juga menjadi jalan bagi adanya penemuan kebahagiaan di luar konteks kebahagiaan dunia dengan simbol kemakmuran dan kekayaan.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya dan sering mendatangi paranormal sangat dipengaruhi oleh mitos-mitos yang ada di sekitarnya. Sehingga dalam bahasa Kuntowijoyo, ativitas masyarakat lebih pada aspek ekspressif kebudayaan dibandingkan dengan aspek progressif kebudayaan.

Jika tidak tepat dalam melakukannya, atau bersumber pada pananyaan yang menyesatkan, Mistisisme ritualistik justru cenderung mengajak manusia
melupakan kesulitan, bukannya memecahkannya.
Memahami apa yang didapatkan dari hasil bertanya pada pananyaan dengan tanpa reserve, maka akan menjadikan masyarakat sangat kaku dalam menjalani kehidupan dan berkreasi dengan kehidupannya.Mereka terjebak dalam pola-pola dan rumus-rumusa yang justru akan membelenggu dalam setiap gerak langkah kehidupannya. Mitos-mitos tanpa landasan yang jelas, berkembang sesuai interpretasi masing-masing orang. Makna-makna ditangkap berdasarkan pemikiran masing-masing orang.

Dalam konteks ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Kuntowijoyo, bahwa kita memiliki dua jenis organisasi sosial; yang pertama adalah jamaah kiai di pedesaan, dan yang lainnya adalah jaringan persaudaraan tarekat di bawah permukaan. Dalam kesempatan khusus yaitu hawl atau hari peringatan kematian kiai, para murid berkumpul bersama untuk mempererat solidaritas. Peristiwa yang sama juga dimanfaatkan oleh para anggota tarekat, ketika mereka berkumpul bersama dalam acara zikir-suatu peristiwa yang disebut mujahadah. Melalui jaringan-jaringan semacam ini, sentimen dan solidaritas dipelihara. Lebih daripada itu, di antara para kiai sendiri terdapat jalinan abadi karena ikatan-ikatan kekerabatan dan perkawinan, serta melalui sanad yang dengannya seseorang dapat menemukan asal ususl silsilahnya.

Jemaah-jemaah tarekat dan hikmah ini merupakan sebuah realitas diluar organisasi-organisasi keagamaan semacam NU, PERSIS dan Muhammadiyah, mereka mengkonsolidasikan diri sebagai jemaah dengan pimpinan tanpa ikatan formal. Solidaritas mereka dibagun berdasarkan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Walaupun pada awalnya, banyak yang menjadi jamaah berdasrkan motiv-motiv keinginan untuk merubah diri dan kehidupannya, melalui arod dan semacam bacaan-bacaan, isim dan sebagainya yang meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk menghadai kehidupan ini dengan sagala macam dinamikanya.

Ada dua bentuk konsekwensi dari kepercayaan masyarakat terhadap pananyaan ini. Jika mereka mendatangi para kiai hikmah dengan tingkat ideologi yang tinggi mereka akan diingatkan dengan kewajiban-kewajiban menjalankan syariat Islam dan rasa khauf dan raja kepada Allah SWT. Para jamaah yang datang ini akan semakin taat dan rajin dalam beribadahnya kepada Allah, yang asalnya tidak sholat menjadi sholat, sampai shalat tahajjud pun mampu dilakukannya dalam rangka ibdah dan berdo’a agar hajatnya dikabulkan.

Yang kedua adalah mereka yang mendasarkan diri kepada kepercayaan pada paranormal ini menjadi semacam ketergantungan dan terlalu percaya dengan ramalan-ramalan tersebut, khusunya dari para peramal-peramal yang bukan golongan kyai/Ajengan ini, sebab kepercayaannya tidak didasarkan pada ajarann agama. Walaupun ada juga paranormal yang berusaha menghubungkan dengan landasan keimanan yang dianut oleh masyarakat, akan tetapi menjadi tidakk utuh. Hasilnya adalah bergantung pada interpretasi orang yang melakukan konsultasi tersebut.

Barangkali apa yang menjadi pemikiran Kuntowijoyo dalam hal ini perlu dipahami dan diterapkan, tentu dengan strategi tertentu pula. Dimana masyarakat kita membutuhkan stimulus dan waktu agar bisa berubah dari lebih banyak aspek eksperesif kebudayaan mengarah kepada aspek progressif kebudayaan.

Disamping itu, budaya umat manusia juga selalu berkembang dan dinamis. Karena itu dalam interaksi budaya lokal dan budaya Islam tentu muncul dua jenis budaya yang berbeda ; budaya yang sedang unggul dan budaya tradisional yang ketinggalan. Kebudayaan yag unggul akan selalu mempengaruhi kebudayaan yang terbelakang . Dengan kata lain , kebudayaan yang kurang maju membutuhkan dukunganunsur- unsur positif dari budaya yang maju itu untuk mengejar ketertinggalannya. Dengan demikian para pendukung kebudyaan progresif selalu bersikap terbuka terhadap unsur- unsur budaya yang sedang unggul untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas budaya lokalnya.

Sebaliknya pendukung budaya ekspresif tradisional umumnya sangat lamban dan kurang tanggap terhadap dinamika perkembangan kemajuan zaman. Keadaan semacam ini tentunya berlaku pula dikalangan umat Islam. Misalnya, para pendukung budaya Islam progresif selalu tanggap terhadap unsur- unsur positif dalam budaya asing yang positif untuk mendukung pengembangan, progresifitas , dan dinamika budaya Islam. Sebaliknya, mereka yang berwawasantradisional kurang tanggap terhadap perlunya perubahan maupun penyesuian budaya Islam terhadap kemajuan zaman.

Jika mistisisme dalam Panayaan ini dipahami sebagai bagian dari aspek budaya, maka masyarakat melalui para pemikirnya, sebagaimana pemikiran Sutan taqdir Alisyahbana, bahwa agama apapun (apalagi Islam) mempunyai syarat-syarat untuk kemajuan ilmu, ekonomi, dan teknologi dunia modern, tetapi pada suatu ketika adalah interpretasi Islam sendiri yang menyebabkan pemeluk agama Islam dalam zaman modern ini mempunyai kedudukan yang rendah dan terbelakang dalam zaman kemajuan dunia.

Interpretasi Agama (khususnya Islam yang berdasar Al-Quran dan sejarah Islam sendiri), pemeluk agama dapat memegang tanggung jawab untuk dunia yang nampaknya bertambah lama bertambah menjauh dari kehidupan agama, karena tak dapat menjawab kritik ilmu yang rasional dan tujuan kebudayaan modern yang cenderung untuk mengagungkan keduniaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rojak, 2009,Filsafat ilmu kalam,Studi Ilmu Pemikiran dalam Islam, The 9th Annual confrerence on Islaic Studies (ACIS)

AE Priyono, 2008, dalam Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan, Bandung

Afif Muhammad, Mistisisme Masyarakat Sunda, sumber:

http://segatablog.blogspot.com/2010/11/mistisisme-masyarakat-sunda.html

Ahmad Tafsir,2004, Filsafat Ilmu, Remaja Rosdakarya Bandung

Ahmad, Abdul Fattah Sayyid, 2005, Tasawuf Antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah, Khalifa, Jakarta

Alparslan Acikgence, 1996, The Framework for A history of Islamic Philosophy, Al-Shajarah, Journal of TheInternational Institute of Islamic Thought and Civlization(ISTAC)

Andreas Hergovich, Reinhard Schott, and Martin Arendasy 2001,Paranormal Belief and Religiosity

Bogdan, 1998, Qualitative Research of Education: An Introduction to Theory and Methods, Allyn and Bacon, Inc London

Dawam Raharjo, 2008, dalam Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Penerbit Mizan, Bandung

Edward Burnet Tylor, 2001 Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta

Emile Durkheim, 2001, Masyarakat sebagai Yang Sakral, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta

Ganis Yunita Wulandari, 2010, Analisis realisasi diri dan aktualisasi diri dalam mistisisme Jawa (studi kasus pengalaman mistik pangestu melalui pendekatan psikologi analitik dan humanistik), skripsi

Gertz, 2001, Religion as a Cultural System, dalam Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Penerbit Qalam,

Ginanjar Kartasasmita, Karakteristik dan Struktur Masyarakat Indonesia Modern, makalah, 1997

Haidar Bagir, 2006, Buku Saku Filsafat Islam, Penerbit Mizan Pustaka,Bandung

Harun Nasution, 1973, Falsafat dan Mistisisme, Bulan Bintang Jakarta

John J.O.Wallace, SE, Ph.D, Kostruksi Teori Komponen dan Proses, Grasindo

King, Richard, 2001, Agama, Orientalisme dan Poskolonialisme, Qalam, Yogyakarta

Kuntowijoyo, 2008, Industrialisasi dan Dampak sosialnya, dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan, Bandung

Kuntowijoyo, 2008, Paradigma Islam untuk Aksi, dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Penerbit Mizan, Bandung

Lincoln & Guba, E.G.L., 1985, Naturalistic Inquiry, Beverly Hill, CA., SAGE Publication, Inc

Nasution, 1988, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito, Bandung

Oliver Leaman, , 2001, Pengantar Filsafat Islam, Mizan, Bandung

Patton & Cole, , Qualitative Evaluation Methods, Bevery Hill, SAGE Publication,

Ruslani, 2000, Tabir Mistik Alam Gaib dan Perdukunan dalam Terang Sains dan Agama

M. Hidayatullah S.1996, Loren Bagus, Kamus Filsafat dalam Mistisisme dalam perspektif filsafat analitik: antara wittgenstein dan mehdi ha’iri yazdi, Gramedia Jakarta

MH Amien Jaiz, 1980, Masalah Mistik Tasawuf & Kebatinan PT Alma'arif, Bandung

Miles, B. Mathew Miles, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods, Beverly Hill: SAGE Publication,

Moh Soehadha, Partisipasi Umat Agama dalam Paguyuban Ngesti Tunggal

Niels Mulder, 2007, Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia, LKiS, Yogyakarta

Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif

Annemarie Schimmel, 2000, Dimensi Mistik Dalam Islam, Pustaka Firdaus Jakarta

Sudirman Tebba, 2003, Syaikh Siti Jenar,Pustaka Hidayah, Bandung

Thomas F Wall, 2001, Thinking Critically About Philosophical Problem, A Modern Introduction, Wadsworth,Thomson Learning, Australia,

Wikipedia Indonesia, sumber http:id.wikipedia.org

Zenal Arif, 2012, Pergulatan antara Adat dan Agama, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Tesis

Ginanjar Kartasasmita, Karakteristik dan Struktur Masyarakat Indonesia Modern, 1997

Kuntowijoyo, Paradigma Islam untuk Aksi, dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan, Bandung, 2008

wikipedia.org

Ruslani, Tabir Mistik Alam Gaib dan Perdukunan dalam Terang Sains dan Agama

Edward Burnet Tylor, Animisme dan Magi dalam Daniel L. Pals Seven Teheories of Religion, Penerbit Qalam, Yogyakarta, 2001

Prof Abdul Rojak, Filsafat ilmu kalam,Studi Ilmu Pemikiran dalam Islam, The 9th Annual confrerence on Islaic Studies (ACIS), 2009

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun