“Labil”
Kadang aku ramah, tak jarang pula aku angkuh. Kadang aku bisa baik, namun seringkali juga aku menjelma jadi manusia jahat. Sesekali aku mampu berjiwa sosial, tetapi kerap juga aku berubah jadi manusia egois.
Maka, tolong dimaklumi, sebab aku belum mampu mengontrol motivasi hati dengan baik. Kondisi batinku selalu berubah, berbolak-balik, kadang A kadang B. Aku labil.
Aku labil sebab “waaridat al-ahwalku” tak selalu positif. Aku labil karena hatiku masih dinamai “qalb” yang masih suka berubah. Aku labil lantaran aku masih berstatus “insaan” yang tak luput lupa.
Aku tak takut labil, aku hanya takut bila ternyata ‘baik’ku kalah oleh ‘buruk’ku.