Mohon tunggu...
Alimudin Garbiz
Alimudin Garbiz Mohon Tunggu... profesional -

Failurer,  Anak Jalanan, untuk Hidup Lebih Baik, Indah dan Menantang, Tahun ini merupakan tahun menulis, Insya Allah......!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mistisisme dalam Kehidupan Masyarakat

15 Februari 2013   03:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:17 12468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

0

8.644

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi Kabupaten Garut 2011

4.2.Deskripsi Umum Pesantren Hikmah di Kabupaten Garut

4.2.1.Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Kabupaten Garut

Pesantren Salafiyah Sadang Lebak dalam perkembangannya diawali oleh adanya prakarsa seorang tokoh agama yang berkeinginan melaksanakan syiar Islam dengan cara mengajak penduduk setempat untuk mempelajari agama Islam.

Didirikan dengan latar belakang semakin bertambahnya jumlah jamaah majelis Dzikir untuk melaksanakan tarekat dan ibadah lainnya, di bawah bimbingan seorang Kyai yang bernama KH. Ade Rosyidin.

Perjuangan pendirian pondok pesantren ini dihadapkan pada hambatan dari sebagian kecil masyarakat yang kontra, karena dikhawatirkan kampung mereka akan didominasi para pendatang, tetapi hambatan tersebut tidak menurunkan hajat, semangat pendiri dan sebagian besar masyarakat sekitarnya.

Istilah Kyai disematkan kepada orang yang dituakan, bukan hanya dalam masalah agama, tetapi juga dalam masalah lainnya. Bahkan benda-benda tua peninggalan sejarah pun sering disebut dengan panggilan Kyai. Melihat realita ini, sepertinya panggilan Kyai memang tidak selalu mencerminkan tokoh agama, apalagi ulama, sebutan Kyai, yang bukan istilah baku dari agama Islam. Panggilan Kyai bersifat sangat lokal, mungkin hanya di pulau Jawa bahkan mayoritas hanya di Jawa Tengah dan Timur saja. Di Jawa Barat orang menggunakan istilah ‘Ajengan’.

Di Pondok pesantren Sadang Lebak sendiri Kyai atau Ajengan tersebut sering disebutnya dengan Ajengan Ade atau Mang Ade, menandakan sikap familiar dari pimpinan pesantren ini.

Panggilan Ustadz, biasanya disematkan kepada orang yang mengajar agama. Artinya adalah guru agama, pada semua levelnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan kakek dan nenek. Namun hal itu lebih berlaku buat di Indonesia saja.

Secara khusus para santri di Pondok Pesantren Sadang Lebak ini menyebut Ustadz dengan sebutan “Pangersa”. Khodam adalah para santri yang setia mendampingi Kyai dan keluarganya dalam kesehariannya, mereka sangat taat dan setia dalam melaksanakan segala perintah kyai dan keluarganya, baik tugas yang berhubungan dengan pendidikan di pesantren, maupun tugas pribadi Kyai, seperti mengantar jemput saat ceramah atau dakwah di tempat lain sesuai undangan atau membawakan keperluan pribadinya. Kyai di Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut mempunyai banyak Khodam.

Penggunaanistilah santri ditujukan kepada pelajar yang menekuni ilmu-ilmu keIslaman. Para santri dididik oleh para Kiai berbagai ilmu keIslaman, utamanya ilmu fikih yang bisa dipraktikkan sehari-hari dan ilmu tasawwuf/akhlak sebagai barometer kemuliaan seseorang. Para santri diberikan pelajaran tulis-menulis, terutama dengan huruf  Arab pegon. Di samping dididik cara hidup sederhana, berinteraksi dengan orang lain, berdikari, belajar mengatur diri-sendiri.

Asrama di pondok pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut, dikenal dengan sebutan Kobong (bahasa Sunda), yaitu tempat tinggal santri putra dan putri. Kedua kobong santri tersebut tidak dicampur kobongnya. Tempat ini merupakan tempat istirahat dan menyimpan peralatan pribadi santri. Di Pondok Pesantren Sadang Lebak terdapat empat bangunan yang didalamya terdapat kobong-kobong. Masing masing bangunan terdri dari sekitar 20 kobong. Ditambah dua bangunan berlantai dua yang juga masig-masing mempunyai 20 kobong. Di setiap kobong tersebut santri mempunyai lemari dan yang digunakan untuk menyimpan pakaian dan kitab-kitab yang dipelajari.

Kondisi Fisik Pondok Pesantren Sadang Lebak sangat memadai, disamping mesjid dan kobong terdapat bangunan yang di atasnya ada aula yang sangat megah dan dihiasi dengan karpet yang juga terbuat dari bahan yang berkualitas. Untuk sebuah bangunan di kampung hal tersebut sangat mewah dan mencolok.

Di dekat rumah Kyai atau Mang Ade terdapat sebuah kantor sebagai tempat menerima tamu-tamu yang juga ingin berkonsultasi dan bertanya kepada Kyai Ade tersebut. Melalu seorang sekretarisnya yang menerima dan memberikan wirid pertama kepada jamaah dan tamu yang datang. Tamu yang datang ditanya darimana aslanya dan maksud serta tujuannya. Sambil menuliskan buku tamu.

Yang menarik adalah bahwa pesantren ini mempunyai pabrik yang besar yang dikelola oleh KH. Aceng Hasan SH, pabrik ini merupakan pabrik air minum kemasan dengan merk Hikmatan. Disamping itu terdapat pula pabrik bandrek ala Sadang merek “Gentong Mas”. Rumah Kyai sangat mewah di dalamnya terdapat perabotan rumah yang sangat modern. Di depan, dilengkapi dengan taman dan air mancur yang banyak ikan-ikan hias yang besar-besar dan indah.

Bangunan-bangunan keluarga besar Kyai rata-rata besar dan mewah, kontras dengan keadaan sekitarnya yang sederhana.

Sistem pendidikan Santri d Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Kabupaten Garut, sebagaimana lembaga Islam tradisioal yang kelahirannya terbatas di segala bidang pendidikan dan kondisinya sesuai dengan komunitas pesantren dengan fasilitas yang sederhana dan seadanya; maka tujuannya hanya utuk keagamaan sehingga sistem pendidikannya berlandaskan pada ‘tridharma pondok pesantren’, yaitu : (1) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT; (2) Pengembangan keilmuan yang bermanfaat dan (3) Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara. Yang dikenal dengan sloga “Iman-Ilmu-Amal”

Dalam sistem pendidikannya, pesantren ini menekankan kepada komunikasi yang spesifik seperti berikut:

1)Hubungan yang subyektif antara Kyai dengan Santri

2)Ketaatan santri yang tinggi terhadap Kyai

3)Hidup hemat dan sederhana

4)Meningkatkan kemandirian para santri

5)Meningkatkan persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) dan tolong menolong

6)Tertanamnya sikap istiqomah

Sesuai dengan kekhasan pondok pesantren salafiyah yang berarti pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajarannnya dengan pendekatan tradisional, maka sistem pembelajaran yang dilakukan secara individu dan kelompok dengan konsentrasi kitab-kitab kuning berbahasa Arab.

Yang menjadi keunikan dan ciri khas dari pondok pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut ini adalah bahwa para santri bekerja membuat bandrek atau membungkus bandrek sebagai hasil produksi dari pesantren ini dan juga air minum daam kemasan. Sehingga para santri yang belajar di pesantren ini tak perlu membawa bekal dari orangtuanya.

Aktivitas rutin para santri di pondok pesantren Sadang Lebak Karangpawitan Garut dilaksanakan secara terprogram sesuai dengan rumusan yang disepakati mereka, para santri menyadari dan memahami bahwa mereka merupakan subyek yang dapat menentukan dan mempengaruhi aktivitas yang menurut mereka bermakna, sehingga proses belajar di pondok dapat dilaksanakan secara timbal balik antara keinginan Kyai dan kebutuhan santri.

Tabel 4.12.

Aktivitas Santri

di Pondok Pesantren Sadang Lebak Karangpawitan

Waktu

Kegiatan

Keterangan

04.35-05.00

Shalat Shubuh berjamaah dan dzikir

05.00-06.00

Pengajian Qiro’at

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun